INTERESTING

494 108 16
                                    

Airin mengetuk jarinya di atas meja wanita itu terlihat menunggu dengan bosan. Sudah hampir dua puluh menit mereka menunggu dan para petinggi perusahaan belum juga muncul.

Sambil menghilangkan rasa bosan dia beranjak berdiri menghampiri Hardi. Memilih duduk di samping Kakaknya.

"Kak? Ini rapatnya kapan dimulai? Aku mulai bosan tahu duduk lama gini."

"Kita masih menunggu satu lagi pemilik dari perusahaan Relation Jaya so, Adikku tercinta bersabar ya?"

"Tapi aku bosan mending -"

"Itu mereka akhirnya datang." Jawab Hardi dengan semangat. Segera berdiri diikuti pegawai lainnya.

Dengan malas Airin ikut berdiri mengambil posisi di samping Kakaknya, mereka mulai berjabat tangan turut mengucapkan selamat datang.

Seseorang melemparinya dengan gumpalan tisu. Airin ingin mengomel saat dilihatnya Dinda sang pelaku.

"Apaan?" Tanya Airin pelan. Dinda berjalan kini berdiri di belakangnya.

"Elo pasti kaget dan nggak percaya kalo tau, siapa CEO dari perusahaan Relation Jaya." Ucap Dinda pelan.

Sebelum Airin bertanya lebih Dinda sudah kembali ke posisi tempatnya semula.

Airin mengarahkan pandangan ke pintu aula lalu matanya melotot kaget, "Nggak mungkin ..."

Airin shock!

Bagaimana mungkin pria aneh, jelek dan gila yang bertemu dengannya kemarin bisa ada di sini?! Di hadapannya?! Airin menatap tak percaya pria awalnya dia ketahui bernama Bejo.

Gue pasti lagi mimpi nggak mungkin pria gila itu ada di sini! Diliat dari setelan jas mahalnya aja kelewat jauh sama penampilan Bejo. Ya! Itu nggak mungkin! Batin Airin berteriak masih mencoba menenangkan rasa paniknya.

Tanpa wanita itu sadari pria yang sedang dia pikirkan sudah berdiri di hadapan sambil mengulurkan tangan. Membuat Airin gelagapan membalas cepat uluran tangan tersebut.

Airin bersumpah, detik itu juga dia bisa melihat senyuman evil bahkan lebih kejam dari sebuah seringai, yang sukses membuat sekujur tubuhnya merinding detik itu juga.

"Senang bertemu dengan Anda lagi, Ibu Airin yang terhormat." Ucap pria itu dengan ramah.

. . . . .

"Kenapa selesai rapat tadi kamu langsung pergi?"

Airin senyum terpaksa, "Itu tadi aku udah bosan Kak di dalam."

Hardi menatap curiga, "Bukannya sejak dulu kamu paling antusias menunggu moment di mana kamu, bisa berkenalan langsung dengan pebisnis hebat seperti Relation Jaya?"

"Ya, ya! Itu 'kan dulu maksudnya sekarang nggak lagi udah beda situasinya." Airin mendadak jengkel mengingat wajah pria menyebalkan itu lagi, "Kalau tahu pemilik Relation Jaya itu dia ogah banget, tunggu moment seperti ini menyebalkan." Gumam Airin masih terdengar oleh Hardi.

"Jadi kamu kenal dekat sama pemilik Relation Jaya?"

"Ap, apaan sih Kak! Ya nggaklah!"

"Kamu buat Kakak makin tambah curiga."

"Kak, please? Aku nggak kenal sama sekali dengan petinggi atau bos atau CEO atau sebutan apa itu pemilik Relation Jaya."

"Tapi kalau memang kamu benar ada jalin suatu hubungan, dengan senang hati Kakak pasti izinkan."

Airin melotot sebal, "Nggak akan!"

Segera berdiri dan berlalu pergi dari ruangan Hardi. Dia masih bisa mendengar tawa Kakaknya ketika menutup pintu.

FATE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang