Hudor.
Setelah perjalanan panjang dan menyakitkan, akhirnya hakikat bunyi-bunyi fonetik tanpa makna itu bersatu dengan jiwa. Ceceran darah sepanjang lorong menjadi syair bagi melodi hidupnya. Sekarang jangan ada yang memanggil dengan bunyi lain, karena itu berarti pencabutan jiwa.
Orang-orang masih mengernyitkan kening melihat apa yang kuputuskan: seorang lelaki muda membawa istri dan anak-anaknya hidup menyepi di dusun terpencil di pinggir telaga – aku sadar bahwa bertindak tidak semudah berbicara. Namun kebenaran tetap kebenaran walaupun seluruh dunia menganggapnya salah.
Sampai sekarang belum ada yang percaya bahwa ada tempat bernam Noa dan Ranggaz. Semua menganggap orang-orang seperti Mirizang, Zaliti, dan Dou hanyalah halusinasiku belaka – bisa jadi kamu pun begitu. Bila kamu tidak percaya dengan ceritaku, setidaknya percayalah dengan apa yang kulakukan atas nama mereka, maka kamu akan melihat bukti tak terbantahkan.
--------------------
Sekarang anak-anakku telah tumbuh menjadi jejaka dan gadis kecil yang sehat, pemberani, dan – ini yang paling penting – bahagia! Mereka belum mengenal dunia luar tapi mereka mengenal dunianya dengan sangat baik: telaga, pohon-pohon, binatang, dan jalinan mistis yang mengharmonisasikan semuanya itu! Aku menularkan kegembiraan masa kecilku pada mereka sama seperti yang dilakukan ayah dan ibu dulu. Bedanya aku melengkapi mereka dengan pemahaman yang mendalam, terbuka, dan rasional tanpa takhayul. Aku menanamkan kecintaan pada air dan sesama dengan berbagai alasannya. Tantangan pasti akan menghadang, namun akan terbuka seribu jalan ketika mereka digerakkan oleh energi cinta.
Kamoolah dan Kamoo menjadi anak alam. Sejak hari pertama mereka aku menanamkan kepekaan alami dalam diri mereka agar memiliki alarm deteksi dini untuk mengindra gejala penganiayaan pada alam dan gerak refleks untuk bertindak sebagai pembela.
Beberapa hari lagi, di hari ulang tahun mereka yang ketiga, aku akan membawa mereka ke kota, berharap warga akan menerima mereka. Mungkin daya tarik dimulai dari tampilan mereka yang, lucu, gempal, cerdas, dan percaya diri. Pada hari itu akan aku perkenalkan kepada anak-anakku siapa sebenarnya yang mereka layani – bisa jadi mereka adalah serdadu-serdadu romawi yang hanya bisa berterima kasih melalui cambuk, paku, tombak, dan kayu salib.
--------------------
Pagi hari tadi, ketika keluarga kecil kami sedang duduk di beranda rumah panggung menikmati pagi, sekelompok remaja pecinta alam melewati rumah kami. Sepertinya mereka berasal dari luar pulau – mungkin teman-temanmu. Mereka tampak gagah dan bangga dengan atribut-atribut kecitaan pada alam. Mereka melambaikan tangan. Kamoo yang paling bersemangat menjawab lambaian tangan mereka. Lalu jejaka kecilku itu bergegas menuruni tangga dan berlari mengikuti mereka. Tidak berapa lama Kamoolah menyusul. Beberapa kali kuizinkan balitaku itu pergi dengan para pecinta alam. Kami pun tidak cemas, dia sudah terbiasa dengan lingkungannya.
Aku dan istriku melanjutkan obrolan kami di beranda. Harumnya jahe, serai, adas, dan kayu manis yang diseduhnya mengepul dari cangkir tembikar buatanku. Saat minuman itu melewati tenggorokanku hangatnya menjalar ke sekujur tubuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
PANGGILAN HUDOR
FanfictionDi suatu pulau kecil, ada dua kota kembar yang sudah lama terpisah oleh Dewala gunung sangat tinggi berbentuk dinding, sehingga mereka tidak tahu bahwa mereka memiliki saudara yang sangat berdekatan baik lokasi maupun asal-usul. Kota Wodapala di seb...