Part 02

51 8 0
                                    



"love all, trust a few"

- William Shakespreare

trust is one thing you don't give for free

.....

🍁🍁🍁

"yah, kalo Lis disana ayah sering-sering jenguk 'kan?" lis mendongkak, bertanya pada sang ayah

"kalo ayah gak mau gimana?"
goda ayah pada anak perempuannya itu, lis mengembangkan pipinya kesal, ayahnya ini memang senang sekali membuatnya kesal

"ya gak papa kalo ayah gak jenguk juga, bagus 'kan jadi Lis bisa bawa teman cowok Lis dengan bebas".
Jawabnya sambil mereggangkan tangan menyapu badan sang ayah, menggoda ayahnya juga adalah kemampuannya, lis terkikik dalam hati

"enak aja bawa teman cowok, dicabut dari kartu keluarga mau? "

Ayah mengganti wajah cerianya dengan wajah garang dan sisi possesif juga ikut muncul, lis sebenarnya ingin tertawa melihat perubahan ekspresi ayahnya saat ini, tapi ia menikmati saat-saat ketika ayah nya marah, karena kurang dari 24 jam ia akan berpisah dengan keluarganya, walaupun jakarta-Bandung hanya ditempuh dalam 3 jam tapi ia akan merindukan saat-saat ini. menggoda sang ayah tentu tak akan ia lakukan saat ia hidup di Bandung nanti.

Sampai diruang keluarga, ayah masih saja menunjukkan muka dinginnya, duduk diseberang sang ayah yang mengambil duduk di samping sang ibu, mengerti hal yang terjadi pada ayah-anak itu nimas tertawa geli dengan interaksi mereka. Sebenarnya siapa yang anak disini batinnya tertawa lucu.

"hayooo kamu apakan suami ibu yang ganteng ini?"
Goda nimas pada suaminya sembari melerai kemarahan suaminya itu

"tau tuh bu, masa teman-teman Lis gak bolehin main ke tempat Lis terus masa ayah gak mau jenguk, 'kan gak fair ya bu? "

"hmm, ayah gitu ya sini Lis sama ibu aja, nanti ibu sering-sering jengukin anak TERCANTIK ibu ini, gak kaya ayah kamu" tekannya,
Ibu beralih duduk di sofa berdampingan dengan sang anak, merangkul anak gadisnya dan ikut memusuhi sang ayah yang terlihat semakin masam itu.

"iya lah anak tercantik, kalo aku cewek palingan aku yang TER-TERcantik dibandingan die mah"
Seseorang ikut nimbrung disela-sela perdebatan mereka, berjalan dengan santai dan ikut mendudukan diri diantara lis dan ibu.

lis mendelikan bola matanya, "gue mah gak papa kalo sekarang loe yang tercantik juga ya gak bu?" godanya

"gak dong ini 'kan anak terganteng satu-satunya, kesayangan ibu"
merangakul seseorang yang dipanggilnya anak kesayangan itu, 

"ibu kok gitu tadi aja belain Lis, sekarang malah pindah haluan ke si curut"

Protes Lis setelah ibunya yang membelanya dari sang ayah malah berbalik membela adiknya. Ya seseorang itu adalah adik laki-laki Lis dia Nilco Ali Pradja, dia adalah teman debat bagi Lis. Walaupun ujung-ujung nya nilco lah pemenangnya karena mengikut sertakan sang ibu dalam perdebatan mereka tetapi tetap saja Lis senang jika harus berdebat dengan nil. Seorang yang selalu mecuri perhatian sang ibu, dan seorang yang juga selalu mendapat celotehan marah sang ayah, adik satu-satu yang sayangnya begitu ia sayangi dan juga tempatnya bercerita mengenai masalah yang ia alami, hampir tak ada rahasia yang ia sembunyikan pada sang adik, walaupun sering kali membuatnya naik pitam dengan tingakahnya.

"yaudah Lis sama ayah aja 'ya, biasanya juga sama ayah" perintah ibu mengibaskan tangan mengusir lis

"orang bos nya lagi marah ibu gak liat" menunjuk ayahnya yang masih menampakkan tampang masam.

"udah-udah sana tidur sudah malam, nanti kesiangan lagi."
pinta ayah yang akhirnya ikut bersuara namun masih dengan raut datarnya.

Selepas itu mereka kembali pada kamar mereka masing-masing walaupun sedang asyik berbincang mereka akan dengan turut jika sang ayah sudah memberi perintah. Karena sejak kecil mereka sudah didik menjadi anak yang disiplin.

Nelisa memang tumbuh di keluarga yang bisa dibilang harmonis walaupun ayah nya sibuk tetap saja mereka bisa berkumpul disela-sela kesibukan mereka, selain itu keluarga Lis juga termasuk dalam keluarga terkaya diindonesia, namun tak menjadikan mereka berjumawa atas berkatnya, tetapi bisa dikatakan mereka adalah keluarga paling rendah hati dibanding keluarga-keluarga kaya diluaran sana, Lis juga tak masuk dalam golongan anak orang kaya yang sombong, memanfaatkan kondisi keuangan keluarga nya untuk bergaya, atau ikut dalam pergaulan tak benar. Itulah istimewanya Nelisa Fatma Pradja menjadi sosok yang begitu extraordinary bagi orang yang melihatnya.

Dia hanya ingin menjadi apa yang dia inginkan, tak berpegang atas apa yang dimiliki orang tuanya, jika ia bisa berdiri dengan kakinya mengapa ia perlu tongkat untuk berjalan. Dengan kata lain jika ia sendiri mampu melakukannya mengapa ia meminta bantuan dari orang lain, walaupun manusia dilahirkan untuk menjadi makhluk sosial, selalu membutuhkan uluran tangan orang lain tetapi ia sebisa mungkin menghindari hal itu. Dan ia yakin suatu hari nanti ia akan dapat benar-benar berdiri tanpa tumpuan orang tuanya lagi dan itu kewajibannya sekarang.

.

.

.

Republish, 18 November 2021

Enjoy the story ;)

My Dreams And YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang