CHANCE

301 79 15
                                    

"Dinda tunggu!"

Wanita itu menoleh menatap Hardi dengan pandangan bingung, "Kak Hardi kenapa lari-lari?"

"Airin di mana? Kakak cari ke ruangan dia nggak ada? Coba hubungi tapi nomornya nggak aktif."

"Itu barusan ke kantin bareng Lisa, ada apa Kak?"

"Kamu juga ikut, ayo."

"Mau ke mana?"

"Adrian kritis, Kakak dihubungi barusan sama Papanya, Om Hendra."

Dinda menjadi ikut panik lalu berlari ke kantin mencari Airin. Tiba di sana dia menghampiri Airin dan berusaha untuk tetap tenang.

"Kok balik lagi? Nggak jadi kerjain laporan?" Airin bertanya bingung.

"Ikut gue ya Rin? Lisa, lo mau ikut juga apa nggak?"

"Ke mana? Gue ikut." Jawab Lisa dengan penasaran.

Airin baru akan bicara saat melihat Kakaknya setengah berlari menghampirinya.

"Kak Hardi kok keringatan gini?"

"Airin, ng ... Kakak dapat kabar kalau Adrian,"

"Adrian kenapa Kak?" Tanya Airin mulai panik.

"Kamu ikut ya? Kita satu mobil."

. . . . .

Suasana koridor di depan ruang inap Adrian mendadak penuh tangisan. Airin yang baru datang semakin panik lalu menghampiri Astrid.

"Ta, Tante ada apa?"

"Sayang ...! Kita berdoa semoga Adrian baik-baik saja di dalam. Dokter mengatakan kalau Adrian kritis ..."

"Adrian akan baik-baik aja Tante, Adrian pasti bangun ... dia janji untuk sembuh ... dia janji nggak akan tinggalin kita semua, nggak akan tinggalin aku dia -" Ucapan Airin terhenti karena Hardi membawa Adiknya ke dalam pelukan.

"Adrian ... akan baik-baik aja 'kan Kak?! Dia janji nggak akan pergi tinggalin kita, nggak akan pergi tinggalin aku ...!"

Hardi tak kuasa menahan tangis Adiknya kembali rapuh seperti beberapa tahun lalu, di mana dia kehilangan Papa dan saudara kandungnya untuk selama-lamanya.

. . . . .

"Hei, tunggu!"

Adrian mencoba melihat dan mengejar seseorang itu. Tetapi dia justru tertinggal jauh. Masih berusaha mengejar dan memanggil hanya bisa melihatnya berdiri membelakangi dirinya sekarang.

"Hei!" Teriak Adrian lagi tapi napasnya seakan habis diserap oleh sesuatu yang tak kasatmata.

Kenapa di taman seluas ini hanya ada dirinya dan seorang wanita asing? Kemudian wanita itu terus berjalan tanpa mau berhenti?

Adrian baru akan kembali mengejar saat asap putih tiba-tiba saja menutup penglihatannya. Tiba-tiba suasana indah taman berganti dengan suara kesibukan beberapa orang di sekitar dirinya. Adrian mulai merasakan tubuhnya tidak lagi dipacu dengan sebuah alat jantung yang menyakitkan hingga dia mulai sadar kemudian melihat suasana sekitar bernuansa putih.

"Segera ganti infus, lalu berikan kabar ini kepada keluarga pasien di luar."

"Baik dok,"

. . . . .

"Selamat untuk Bapak dan Ibu, atas doa kalian pasien akhirnya berhasil melewati masa kritisnya. Lebih bahagianya lagi pasien telah sadar dari koma."

"Benarkah? Syukurlah anakku!"

Airin menangis lega dipelukan Hardi semua beban ketakutan mendadak sirna begitu saja.

FATE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang