NANA sudah memboyong ransel, berwarna merah muda dengan gantungan kuda poni menggemaskan. ssst, jangan diejek! dari athar katanya.
tangannya beralih merogoh ikat rambut hitam dari saku seragam sekolahnya, menyatukan helai demi helai rambut legam hitamnya untuk diikat rekat. lepek surainya tidak mengganggu keindahan puan yang satu ini, dari sisi mana saja kemolekannya terus-menerus memanja hati.
"duh, nebar kecantikan, nih, na?" naura menyikut. menaik-turunkan alisnya, menggoda nana yang kini memasang wajah hambar nan gersang akibat seharian dibakar surya.
setelah berhasil mereda geram, nana menatap naura dalam. "secantik itu ya aku?"
naura tertawa. "dih! teman siapa nih, sombong bener!"
nana menyingkirkan hastanya dari bahu kecil naura. beralih pada kawan baru yang diklaimnya beberapa menit lalu. setelah berkeliling sekolah tadi, mereka berbincang banyak. oh, ternyata mereka banyak memiliki kesamaan. entah harus bilang wah atau yah?
bola mata nana melebar saat melihat sagara yang kini memikul ransel di bahu kiri serta merta dengan kurva yang terbentuk tipis di durjanya. nana merengut, wajahnya seperti orang di panah asmara. terlarut dengan keelokan kalang kabut.
"apa?"
sagara mendekatkan jaraknya, mengikis beberapa sentimeter jauhnya. "kalau rambut basah, tuh, jangan diikat. apalagi karena keringatan, bau tau." tangannya meraih ikatan rambut nana yang tadinya menyatu kini dilepas perlahan.
"aduh! ketarik, sa!" nana memegang surainya panik, akar rambutnya serasa dicekik.
bukannya meminta maaf sagara malah menyengir. "hehe, nggak sengaja, na." dia membenahkan surai nana yang sekarang malah jadi morat-marit, persis hatinya kini yang menjerit-jerit.
"sudah. aku nggak mau jalan-jalan sama orang bau,"
mendengar itu, manik legam si puan langsung bersinar, layaknya semburat jingga indah kala senja terpantulkan jelas di sana. kala tersenyum puan ini ayu bukan main. frekuensi bahagia yang ditularkannya menyerobot kedalaman samudera. setelah itu diterima oleh langit siang yang bersih terang disertai awan-awan membuat siapa saja langsung mengawang menyaksikan pemandangan menakjubkan.
pikir nana, tindak tanduk sagara sebelas dua belas dengan taruna surai legam berasma aelius atharwa.
tapi yang ini sungguh berbeda.
atau entah itu hanya wacana atau bualan perasaan semata yang suka datang tiba-tiba saat pertama kali berjumpa. 'kan bisa saja.
"kayak kamu nggak bau aja." celetuk nana, kemudian menolehkan sirahnya menatap naura. "ra,"
gadis yang dipanggil malah menatap mereka dengan jengah. "apa? aku nggak mau ikut-ikutan kalau ujungnya jadi nyamuk doang." setelah itu naura menyengir lebar pada sagara. "balik duluan, ya, dadah!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ceritera rasa.
Fanfiction🌊 mari, kuajak terbang naik pesawat kertas atau pilau emas. kemudian kita mengawang angkasa di atas samudera. // ft. 나재민 // ON-GOING © skiesilents, 2020