Perpustakaan, 26 Agustus 2017
Tiga lembar kertas bertemankan pena berada di atas meja. Jemari yang biasa menari diatasnya, kini berpindah pada kepala. Pening tiba-tiba melanda. Wajar saja, ia sudah berada di sini tiga jam lamanya.
Tanpa terasa, matahari sudah condong ke arah barat. Waktu sudah menunjukkan angka empat. Namun, si gadis belum juga beranjak dari tempat.
Bersama tiga kertas kosong. Yang tidak sepenuhnya kosong. Ada satu lembar yang sudah terisi dengan goresan. Dengan dua buah foto bagai hiasan.
Air menggenang di pelupuk matanya. Tak dapat ditampung lebih lama. Pada akhirnya, jatuh juga.
Satu titik.
Setitik kelabu yang perlahan hilang di atas kertas. Mengering dengan lekas. Berbaur dengan udara lepas. Menyisakan bekas.
Andai secepat itu melupakan segalanya. Ia tak akan berada disini guna melakukan hal tak berguna. Ia tak akan menulis surat di atas kertas. Berharap semuanya akan berbalas.
Surat, maupun perasaannya.
Pipi kanannya bertumpu pada lengan. Kembali memandang foto mengandung kenangan yang tersimpan apik pada potret sebuah senyuman. Semakin lama di pandang, suara isakan pun merajai keheningan.
Sebuah decitan kursi pun tak membuatnya bergeming. Hanya saja, suara isakannya semakin tipis.
"Maaf." ucapnya dengan nada sengau yang kentara. Dengan sigap ia beranjak dari kursinya. Melangkah cepat hingga meninggalkan sebuah kertas di atas meja.
"Eh?" pria yang duduk disebelahnya tadi, berusaha mengejar. Namun, Luna terlalu cepat. Aturan perpustakaan yang tak boleh berisik, menjadi kendala. Tak bisa berteriak.
Pada akhirnya, kertas dengan dua polaroid itu dibawa pulang oleh Jaemin.
"Ternyata benar. Itu kamu, Luna." Ia menatap foto gadis dengan wajah yang tak lagi asing baginya. Namun, asing dengan foto pria di sebelahnya.
Setitik bekas menjadi perhatian Jaemin kali ini.
"Apa dia menangis karena ini?" monolognya. Ia menyelipkan kertas itu di dalam buku catatannya. "Pasti hal yang sangat penting."
Kamu benar, Jaemin.
Hanya itu, yang tersisa. Foto pria itu satu-satunya yang dimiliki oleh Luna. Ia ingin mengembalikannya agar bisa melupa.
Namun, apakah Luna bisa?
.
Luna kembali setelah merasa ada yang janggal. Ada sesuatu yang tertinggal.
"Apa anda mengamankan kertas di meja nomor tujuh?"
Sudah tiga kali ia bertanya hal yang sama pada tiga pustakawan. Namun, tak ada jawaban yang memuaskan.
Hanya gelengan, atau kata 'tidak' yang ia dapatkan.Harapannya hanya satu. Kepada orang yang duduk disebelahnya tadi. Tapi, apakah ia akan kembali esok hari?
Mari kita berbincang dengan semesta. Semoga, harapan Luna menjadi nyata.
•
author note;
Ada apa dengan Luna dan Hyunjin🤔
KAMU SEDANG MEMBACA
Sejagat.
Fanfictionft. Na Jaemin Semesta tahu, apa yang penghuninya butuhkan, bukan apa yang diinginkan. Start : 21 Juli 2020