THE ACCIDENT

348 84 17
                                    

Airin tersenyum menatap layar ponselnya mendapatkan panggilan masuk dari Adrian membuat rasa lelah akibat kerja seharian sirna begitu saja.

"Selamat sore cantik, lagi ngapain?" Panggilan terhubung dan sapaan manis terdengar.

"Selamat sore pacar tampannya aku, baru pulang kok."

"Masih ada waktu buat kamu istirahat, setelah itu bersiap-siap."

Airin menjadi bingung, "Mau ke mana?"

"Mau bawa kamu keluar sugar, kita akan pergi beli cincin pernikahan."

"Hari ini?!" Airin berseru senang.

"Iya Sayang hari ini, nanti malam aku jemput dandan yang cantik, oke?"

"Oke,"

"Jangan - maksudku jangan dandan cantik, aku nggak rela banyak yang lihat kamu nanti."

Kedua pipi Airin merona, "Bisa aja gombal."

Terdengar tawa Adrian membuat Airin tersenyum.

"Aku serius sugar bukan gombal, kamu memang cantik dan kamu boleh dandan tapi hanya saat bersamaku."

"Aku mau mandi biar bisa siap-siap,"

"Tunggu aku satu jam lagi sugar jangan rindu."

Airin tertawa pelan, "Nggak akan rindu, weee!"

"Love you sugar."

"Ya."

"Balas dulu dong Sayang, baru aku matikan panggilannya."

"Nggak mau nanti aja, tunggu kamu sudah di depan mata."

"Tapi aku mau dengar kamu bilang love you, ayo dong Sayang."

"Adrian kamu apaan?" Ucap Airin tertawa, "Nanti aja, oke? Nanti saat kamu sudah sampai di sini, bye-bye!"

. . . . .

Adrian tersenyum bahagia menatap ponselnya panggilan sudah berakhir tapi suara tawa Airin seakan memenuhi pikiran. Tawa bahagia yang akan selalu Adrian dapatkan.

"Permisi Pak." Suara Fika sang sekretaris membuyarkan lamunan Adrian.

"Ya Fika?"

"Ada tamu mengaku teman Bapak ingin bertemu. Tapi saat saya tanya sudah ada buat janji, dia bilang belum ada buat janji."

"Tamu sore begini?"

"Iya Pak, sebenarnya saya sudah bilang buat janji besok saja, tapi dia maksa ingin bertemu Bapak sekarang."

"Ya sudah suruh dia masuk ke ruangan saya."

"Baik Pak."

Adrian kembali duduk di kursi dan melihat jam merasa tidak punya banyak waktu.

"Menyebalkan sekali! Sampai aku begitu susah masuk!"

"Rumy?" Adrian berdiri dari kursi menatap tak percaya pada seseorang yang datang.

"Kenapa? Kaget kalau tamunya aku?"

"Gue nggak punya banyak waktu ada apaan?"

"Kenapa pertanyaan kamu seperti itu Adrian? Aku temanmu salah?" Tanya Arumy menatap Adrian dengan raut wajah menahan luka.

"Ini udah sore Rumy, gue harus pergi."

"Pergi ke mana? Pergi ke rumah calon istrimu itu?"

"Mau lo ap -"

"Udah dua tahun berlalu Adrian. Aku pikir kamu telah memaafkan semua kesalahan aku ... tapi apa yang aku dapat? Kamu belum bisa maafkan aku sepenuhnya."

"Gue udah maafkan lo. Dan sekarang mending lo cabut dari sini."

Arumy mulai menangis, "Kamu nggak tahu, kan? Alasan kenapa aku bisa berbuat seperti itu dua tahun lalu? Itu semua karena aku cinta kamu Adrian! Aku nggak rela kamu jadi milik orang lain selain aku!"

Adrian memijat keningnya tiba-tiba terasa pusing, "Pergi dari sini."

"Nggak! Sebelum kamu maafkan aku!"

Wanita itu berjalan mendekati pria dia cinta lalu tanpa membuang banyak waktu, Arumy menarik Adrian mendekat dan mendaratkan ciuman di bibir pria itu.

"Elo gila Rumy!" Teriak Adrian sambil mendorong kasar wanita itu, "Gue nggak mau liat lo lagi!"

"Aku cinta kamu Adrian!"

"Pergi." Ucap Adrian menahan amarah.

"Tapi aku -"

"Pergi!!!!" Teriak Adrian lagi membuat Fika masuk bersama dua penjaga.

"Usir perempuan ini pergi, Fika."

"Ba, baik Pak."

"Lepasin! Gue bisa pergi sendiri!" Teriak Arumy menatap tajam ke arah dua penjaga dan Fika, sebelum berlalu keluar dengan beruraian air mata.

"Shit!" Maki Adrian menahan marah.

. . . . .

Adrian membawa mobilnya dengan kecepatan tinggi. Waktu sudah termakan banyak oleh kehadiran Arumy dan sekarang Airin pasti telah menunggunya.

Drrt ... drrt ...

Ponselnya bergetar meraihnya tertera nama Mamanya menghubungi. Dia hampir lupa kalau Mamanya titip pesanan martabak rasa cokelat.

Saat ingin mengangkat ponselnya justru terjatuh akibat ban mobil memasuki lubang jalan.

"Napa pake acara jatuh segala!"

Drrt ... drrt ...

Adrian sedikit menunduk mencoba meraih ponselnya namun tidak dapat. Dia menunduk sebentar mencari keberadaan benda tipis itu di saat bersamaan sebuah motor tiba-tiba menyalip di depannya. Hal itu membuat Adrian kaget lalu membanting setir ke kiri seketika itu juga kecelakaan tidak dapat dihindari lagi. Dari arah belakang sebuah truk besar bermuatan barang menabrak mobilnya, hingga terseret berapa meter ke depan sebelum dengan keras menabrak pembatas jalan.

. . . . .

FATE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang