Aku berjanji akan terus membuatmu tersenyum tapi aku sendiri yang menorehkan luka, hingga kamu terus menangis dan semua itu karena aku. Kamu akan tahu itu cinta sejati ketika kamu mengharapkan orang kamu cintai bahagia karena kamu, bukan justru sebaliknya tersakiti karena sikapmu.
- Adrian
. . . . .
"Sayang? Kok kamu sejak tadi diam aja? Kamu sakit? Atau menu makanannya nggak enak?" Tanya Arumy sambil menggenggam tangan sang kekasih tapi Adrian bersikap aneh menjauhkan tangannya. Belum lagi tatapan mata itu seperti tidak ingin melihat dirinya.
Saat ini mereka sedang makan malam bersama dengan kedua keluarga di salah satu restoran mewah di kota Bern.
"Adrian kamu kenapa?" Kini giliran Astrid bertanya pada anaknya.
"Ingat, jaga kondisi tubuhmu. Karena besok kamu dan Rumy akan melangsungkan pernikahan."
Adrian mengepalkan kedua tangan di atas lutut, "Siapa yang akan menikah, Dad?"
Hening.
"Sayang maksud kamu apa?" Kembali bertanya lalu Arumy berusaha menyentuh tangan Adrian. Dan hal membuatnya kaget adalah Adrian menepis kasar tangannya di depan mereka.
"Hentikan." Ucap Adrian secara dingin ke Arumy.
"Adrian! Apa-apaan kamu?!" Teriak Hendra berdiri dari kursi, dia berusaha menutup rasa malu atas sikap sang anak terlebih di depan semua keluarga Arumy.
Adrian tertawa pelan, "Ini lucu. Aku sudah ingat semuanya, memori ingatanku sudah kembali."
Mendengar hal itu Arumy menjadi panik dia menatap Adrian dengan ketakutan serta tidak percaya.
"Aku sudah ingat semuanya!" Adrian berteriak marah dan beranjak berdiri dari kursinya, "Aku nggak akan pernah! Untuk menikah dengan dia!" Tunjuk Adrian menatap wanita itu dengan luapan amarah besar.
Pria itu menatap kedua orang tuanya dengan perasaan terluka, "Kenapa? Dad dan Mom tega lakukan hal ini padaku ...?"
"Mom bisa jelas -"
"Aku sakit Mom, Dad. Tapi Airin wanita yang aku cinta jauh lebih sakit lagi."
Adrian berlalu pergi dari hadapan mereka juga tidak memedulikan Arumy berteriak memanggilnya. Tidak peduli akan dampak seperti apa atas pernikahan tidak ingin dia lakukan terlebih sekarang dia sudah mengingat semua. Adrian memutuskan kembali ke Indonesia malam ini juga atau dia bisa semakin merasakan sakit atas rasa bersalah jika harus berlama-lama di sini.
. . . . .
Tiba di hotel dia sewa, Adrian kembali menangis meluapkan segala amarah serta rasa sakit.
"Aku benci sama diriku sendiri, aku marah kenapa? Kenapa aku menyakitimu terlalu dalam, sugar ...? Aku mencintai kamu ... tapi aku justru yang menyakitimu."
"Bajingan! Kau bajingan sialan Adrian!!!!" Pria itu berteriak seakan tidak hanya cukup itu saja semua barang di hadapan mata menjadi sasaran. Adrian melempar gelas, piring, barang apa pun di hadapannya hingga pecah dan berserakan di lantai.
"Sugar ... seberapa dalam aku menyakitimu? Maafkan aku ... maaf karena nggak mengenalmu ...! Aku pria bodoh itu! Aku berengsek telah menyakitimu! Aku minta maaf!"
Adrian memukul kuat kepalanya lalu berteriak kembali berharap bisa mengendalikan rasa sakitnya atas kenyataan dia terima. Karena dia adalah pria berengsek itu yang meninggalkan Airin, pria yang telah membuat wanita dia cinta menangis, pria yang menyakiti Airin dengan sangat luar biasa hingga dia tidak mampu untuk sekedar memaafkan dirinya sendiri.
. . . . .
