Besoknya, Genta tidak jadi datang ke rumah Shera, dan kini Shera sedang memarahi Avi karena ulah bocah kecil itu. "Avi pulangnya sama siapa? Kok nggak bilang sama Mama? Tadi Mbak Rita nyariin Avi kemana-mana." Shera melipat tangannya di depan dada. Tatapannya tegas menatap anak semata wayangnya. Tadi, Avi sempat main ke luar rumahnya, Shera sudah mengingatkan Avi untuk pulang langsung ke rumah dan tidak keluyuran. Tapi, anak badungnya ini tidak mendengarkan dan alhasil setelah jam menunjukkan angka dua, Avi baru pulang ke rumahnya.
"Tadi ke rumah Akbar dulu, mau liat adik bayinya. Avi mainnya di sana doang kok, Mama. Avi nggak kemana-mana." Anaknya terlihat takut melihat sang ibu yang marah.
"Iya, tapi kan Mama udah bilang, kalau mau kemana-mana lagi, bilang ke Mama atau Mbak Rita." Shera mengelus rambut anaknya dengan pelan. Avi hanya mengatakan ingin main di rumah tetangga sebelah, tidak mengatakan akan pergi dengan 'Si Akbar' itu.
Rita yang melihat anak majikannya sudah pulang menghembuskan napasnya lega. "Dek Avi, dikirain Mbak mainnya kemana."
Shera kembali menatap anaknya tajam. "Minta maaf sama Mbak Rita."
Avi mengangguk. Pandangannya yang semula menunduk, beralih memandang pengasuhnya. "Maaf, Mbak Rita. Avi udah ngerepotin Mbak Rita."
Rita mengangguk. "Iya, nggak apa-apa." Rita akhirnya pamit dari sana untuk menyelesaikan tugasnya.
"Sekarang, Avi mau makan apa?" Shera tidak tega melihat wajah memelas anaknya. Ia mengajarkan anaknya untuk selalu mengucapkan tiga kata 'ajaib'; maaf, tolong, dan terimakasih. Shera juga mengajarkan Avi untuk tidak cengeng dan tidak manja.
"Udang asam manis, Ma. Tolong," ucapnya pelan. Pandangannya masih tidak mau melihat sang Mama karena takut.
Sheea tersenyum lembut. Ia mengambil tangan Avi. "Mama udah nggak marah. Kan, Mama sayang sama Avi."
Avi tersenyum. Ia langsung memeluk Shera dengan erat. "Avi sayang Mama Shera."
***
"Mama, Papa kok nggak pulang aja, sih?" tanya Avi ketika Shera sedang memasak makanan kesukaannya.
"Masih ada kerjaan, Vi. Masih lama pulangnya." Tentu saja masih lama, karena Shera membutuhkan waktu yang 'masih lama' untuk menyakinkan hatinya. Dan tentu ia tidak akan memberitahu Genta awalnya akan kemari untuk mengunjungi Shera.
Avi langsung memberenggut. "Avi pengen Papa, Ma..." Ini pertama kalinya Avi 'meminta' Papa-nya kembali.
"Iya, nanti kalau Papa udah nggak sibuk, ya." Nanti kalau Mama udah bener-bener siap.
Avi langsung menempelkan pipinya di meja makan yang ada di hadapannya dengan lemas. Rumahnya terasa sepi, hanya ada Mama, Mbak Rita, dan dirinya. Kakek dan Nenek sudah pulang, dan Papa tidak ada di sini. "Tapi rumahnya jadi sepi, Ma."
Shera berbalik untuk menatap anaknya. Ia tertawa kecil, tidak tega juga melihat Avi-nya seperti itu. "Avi mau jalan-jalan sama Mama?"
Avi langsung mendongakkan kepalanya. Ia mengangguk dengan semangat. "Mau!"
Shera tertawa melihatnya. "Nanti sore, ya. Sekarang kamu makan dulu."
***
"...iya, taman biasa..."
"...nggak ngeganggu kamu, kan?"
"....okay, see you there..."
Shera memutuskan untuk mengajak Genta dan memberikan kejutan pada Avi. Ia takut anaknya akan sakit lagi seperti dulu. Biarlah nanti dia mencari alasan lagi jika anaknya menanyakan kenapa Genta tidak tinggal lagi dengan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
L'amour L'emporte [Complete]
General Fiction"I don't see any reason why we have to be together, still." "But, i still want you. That's the only reason." *** Sheravina Anjani Sanjaya tidak percaya lagi pada suaminya--Gentahardja Revan Subroto setelah semua hal yang telah dilakukan oleh pria it...