setting goals is the first step in turning the invesible into the visible
-Tony Robbins
so get your goals first, you can get your way in the second.
...........
Tiupan alunan seruling didengarkan. Alunan musik dari café-café yang dihasilakan Getaran musik dari bambu, angklung mereka menyebutnya terdengar halus oleh telinga yang terbiasa mendengar bunyi klakson bertautan dikanan dan kiri, udara yang lebih dingin dari biasanya menyapa kulit, asri nya Bandung menyambut gadis cantik yang akan menjadi penghuni barunya.
"Selamat datang Bandung, jadilah pemanis dalam diary hidupku, berikan kenangan indah ya" gumamnya ketika sampai di kota bernamakan Bandung itu.
......
"Akhirnya udah sampai neng"
ucap sopir membangunkan lis yang yang sempat tertidur"alhamdulilah, hm—mamang kenapa gak di bangunin dari tadi coba lisnya" sambil sedikit menggeliat, menegakkan tubuh ia regangkan otot-otot
"maaf neng, orang mamang juga gak tahu kalo neng lis ketiduran"
"yaudah kalau gitu bawain koper lis ya mang, tasnya biar lis aja"
"iya neng" Lis membuka pintu mobil, keluar dengan tas yang ia jinjing ditangannya
......
"assalamualaikum bi isahhh", Teriak lis saat masuk kedalam sebuah rumah bertingkat yang terlihat asri karena tanaman-tanaman hias yang terpajang dalam pot dihalaman, nelisa memang memilih menetap dirumahnya ini, rumah keluarga lebih tepatnya, rumah ini biasa di tempati jika menjelang hari libur keluarga Pradja, dan nelisa bilang lebih baik ia menempati rumah ini dibanding ngekost atau beli aperteman. Jika ada yang dapat di tempati mengapa harus beli pikirnya santai.
"waalaikumsalam, aduh neng geulis udah datang, mani sono bibi ka eneng"
Jawab bibi sambil menerima pelukan dari lis (sono='kangen)"iya bi, lis juga sono ke bibi, bibi sehat 'kan?" tanya lis sambil melepas pelukannya
"alhamdulillah baik neng eneng gimana sehat? ibu sama bapak gimana neng, aceng nil juga gimana? " tanya bi isah bertubi-tubi, bi isah adalah ART rumah di Bandung ini, dia lah yang menggurus rumah agar tetap terawat baik, walaupun jarang bertemu mereka selalu saja akrab jika sudah bertatap-muka seperti ini.
"aduh,aduh satu-satu dong bi nanya nya jadi pusing nih lis jawab nya" cengir lis pada bibinya itu, menghela nafas mendengar celotehan dari bi asih yang selalu berhasil membuatnya terkekeh
"hehe maaf neng maaf atuh kangen soalnya"
"mereka baik-baik aja kok bi, ngomong-ngomong nil udah naik 50 cm loh dari terakhir dia kesini bi"
"jadi tambah ganteng dong neng, si eneng kalah tingginya"
"iya bi, tapi kalo nambah ganteng lis gak setuju"
"haha eneng mah gitu sama adik sendiri, ih iya sampai lupa keasikan ngobrol, neng mau di buatin apa? siomay sama teh lemon mau?"
Berbicara dengan bi isah selalu membuatnya antusias menceritakan semua yang di tanyakan wanita baya itu lis sampai dibuat lupa harus menghubungi keluarganya, ia bahkan belum menyimpan tas yang masih setia menggantung di bahunya.
"hm lis juga sampai lupa harus nelpon ayah, yaudah buatin apa aja ya bi, masakan bibi udah paling dabes soalnya" cengirnya dan berjalan meninggalkan bibi yang juga pergi kedapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dreams And You
SpiritualIni adalah cerita pertama buatku, semua adalah murni hasil imajinasiku jadi kalau ada kesamaan dalam apapun, percayalah itu bukan bentuk dari kesengajaan. . . . . Nelisa fatma pradja karib disapa lis adalah perempuan mandiri, anak dari seorang pen...