「11-last chapter」

357 44 15
                                    

Sebelumnya saya mau bilang, kalau fanfic ini adalah lanjutan dari akun saya yang deryxx bagi yang belum pernah baca chapter sebelumnya, silahkan cek disana, terima kasih.




Kediaman jongdae sedikit ricuh. Merasa yuta telah memusuhinya, johnny memutuskan untuk menemui winwin dan berbicara dengannya; membicarakan masalah perceraian. Tentu saja, winwin tidak mau melakukannya, hingga terjadilah perdebatan kecil di antara mereka.

"Pernikahan bukanlah mainan john! Kau tidak bisa dengan mudahnya mengatakan itu!" Suara winwin mulai meninggi.

Johnny mengacak rambutnya kasar. "Aku tau!" Balas johnny berteriak. "Tapi—yuta mulai memusuhiku. Aku tidak bisa mempertahankan pernikahan kita jika pertemananku rusak." Ucapnya dengan raut sendu di wajahnya.

Ini sulit, sangat sulit—bagi johnny. Ia mencintai winwin, dan bermimpi hidup bersamanya hingga hari tua. Namun kedatangan yuta membuatnya bingung. Jika saja yuta mengikhlaskan cinta pertamanya telah menjadi milik orang lain, maka johnny tidak akan melakukan ini.

"Ayolah winwin.. Akhiri hubungan ini. Kau bisa kembali dengan yuta." Berat rasanya ketika johnny mengucapkan itu. Tapi demi pertemanannya, johnny rela melepas winwin.

"John.." Ucap winwin lirih. "Kau telah berjanji didepan semua orang di hari pernikahan kita. Kau tidak bisa mengakhiri hubungan ini." Winwin tetap menolak. Baginya; pernikahan bukanlah permainan, yang bisa diakhiri dengan mudah. Harus tetap berjalan dan dipertahankan.

Menghela nafas, johnny menatap winwin sendu. "Baiklah.. Kau ingin mempertahankannya bukan? Ayo kita pertahankan. Tapi pastikan jika perasaanmu masih sama denganku."

Winwin memalingkan wajahnya, bibir bawahnya ia gigit pelan. Tidak, perasaannya pada johnny telah lenyap disaat yuta datang menemuinya semalam. Hatinya kembali pada pelukis tampan itu.

"Lihat?" Johnny tertawa remeh. "Bahkan dari wajahmu aku sudah mengetahui isi hatimu." Ucapnya lirih.

Johnny mendekati winwin; mempersempit jaraknya dengan pria manis itu. Tangan johnny menangkup pipi winwin. "Temui dia, dan kembalilah dengannya." Ucapnya dengan senyum kecil.

"T-tapi.. Bagaimana denganmu?"

Kekehan kecil keluar dari mulut johnny. "Tenanglah.." Johnny mengusap rambut winwin. "Wajahku cukup tampan untuk mencari penggantimu. Pasti ada yang mau denganku." Ucapnya menghibur diri.

Winwin menangis, lalu memeluk johnny erat; sebagai tanda terima kasih pada pria itu karena telah menemani, serta menghiburnya selama 3 tahun.

---

Winwin telah berada di desa sebelah—ditemani oleh johnny. Keduanya menatap rumah bercat merah muda yang mulai memudar tersebut. Itu adalah rumah dari si pemilik kedai, para penduduk mengatakan jika yuta menginap disana.

"Permisi bibi.." Johnny mendekati si pemilik rumah dengan tersenyum ramah. "Bolehkah kami masuk? Kami ingin menemui orang yang bernama yuta." Ucapnya pada pemilik kedai tersebut.

Bibi tersebut tersenyum. "Silahkan.. Yang kalian cari sedang berada di ruang tengah." Ucapnya memberitau.

Johnny dan winwin membungkukkan tubuhnya. "Terima kasih bibi." Ucap keduanya bersamaan.

Setelah bibi tersebut pamit menuju kedainya, mata johnny mengarah pada winwin; menatapnya.

"Masuklah.. Aku akan menunggu diluar." Ucap johnny. Ia tidak ingin ikut campur, mengingat yuta masih memusuhinya. Bisa-bisa suasana semakin memanas jika johnny ikut masuk.

Dengan ragu, winwin masuk ke dalam rumah bercat merah muda tersebut. Kakinya melangkah menuju ruang tengah; terlihat yuta tengah memasukkan baju-bajunya ke dalam koper.

Menghela nafas. Winwin mendekati yuta. "Yuta.." Panggilnya pelan.

Otomatis yuta menghentikkan kegiatannya. Kopernya ia biarkan terbuka, yuta berbalik; raut wajahnya datar ketika menatap winwin.

"Kenapa kemari?" Tanya yuta dengan tersenyum remeh. Ia kembali membalikkan tubuhnya, sangat muak menatap wajah mantan kekasihnya.

"Setelah apa yang terjadi saat ini.. Aku dan johnny sempat berdebat." Ucap winwin sembari memainkan jarinya. "Kami—kami memutuskan untuk selesai."

Yuta menutup kopernya, lalu berbalik. "Lalu?" Tanyanya dingin.

Ada rasa takut yang menyelimuti winwin. Ia tidak pernah melihat tatapan yuta yang begitu dingin padanya. Yuta yang dulu selalu bersikap lembut dengannya.

"Jadi.. Aku memutuskan kembali denganmu." Ucap winwin dengan suara pelan.

Yuta tertawa hambar. "Kau ingin kembali? Bagaimana bisa aku tau jika perasaanmu masih sama denganku? Atau jangan-jangan.. Kau hanya kasihan, hingga terpaksa kembali."

Winwin menggeleng kuat. "Tidak yuta.. Tidak seperti itu."

Muak. Yuta berbalik untuk mengambil kopernya. Ia tidak menghiraukan ucapan winwin. Yuta melangkah; meninggalkan ruang tengah. Saat hendak keluar, yuta berhadapan dengan johnny. 

"Menyingkirlah!" Gertak yuta dengan mendorong tubuh johnny.

Johnny mengerang. Dengan cepat ia berjalan mengikuti yuta. "Kau mau kemana?" Tanyanya seraya menyeimbangkan langkahnya dengan yuta.

"Pulang!"

Johnny meraih tangan yuta; menariknya kasar untuk menghentikkan temannya itu. "Kau tidak boleh pulang!"

Yuta mendengus. "Apa yang harus aku tunggu disini? Winwin?! Kau bahkan telah mengambilnya!" Teriaknya pada johnny.

"Hubunganku dengannya akan segera berakhir." Johnny meletakkan kedua tangannya pada bahu yuta. "Dengar, aku tidak bisa mempertahankannya meskipun aku mencintai winwin. Percuma jika dipertahankan, winwin masih mencintaimu, dan pertemananku denganmu akan semakin hancur." Ucapnya dengan wajah sendu.

Terdiam. Yuta berusaha mencerna ucapan johnny. Perlahan, mata yuta mengarah ke samping; saat ia merasakan winwin tengah menatapnya. Dan benar, pria manis itu tengah menatapnya sendu.

"Lihat.. Winwin masih mencintaimu." Mata johnny juga mengarah pada winwin. "Buktinya dia mengikutimu." Ucapnya seraya kembali menatap yuta.

Kaki yuta melangkah maju; mendekati winwin. Tanpa bicara, ia membawa tubuh kurus itu ke dalam dekapannya. Serta, yuta mendaratkan bibirnya pada dahi winwin saat pria manis itu mulai terisak.

"Terima kasih karena masih mencintaiku." Ucap yuta seraya kembali mendaratkan ciuman pada dahi winwin.

"Dan kau.." Yuta menolehkan wajahnya untuk menatap johnny. "Maaf karena memukulmu kemarin."

"Maaf juga—karena sempat mengambil winwin darimu."

Kedua tangan yuta kini teralih untuk memeluk johnny. Mereka berdamai, karena sudah tak ada lagi yang harus didebatkan.

Sesuai ekspetasi johnny sebelumnya; akan berakhir indah jika ia memilih pertemanan. Kedepannya nanti—johnny yakin, ia akan mendapatkan orang yang akan menemaninya hingga hari tua. 

.

.

.

END

Yahh.. Lagi2 gua harus ikhlasin akun gua itu. Mulai dari awal lagi :)

Semoga.. Di akun yang ini gua bisa nulis lebih baik lagi daripada sebelumnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Wish •yuwin•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang