Awal cerita
Hadiah untuk 1K House of Cards - nya Koora 😂💜
Terima kasih yang udah nambahin story ini di reading list-nya, jangan lupa vomment ya yorubun 💜
"Jimin-ah!!" Teriak Ahra dari balkon kamarnya yang memang berhadapan langsung dengan kamar lelaki tersebut.
Bahkan jika Ahra nekat, ia bisa menyebrangi balkon tersebut dengan satu kali lompatan.
"JIMIN-IE!!" Teriak Ahra lebih lantang, bahkan Ahra mulai melemparkan kerikil yang sengaja ia simpan di pot tanaman yang ada di balkon kamarnya.
Si empu nama keluar dengan mata yang masih setengah terpejam, beruntung kerikil yang Ahra lempar tak mengenai kepalanya.
"Ada apa, Ra?"
Jika tadi keberuntungan masih berpihak pada Jimin, maka kini kenyataan yang menyadarkan lelaki tersebut. Dengan mudah, Ahra melempar kerikilnya hingga tepat mengenai dahi lelaki tersebut.
"Ayo, cepat bersiap. Temani aku mencari bahan untuk esok, Jim!" ajak Ahra dengan gemas, gemas karena sang sahabat slash tetangganya tersebut selalu melupakan setiap janjinya.
Jimin masih mengerang kesakitan karena terkena tembakan kerikil. Mata sipitnya menatap tajam gadis yang ada di sebrang balkonnya.
"Ku tunggu kau lima menit di bawah! Jika kau tak ada, aku buang semua simpanan kerikilmu itu!" ancam Jimin, lalu kembali masuk ke dalam kamarnya.
Ahra yang mendengar perkataan Jimin, langsung berlari masuk ke dalam kamarnya. Ia tahu, lelaki tersebut selalu tepat dalam memberikan ancaman. Bukan hanya bualan, seperti janjinya.
Tak butuh waktu lima menit untuk Ahra bersiap, cukup mengambil sweater berwarna hijau botol dari balik pintu kamarnya. Lalu berlari menuju rumah yang berdiri tegak di sisi kiri rumahnya.
Setibanya Ahra di rumah keluarga Park, ia belum mendapati Jimin. Membuat Ahra akhirnya melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah bercat krem tersebut.
"AHRA DAT—" Teriakan Ahra terhenti saat ternyata di ruang tamu keluarga Park ada seorang lelaki dengan pakaian serba hitam dari ujung kepala hingga kakinya.
Melihat ada tamu misterius, Ahra pun menunduk sopan. Lalu berlari kecil ke dalam rumah, hingga ia melihat wanita paruh baya dari arah dapur.
"Eommonim, di depan itu… siapa?" tanya Ahra sembar menunjuk kecil arah ruang tamu.
"Ah, kau datang.." ucap Ny. Park saat melihat Ahra memasuki dapurnya, "dia teman Jimin-ie, kau tak mengenalnya memang?"
Ahra menggelengkan kepalanya, "tidak semua teman Jimin-ie aku mengenalnya, Eommonim."
Ny. Park mengangguk, "eomma antar ini dulu. Kau panggil Jimin di atas." setelah itu, Ny. Park pergi dari dapur dengan membawa nampan yang berisi satu cangkir berisi teh.
———
"Maaf, aku tak tahu jika akhirnya kau yang harus menemaniku untuk mencari bahan." ucap Ahra dengan perasaan sungkan pada teman Park Jimin tersebut.
Bagaimana tidak, setelah Ahra menjemput Jimin di kamar lelaki tersebut yang ternyata kembali tertidur. Dia dengan santai bangkit dari tidurnya, lalu menariknya hingga berhadapan dengan lelaki misterius itu.
"Kau akan mencari bahan untuk esok bersama dia, dia juga sama sepertimu. Penghuni di kelas Dosen Kim."
Setelah mengucapkan kalimat tersebut dengan suara paraunya, lelaki tak bertanggung jawab Park Jimin kembali masuk ke dalam rumahnya dan meninggalkan Ahra dengan si Lelaki Serba Hitam tersebut.
Bahkan hingga sekarang mereka berdua sudah berada di dalam mobilpun, satu sama lain belum saling menyebutkan nama.
Setibanya di department store, Ahra dan Lelaki Serba Hitam tersebut pun masuk dengan jalan beriringan. Satu sama lain memandang dengan arah yang berbeda, sibuk mencari bahan yang akan mereka cari untuk acara kamping besok.
"Itu.."
"Itu.."
Keduanya bersuara secara bersamaan, namun dengan arah yang berbeda. Ahra menunjuk toko perlengkapan mendaki gunung, sedangkan si Lelaki Serba Hitam menunjuk kedai kopi.
Satu sama lain memandang toko yang arahnya berlawanan tersebut. Tanpa mengeluarkan, satu sama lain kembali melangkah.
Namun lagi lagi, arah mereka berlawanan. Ahra melangkah menuju kedai, sedangkan si Lelaki Serba Hitam menuju toko perlengkapan mendaki gunung.
Menyadari jika satu sama lain tak ada di sampingnya. Kedua memutar kembali tubuh hingga berhadapan dengan jarak beberapa langkah.
Ahra mengangguk mengerti, lelaki tersebut ingin mengikuti tujuannya. Akhirnya Ahra pun kembali melangkah menuju toko perlengkapan mendaki gunung, yang sialnya lagi, si Lelaki kembali melangkah menuju kedai kopi. Karena mengira anggukan Ahra adalah ajakan menuju kedai.
Ahra yang memang kesabarannya setipis tisu, dengan cepat ia memutar kembali langkahnya dan mendorong punggung lelaki yang baru saja akan kembali memutar tubuhnya.
"Aku lelah," omel Ahra yang masih mendorong tubuh Lelaki Serba Hitam. "Kita ke kedai dulu saja, sepertinya aku butuh banyak energi untuk menghadapi kebisuanmu."
Punggung yang tengah Ahra dorong sedikit bergetar, iapun mengintip lelaki tersebut dari samping. Ahra mengernyit saat melihat lelaki tersebut tengah terkekeh.
"Kau pun sedaritadi terdiam, jadi aku kira kau memang tak nyaman denganku."
Kenapa suaranya sangat merdu? Berbeda dengan suara Park Jimin yang lebih terdengar seperti teriakan ibu ibu yang akan melahirkan.
"Atas nama siapa?" tanya pramuniaga kedai setelah keduanya selesai memesan kopi dan beberapa kue.
"Jeykey," jawab Lelaki Serba Hitam yang membuat Ahra menoleh, lalu mengernyit. Apa mungkin namamya Jeykey?
Setelah itu, mereka berdua mencari bangku yang berada di area luar gedung department store. Mereka memilih bangku yang menghadap jalanan.
"Namaku, Jeon Jungkook." ucapnya setelah keduanya duduk. Ahra menoleh, lalu mengangguk. "Aku kira nama kau benar Jeykey."
Lelaki Serba Hitam yang memiliki nama Jeon Jungkook tersebut kembali terkekeh, "itu nama panggilanku jika dirumah."
Ahra kembali mengangguk. "Namaku, Lee Ahra."
Gadis tersebut menyebutkannya namanya sembari mengulurkan tangan, yang langsung dibalas oleh Jungkook.
Perkenalan yang tak terduga, yang membawa mereka memiliki hubungan tak terduga juga di masa depan nanti.
————
Ini Mas yang bikin kesabaran Ahra yang setipis tisu hampir ancur.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOUSE OF CARD [JJK]
Fanfiction[COMPLETED] [AHRA SIDE [COMPLETED]] "Setidaknya, biarkan aku mempertahankanmu sampai saatnya kita harus berpisah nanti." Cerita tentang dua sejoli yang memaksakan terus bersama, disaat mereka sendiri tahu bahwa takdir sudah tak lagi menginginkan me...