"Suami idamannya Arin yang seperti apa sih?""Apa mas Alif masuk dalam kriteria itu?"
🌾🌾🌾
Mas Alif yang kini duduk tepat berhadapan dengan Arini menatap lekat gadis tersebut. Sejujurnya pertanyaan yang terlontar spontan begitu saja tak direncanakan Alif sama sekali. Semuanya serba begitu saja. Tapi ketika telah beberapa kali dengan tanpa sengaja harus berdekatan dengan Arini, sampai harus menjadi follower dan stalking instagram gadis itu, membuat Alif berpikir cepat. Ia tak mau berdosa dengan terus mengangankan gadis yang memang mampu menyihirnya itu. Lebih tepatnya membuatnya jatuh cinta dan tak berhenti memikirkannya. Tentu saja dengan usianya yang sudah sangat layak untuk menikah, membuat Alif tak ingin berputar-putar terlalu lama memendam rasa. Apalagi ia tahu persis semua hal tentang Arini, bahwa gadis itu masih sendiri. Dan mereka berdua juga sama-sama sudah layak menikah. Tak kalah penting, Alif merasakan kenyamanan berada di dekat Arini.
"Mm...maaf Arin, kalau pertanyaan mas..." Alif belum selesai menyelesaikan kalimat maafnya ketika terdengar suara Arini menyela.
"Iya...."
"Apa Arin?" Alif seolah tak percaya dengan jawaban Arini.
"Iya mas..." senyum malu Arini terlihat jelas membuat Alif ingin memeluknya andai khilaf. Tapi Alhamdulillah mas Alif tidak khilaf masih sadar penuh.
"Mm...martabaknya pasti sudah selesai mas..." Arini mencoba menghindari mas Alif dan segera beranjak berdiri mengambil pesanan martabak telurnya. Mas Alif hanya tersenyum memandang Arini yang sedang menuju gerobak penjual martabak. Seolah semua yang ada di sekeliling Alif saat ini berubah menjadi warna merah jambu.
-
Sepanjang perjalanan pulang, hanya suara murottal dari CD yang menemani mereka. Sesekali Alif menoleh melihat Arini yang pura-pura sibuk dengan ponselnya. Alif hanya tersenyum. Sungguh sebetulnya ia merasa lega, bahagia, senang, amazing campur aduk setelah mendengar dengan jelas jawaban Arini. Sepertinya gayung bersambut.
Arini terus menatap layar ponselnya, namun asli ia juga tak paham dengan apa yang dilihatnya. Ia pun tahu sedari tadi mas Alif beberapa kali menoleh melihatnya. Sejujurnya ia masih malu mengakuinya, meski akhirnya pengakuan jujurnya terucap juga. Iya, memang mas Alif masuk urutan pertama calon suami idamannya. Dan tak ada urutan lagi dibawah mas Alif. Only the one.
Untuk beberapa puluh menit duo A, Alif dan Arini terus diam. Berkelana dengan pikirannya masing-masing. Memahami buncah bahagia yang kini sama-sama bergetar di hati mereka.
"Mm...belok sini ya Ar?" Suara mas Alif memecah hening ketika mereka sudah memasuki perumahan elit di kawasan Galaxy Permai.
"Iya mas. Dua blok lagi belok ya..." Arini memberi aba-aba.
Alif sempat merasa wow demi mengetahui dimana tempat tinggal Arini berada. Semua orang Surabaya tentu tahu rumah seperti apa di kawasan tersebut. Hunian dengan harga fantastis ratusan milyar. Namun Alif mencoba menahan rasa kagetnya.
"Berhenti mas..." Alif langsung menginjak rem ketika mendengar Arini menyuruhnya berhenti.
Arini mengambil kantong plastik berisi kardus martabak telur dan menyerahkannya pada Alif.
"Mas, ini nitip buat bapak sama ibu ya dan terimakasih atas bantuan mas Alif..." ucap Arini sambil mengangsurkan tas plastik merah tersebut.
"Eh Arin...kenapa jadi repot begini. Mas jadi nggak enak..."
Arini cuma tersenyum sambil meletakkan tas plastik tadi di jok belakang.
"Sekalian titip salam buat bapak ibu ya mas..." Arini sudah melepas seatbelt nya dan hendak membuka pintu mobil milik Alif.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me in Love 1
Spiritualspin off from Love Story in Hospital Tak mudah untuk jatuh cinta, sekalinya menemukan yang pas, tak mudah untuk menggapainya. Bertemu dua kali saja sudah mampu menggugah angan untuk mencari keberadaannya. Sang Rabb pemilik jagad raya pun mende...