55

373 43 4
                                    

"Woi bekantan. Lo belum jawab pertanyaan gue,"

Eunwoo membawa kotak martabak yang sudah habis ke dapur untuk dibuang ke tempat sampah. Memang sedari tadi ia tidak menjawab pertanyaan Junho, hanya sibuk memakan martabaknya sambil menanyakan apa ada hal sulit yang Junho dan Eunsang hadapi saat ujian hari pertama.

Eunsang menjawab semua pertanyaan yang Eunwoo lemparkan, begitu juga dengan Junho. Tetapi tidak dengan Eunwoo, yang bahkan belum menjawab pertanyaan adiknya itu.

"Pertanyaan yang mana?" Tanya Eunwoo.

"Lo pulang ke rumah jam segini karena ada masalah kan? Dan, dimana Mama? Gue gak ngeliat Mama dari tadi pagi." Junho benar-benar tidak melepas pandangannya dari arah Eunwoo untuk memastikan bahwa tidak ada sesuatu yang sedang kakaknya sembunyikan.

"Udah dibilang gue pulang ke rumah karena dosen sakit. Dan jadwal gue sekarang emang cuman dia," jawab Eunwoo sambil mencuci tangannya di westafel.

"Terus, Mama kemana? Lo cuman jawab satu pertanyaan tapi pertanyaan terakhir gak lo jawab." Tanya Junho lagi.

Eunwoo berhenti mencuci tangan, mematikan keran nya, lalu menarik nafas panjang.

"Mama mampir ke rumah temen nya," jawabnya.

"Cih, badak sumbu. Lupa ya lo? Kalo lo tuh gak bisa bohong dari gue, kak. Percuma lo cari banyak alasan tapi tatapan mata lo ke gue aja seakan udah ngejawab semua nya." Ucap Junho. "Sekarang gue mau lo jujur, susah gitu jujur doang?"

"Ah, garpu cuangki. Iya gue jujur, iya." Eunwoo benar-benar menarik nafas yang panjang, lalu menghembuskannya perlahan. "Mama...."

"Oh ayolah, Eunwoo! Bukankah jujur lebih baik? Tapi kalo lo jujur... Apa nantinya gak akan ngeganggu ujian adek lo?" Ucapannya dan batinnya seakan sedang bertengkar, memperebutkan mana yang harus Eunwoo katakan.

"Mama....??"

"Mama—"

For all the times that you rain on my parade
And all the clubs you get in using my name
You think you broke my heart, oh girl for goodness sake
You think I'm crying, on my own well I ain't

Ponsel Eunwoo berdering, memunculkan satu nama yang terlihat oleh Junho dan Eunsang. Kang Daniel, kakak laki-laki nya Kang Minhee.

Tunggu.

Apa?

Daniel?

Untuk apa ia menelpon Eunwoo? Mereka bahkan hanya tahu satu sama lain, tidak saling mengenal apalagi dekat sebagai sahabat. Bagaimana...

"Halo, Niel?"

".........."

"Huh? Seriusan? Kalo gitu 15 menit gue sampai kesana,"

".........."

"Thanks, Niel."

Sambungan telepon keduanya terputus. Junho hanya menatap kakaknya dengan bingung, begitu juga dengan Eunsang.

"Kak Eunwoo dekat sama kak Daniel?" Tanya Eunsang.

"Ah, kami dekat. Lebih tepatnya tidak terlalu dekat, cuma... Kakak minta bantuan sama Daniel buat masukin kakak ke kantornya. Soalnya dikit lagi kakak mau lulus, jadi harus cepet-cepet cari pekerjaan." Jawab Eunwoo.

"Bentar... Sejak kapan kalian dekat? Dia bahkan lebih tua dari lo, kenapa lo bisa manggil dia dengan sebutan 'Niel' tanpa embel-embel 'kakak' atau semacamnya?" Tanya Junho, membuat tubuh Eunwoo semakin menegang.

"Lo tuh nanya mulu, kayak wartawan yang lagi interogasi orang penjual bakso borax. Dah ah, gue mau pergi dulu. Kalian jaga rumah, kalo mau keluar nanti jangan lupa pintu belakang sama depan dikunci, gue sama Mama bawa kunci cadangan." Ucap Eunwoo. Ia mengambil jaketnya, lalu memakai tas nya kembali sambil menenteng jaket di tangan kirinya.

Dalam batin Junho, ia sudah mengutuk beberapa kutukan untuk kakaknya yang membuatnya penasaran. Ada apa sebenarnya?

_______________[🐦]_______________

"Niel, gimana?"

Eunwoo menepuk bahu Daniel yang sedang duduk di kursi taman dekat rumah sakit yang dulu dimana menjadi tempat Papa Hyungsik dirawat sampai ia pergi dan tak kembali.

Eunwoo dan Daniel, mereka saling mengenal disaat Daniel menolongnya. Eunwoo bisa tahu itu Daniel karena Junho adalah sahabat adiknya Daniel, Kang Minhee. Eunwoo hanya tahu Daniel, tidak mengenal Daniel atau bahkan dekat dengan Daniel. Tetapi, 2 hari lalu, Daniel menolongnya. Eunwoo tidak akan tahu bagaimana nasibnya jika tidak ada Daniel saat itu.

Sejak itulah mereka dekat dan saling mengenal. Keduanya memutuskan untuk memanggil dengan formal. Tidak ada embel-embel 'kakak' atau semacamnya, tetapi tetap saja Eunwoo harus sopan kepada Daniel.

"Beres, administrasi nya udah gue bayar pakai uang yang lo kirim tadi pagi." Ucap Daniel.

"Gue gak tau lagi harus bilang apa sama lo selain kata terima kasih. Makasih banyak ya, Niel. Gue gak tau lagi kalo lo—"

"Seribu kali lo bilang makasih, gue yang bosen dengernya." Potong Daniel.

"Hehehe, habisnya lo udah banyak bantu gue, Niel. Makasih banyak ya," lanjut Eunwoo.

"Iya, sama-sama. Santai aja kali," kata Daniel menanggapi.

Mereka sedikit mengobrol di bangku itu, tak lama kemudian... Waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore.

"Mending lo balik, lanjutin skripsi lo yang belum lengkap. Pulang ke rumah santai dulu, jangan kasih tau si Junho. Lo gak mau kan kalo sekolahnya terganggu?" Kata Daniel.

"Tapi..."

"Santai elah, ada gue sama Minhee. Gue yakin tuh anak demen rebahan kalo disogok Pocky langsung tutup mulut. Lagian ada gue yang jagain, santai aja."

"Seriusan? Tapi nanti kerjaan lo jadi—"

"Kagak elah, waktu kerja gue malam hari ini. Lagian cuman tanda tanganin beberapa berkas doang, habis itu dirumah gue cuman bengong. Jadi, gue punya cukup waktu buat nunggu lo sampai nanti malam."

"Gak apa, Niel?"

"Gak apa, Woo. Udah sono balik, bawain makanan buat adek lo. Inget kata gue tadi, lo nya juga jangan khawatir. Selagi dokter bisa nanganin, semua aman. Kalo dokternya mager, gue bakar rumah sakitnya."

"Bangsat,"

Eunwoo tertawa, begitu juga dengan Daniel. Ternyata Daniel memang sangat asik dan selera humor mereka memang sama.

"Kalo gitu, gue balik dulu. Nanti malam gue balik lagi, gantian lo yang pulang dan gue yang jaga. Gue mau nginep disini karena besok jadwal kuliah gue gak terlalu berat."

"Ohh oke kalo gitu,"

"Makasih ya, Niel. Gue balik dulu,"

"Hati-hati, awas kesandung semut."

Keduanya terkekeh bersamaan.

Mereka sekarang sudah makin dekat. Tidak, tidak dalam hal lain selain teman ataupun sahabat. Daniel sedang mendekati teman kantornya, Eunwoo sedang mendekati teman kampusnya.

Sungguh, Eunwoo sangat berterima kasih kepada Daniel. Karena... Ia sudah cukup banyak membantunya saat ini.





















Hai! Jangan lupa tinggalkan jeiak:) mampir-mampir dong jempol nya ke tombol bintang sama comment:v
Maaf kalo bagian ini kurang memuaskan🙏

Happy Ending/Sad Ending?

Mari kita lihat.

Candu [Junsang+Hwangmini+Wonkyu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang