saat itu hari senin. kantin sekolah dipenuhi oleh para remaja yang bercucuran peluh di wajahnya. beberapa dari mereka menggukanan topi berwarna abu-abu untuk dijadikan kipas.
di saat itulah aku pertama kali bertemu dengannya.
ia sedang tertawa. membuat siapapun yang mendengar tau kalau ia sedang bahagia, entah karena apa. lelaki dengan seragam polos tanpa atribut apapun itu duduk bersama dua temannya. seingatku salah satu dari mereka satu tingkat di bawah kami, tapi, kenapa akrab sekali?
"yang mana yang ganteng?"
aku menoleh ke donna yang matanya sudah mengikuti arah pandanganku, "apaan sih."
donna terkekeh, "yang stelan bad boy, yang mirip tupai, atau— ah yang satu lagi jangan, deh, udah punya cewe."
"ngaco, orang gue lagi beradaptasi."
"beradaptasi sama cowo-cowo di sini?"
aku tertawa, "lo kali yang ngeliatin mereka?"
mantan ketua cheers di sampingku ini memutar matanya malas, "udah muak banget gue liat muka mereka."
setelah membeli camilan untuk di kelas nanti, donna menarik tanganku. sadar kemana aku akan dibawanya, aku memukul pelan tangannya, meronta agar dilepaskan supaya aku bisa langsung kembali ke kelas.
"katanya mau adaptasi? kenapa gak sekalian sosialisasi?" itu katanya sebelum kami akhirnya sampai di meja yang sedari tadi mencuri perhatianku.
"gaada, don. gue gatau cowo lo kemana," kata salah satu dari mereka.
donna hanya membalas ucapan cowo itu dengan acungan jari tengahnya. mereka kemudian mengobrol tentang— entah apa, karena aku sibuk mencari arah pandangan lain selain salah satu orang di meja tersebut.
"eh, lo anak baru yang suka diomongin anak basket bukan sih?"
mataku beralih ke adik kelas tadi. ia sedang menatapku dengan pipi mengembung karena terisi penuh batagor yang sedang dikunyahnya.
orang di sampingnya memukul kepalanya dari belakang, "dia kan bukan anak basket, bodoh. mana tau diomongin apa enggak."
"tau lu!" sungut donna, "lagian sopan dikit kek, senior nih."
ia hanya terkekeh kemudian tersenyum lebar, "aji. masih kelas 11, tapi, gamasalah kalo punya cewe kelas 12."
"dah lah, lo mending diem aja," kata lelaki yang tadi memukulnya.
"nih, kenalin." kata donna sambil menunjuk dua temannya itu, "ini lucas, yang duduk sebelah aji, calvin. sering denger kan lo? suka bikin onar soalnya."
"mending donna gak sih yang diem dari pada gue?" tanya aji yang langsung dibalas cubitan kecil dari donna.
aku terkekeh saat aji meringis, kemudian menyebutkan namaku. mereka semua menanggapinya dengan anggukkan. sebelum sempat membuka obrolan lebih panjang, bel tanda masuk berbunyi. aku dan donna kemudian pamit untuk kembali ke kelas, meninggalkan mereka bertiga yang masih sibuk memakan makanannya.
"jadi, yang mana yang tadi lo liatin?"
aku menoleh dan mendengus, "besok-besok pake penutup mata deh gue. liat dikit aja langsung ditanya gini."
"masalahnya lo ngeliatin sampe tuh bola mata mau keluar."
"enak aja!"
donna tertawa. kemudian kami melanjutkan perjalanan ke kelas sambil mengobrol ringan. sebelum guru datang, aku bertanya pada teman sebangkuku ini, "pacarnya lucas anak mana, don?"
"lucas?"
aku mengangguk, "tadi lo bilang yang satu lagi punya pacar."
"lucas mah bocah gagal move on! satu sekolah juga tau soal itu," katanya. keningku mengernyit. sebelum sempat bertanya, donna melanjutkan, "yang punya pacar si ical. cewenya anak kelas sebelah, carissa, ketua pmr. tau kan lo?"
dan hari itu menjadi awal dari segalanya.
awal aku bertemu calvin, awal aku berkenalan dengan calvin dan awal aku sadar, bahwa orang bernama belakang antares itu bagaikan bintang yang mustahil untuk digapai.
KAMU SEDANG MEMBACA
moving on from someone you've never dated | changbin
Fanfictionkalau harapan dan kenyataan tidak sejalan, siapa yang mau disalahkan? ◜seo changbin au • amaranthara, 2020◞ ➥ all stray kids face-claimed characters are belong to @lokaleska on twitter.