Chapter 12 : Uchitel'

334 51 27
                                    

Yeonjun menatap ujung sepatunya yang menyentuh permukaan danau. Sepersekon kemudian, maniknya beralih pada muka air yang merefleksikan wajahnya. Wajah itu kelihatan pucat, makin suram dilihat, ditambah lagi dengan rambut abu-abu khas Yeonjun. Samar-samar, pemuda Choi itu bisa melihat daerah sekitar matanya yang menghitam.

"Yeonjun-ah!"

Suara yang mendadak datang dari arah belakang Yeonjun itu mampu menyedot atensi si pemuda Choi dari permukaan air menuju seorang gadis bersurai cokelat sebahu yang kini menyengir kuda di belakang sana.

Yeoreum berlari-lari kecil ke arah Yeonjun. Tangan kanannya menenteng kantung berisi roti dan susu. Niatnya nanti mau diberikan pada Yeonjun. Yeoreum mau menghibur lelaki yang belakangan selalu menghindar darinya dan teman-temannya itu.

"Hei, tega sekali kau main ke tempat seperti ini tapi tidak mengajakku dan yang lain," kata gadis itu begitu duduk di samping Yeonjun.

Yeonjun tersenyum tipis. "Kenapa kau bisa tahu aku ada di sini?"

"Aku tadi mampir ke rumahmu. Nenekmu bilang kalau biasanya kau datang ke mari saat akhir pekan." Yeoreum menatap Yeonjun. "Kenapa belakangan kau terkesan seperti menghindari kami?"

Lelaki itu tersenyum tipis. "Aku tidak menghindar, kok. Aku cuma lagi ingin sendiri."

"Ya makannya itu, kenapa kau ingin sendiri?" Jemari Yeoreum menyentuh tangan kanan Yeonjun yang terkulai di sisi tubuhnya. "Yeonjun-a, kita 'kan teman, jadi jangan menyimpan masalah sendiri, ya? Kau tahu tidak, kami khawatir padamu."

Ucapan Yeoreum barusan sukses menggerakkan hati si pemuda Choi. Lelaki itu mengalihkan pandangan dari manik Yeoreum yang penuh gurat-gurat khawatir, beralih pada danau luas di hadapannya. Sepanjang hidupnya, Yeonjun baru kali ini dengar orang berkata khawatir padanya selain dari mulut neneknya.

"Apa ... Chenle menganggu kalian?" Pemuda itu bicara setelah cuma diam selama satu menit.

Yeoreum yang semula melamun menatap siluet Yeonjun jadi langsung tersadar. "Apa?"

"Apa Chenle menganggu kalian?"

Kening gadis itu membentuk garis-garis tak rapih ketika kalimat barusan selesai diucapkan Yeonjun. "Tidak, kok. Harusnya aku yang bertanya padamu, apa Chenle mengancammu dengan menggunakan kami?"

Melihat respon Yeonjun yang cuma diam dengan ekspresi sedikit terkejut, membuat Yeoreum tersenyum simpul. Tepat sasaran. Gadis itu mengambil satu langkah maju supaya bisa berada tepat di depan Yeonjun, menghalangi pemandangan danau dari netra pemuda itu. "Yeonjun-ah, lihat aku!" pintanya.

Waktu Yeonjun mulai merespon, Yeoreum berikan senyuman paling menenangkan yang ia punya. "Kau pernah dengar soal sapu lidi? Bukankah lidinya tidak bisa digunakan kalau cuma satu? Lidi itu harus memanggil teman-temannya dan bersatu supaya bisa menyingkirkan sampah. Kalau kau mau menghadapi Chenle sendirian, akan sulit bagimu sendiri. Bukankah lebih baik kita menghadapinya bersama-sama? Sama seperti lidi yang bersama-sama menyingkirkan sampah. Ayo kita juga bersama-sama menyingkirkan Chenle!"

Bel sudah hampir berbunyi dan Yeonjun masih sibuk berlari di koridor sekolah. Ia bangun agak siang akibat semalaman memikirkan kalimat Yeoreum beserta perhatian teman-temannya yang selama ini diberikan pada Yeonjun.

Duk!

Bahu Yeonjun tanpa sengaja menabrak presensi seseorang hingga pemuda itu terpental jatuh ke lantai. Yeonjun mendongak, menatap pria yang menjulang di hadapannya. Pria itu menghadap Yeonjun yang masih di posisi semula, lantas buru-buru mengulurkan tangan dengan air muka menyesal.

Crown || Choi YeonjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang