(Romantic Comedy)
#3 My Boss Series
Lulove Jellyta baru saja ditugaskan menjadi asisten pribadi Marcopolo Wijaya. Baru pertama bertemu, Lulove menemukan banyak hal buruk pada diri Marco, terutama masalah dalam hidupnya.
Namun, semua permasalahan ya...
Playlist chapter ini disponsori lagu Noel - Our Last Day💌
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
•
•
-- BATAS KAGET --
Marco masih tidak percaya mendengar ucapan Lulove. Dia bergegas ke rumah sakit begitu Marini memberitahu. Setelah tiba di rumah sakit Marco berlari masuk. Dadanya terasa sesak. Tepat saat dia tiba di depan ruang inap, Savannah menamparnya keras-keras. Bunyi 'plak!' menjadi bukti bahwa Savannah menggunakan kekuatan dalam untuk menamparnya.
"Dasar nggak punya otak!" maki Savannah.
India mendekat, mencoba menarik tangan Savannah agar mundur ke belakang. "Kak Sav, sabar."
"Sabar? Mana bisa! Dia tuh biar sadar. Manusia tolol sedunia ini nggak ada pemikiran untuk ngurus anaknya!" umpat Savannah dengan kekesalan yang meluap-luap.
Lulove diam memandangi kejadian itu, dan menunduk karena tidak berani menatap Savannah yang kesal. Dia belum pernah bertemu dengan anaknya Marco, tapi sudah mendapat kabar seperti tadi.
"Gue nggak mau debat. Gue mau lihat anak gue," kata Marco pelan.
"Mau lihat anak lo? Ternyata masih nganggap Belle anak. Gue pikir tuh bocah udah lo bilang anak orang," omel Savannah. Suaranya kian meninggi, membuat beberapa orang kaget karenanya.
"Sav, tolong. Gue sedih denger—"
"Anak lo masih hidup. Bisa aja dia meninggal kalau nggak buru-buru dibawa ke sini. Kalau anak lo sakit, mana pernah lo jenguk. Makanya gue suruh Tante Marini bilang anak lo meninggal. Bener aja lo datang. Dasar nggak ada perasaan sama sekali. Ngotak dong lo!" potong Savannah semakin kesal.
"Sav, udah. Biar Marco jenguk dulu putrinya," bujuk Gavin.
"Udah? Gila lo! Biar dia sadar kalau kelakuannya sama kayak binatang! Bahkan binatang aja masih bisa ngurus anaknya." Savannah semakin emosi. Dan tangannya bergerak lagi mendaratkan tamparan lain di wajah Marco. "Kalau lo punya otak, lo nggak akan ngebiarin Belle menderita. Udah nggak punya ibu, bapaknya nggak peduli. Kasihan ya anak itu. Nggak dapat kasih sayang cukup."
Sepupu yang lain cuma bisa mendengarkan Savannah mengomel. Mereka tidak ingin melerai lagi karena semua yang diucapkan Savannah benar adanya.
Marco agak terkejut. "Jadi Belle nggak meninggal?"
"Nggak, Mar. Sengaja bilang gitu biar lo datang ke sini. Lo nggak pernah mau jenguk Belle kalau dia sakit. Jadi terpaksa ngomong begitu," jelas India.
"Kenapa? Lo mulai nyesel datang jenguk anak sendiri?" Savannah kembali mengomel. "Asal lo tau ya, Belle selalu nanya apa lo sayang sama dia atau nggak. Itu anak sering nangis nanyain ayahnya tapi lo nggak pernah peduli. Apa lo pikir Belle nggak dilahirkan dan dengan tiba-tiba muncul? Nggak. Dia lahir dari perempuan yang lo cintai."