Rintik hujan masih tampak memenuhi langit kota yang sudah beranjak malam. Padatnya lalu lintas menjadi objek utama di lihat Adrian dari balik jendela mobil akan membawanya ke tempat tujuan.
Memakan waktu perjalanan lama dia hanya pulang ke rumah orang tuanya sebentar untuk meletakkan koper dan mengambil mobil. Saat ini pikirannya hanya tertuju pada Airin walau kepalanya terasa begitu sakit tapi tujuannya tetap hanya satu.
"Aku kembali sugar ... aku telah kembali. Aku sudah ingat semuanya dan sekarang aku sangat merindukanmu, aku merasakan teramat sakit di sini di hatiku begitu perih."
Berapa lama dia menelusuri jalan dengan pikiran kacau, hingga dia tiba di halaman rumah seharusnya sudah dia kenal sejak datang setelah semua kejadian itu terjadi. Tertegun begitu lama dengan pandangan penuh luka Adrian mulai melangkah menuju pintu lalu mengetuknya dengan tidak sabar.
"Cari siap -" Ucap seseorang membukakan pintu.
"Hardi."
Pria di hadapannya hanya berdiri diam menatapnya.
"Gue mau ketemu Airin, gue udah ingat semua, gue balik buat dia."
Hardi yang tadinya diam mendadak tertawa tapi selanjutnya tawa itu berubah menjadi tangisan.
Adrian terhuyung ke belakang saat satu pukulan keras mengenai wajahnya. Berlanjut tubuhnya di dorong keras sampai punggungnya menabrak tiang.
"Elo harusnya nggak balik karna semua udah percuma!"
"Ya ... lo benar. Tapi gue mau minta maaf atas kesalahan gue, jadi izinkan gue buat ketemu dia gue mohon ...?!"
Hardi melepaskan pegangannya pria itu mengusap wajah sebelum kembali menangis.
"Bukan kesalahan lo semua udah takdir, tapi gue senang karna Tuhan akhirnya kabulkan permintaan Adik gue, lo bisa balik ingat dia. Tapi lo emang berengsek lo udah nyakitin Adik gue dengan sangat!"
"Gue emang berengsek, gue pantas disebut kayak gitu. Gue akuin gue salah besar di sini. Jadi gue mohon sama lo gue rindu dia, gue mau ketemu dia,"
Raut wajah Hardi berubah sedih.
"Elo napa diam? Gue sangat rindu dia gue mau ketemu dia sekarang."
Hardi kembali diam dia mengalihkan pandangan berusaha tidak menangis sebelum dapat kembali bersuara.
"Ikut gue masuk ke dalam."
. . . . .
Adrian melangkah dengan tidak beraturan menuju halaman belakang rumah wanita dia cinta. Pandangannya sekarang mengabur karena air mata dengan jantungnya terasa sakit atas perasaan hancur setelah mendengar cerita dari Hardi.
Begitu hebatkah luka dia berikan kepada wanita sangat dia cinta?
Membuat semangat hidup Airin menghilang saat dirinya yang berengsek ini menjadi kejam.
Adrian merasakan segala kepedihan itu dia bukan hanya menyakiti perasaan Airin, tetapi juga mengikis secara perlahan hidup Airin hingga habis tak bersisa.
Sedangkan dirinya?
Dia hanya tahu melupakan, hanya tahu memiliki wanita lain, hanya tahu untuk bersikap tidak peduli. Sekarang Adrian benar merasakan kehilangan sebuah rasa yang sama seperti Airin rasakan terhadapnya.
Apa yang harus dia lakukan sekarang? Tidak ada, dia hanya bisa menangis untuk semua kesalahan atas perbuatannya.
Dia mencintai Airin tapi dirinya juga yang menyakiti wanitanya. Dia tidak pernah merasakan kehilangan tapi sekarang dia merasakan semua itu. Adrian kembali menangis untuk pertama kali dalam hidup dia merasakan kehilangan begitu teramat besar.
. . . . .
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE [END]
RomanceThis work is protected under the copyright laws of the Republic of Indonesia ( Undang - undang Hak Cipta Republik Indonesia No. 28 Tahun 2014 ) =================================== Adrian Rifainoharl (28th) - Baik, tampan, pintar serta CEO dari Relat...