NEW THINGS

373 89 12
                                    

"Gimana perkembangan hubungan lo sama Adrian?" Dinda bertanya sambil mengunyah makanannya.

"Hubungan apaan? Gue nggak ada apa-apa sama dia."

"Nggak ada apa-apa, tapi ciuman lebih dari dua kali."

Sindiran itu membuat Airin melotot kesal sekaligus malu.

"Apaan?! Cepat makan! Kita harus balik lagi ke kantor."

"Alasan yang klise. Bilang aja nggak mau ketemu Adrian."

"Abis lo nyebelin, pake ngajak gue makan siang di restoran dia!"

"Gue kangen sama calon gebetan lo yang tampan itu."

"Bodoh, ah! Sebal gue sama lo gue tinggal nih." Airin mengancam sambil minum jusnya dengan wajah menahan kesal.

Dinda tertawa lalu pandangan berubah cerah melihat Adrian berjalan menghampiri mereka.

"Hai, sugar."

Airin tersedak minumannya. Dia melotot menatap Dinda yang kini sibuk tertawa. Adrian berdiri di belakang Airin hanya sebentar sebelum ikut duduk bersama mereka berdua.

"Baru dua hari lalu kita ketemu tapi kamu sudah kangen ya sama aku? Sampai belain makan siang di sini?"

"Siapa yang kangen?! Jangan ge-er!"

"Bohong dia, gue liat sepanjang jalan ke sini Airin nggak berhenti ngomong tentang lo Adrian."

"Apaan? Nggak ada!" Protes Airin membuat Dinda juga Adrian tertawa menikmati kekesalannya.

"Pulang kerja jam berapa?" Tanya Adrian dengan senyum.

"Nggak tau!"

"Jam empat dia udah ada di rumah."

"Dinda!"

"Peace!"

"Aku akan ke rumah kamu nanti sore."

"Mau ngapain?!"

"Kangen."

Dinda tertawa melihat pasangan di hadapannya terlebih saat dengan santai Adrian bilang kangen, bagaimana menjadi penyebab dari merahnya wajah Airin sekarang.

. . . . .

Adrian menggenggam lembut tangan Airin saat mereka tiba di pusat taman kota.

Cuaca sore hari sangat mendukung bagi mereka yang sekedar jalan-jalan, olahraga dan sebagainya.

"Kita ngapain ke sini?"

"Bersepeda."

Airin menghentikan langkahnya sehingga membuat langkah Adrian juga terhenti.

"Ada apa?"

"Aku nggak mau bersepeda Adrian panas! Nggak mau kayuh sepeda nanti keringat!"

Adrian mengusap lembut puncak kepala wanitanya, "Sudah sore Sayang, matahari nggak akan sepanas siang. Aku akan sewa satu sepeda aja sehingga kamu nggak perlu takut berkeringat."

"Kenapa kita nggak ke mal aja? Atau santai di tempat ber-ac? Aku nggak mau ke sini Adrian, ih!"

Adrian tertawa lalu mencium tangan Airin yang dia genggam, sebelum melanjutkan lagi langkah kaki mereka.

"Aku bingung sama kamu!" Airin terus mengomel sepanjang jalan, "Hidup mewah tapi suka hal sederhana. Kamu itu pemilik Relation Jaya. Perusahaan terkenal selalu muncul di majalah bisnis utama. Tapi suka jajan ditepi jalan, punya hobi yang aneh salah satunya bermain sepeda."

FATE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang