Matahari sudah berjalan hampir setengah hari. Namun, teriknya tidak terasa membakar area Waduk Gunung Rowo ini. Padahal kami mengambil tempat yang terbuka langsung bersentuhan dengan sinar si Raja siang itu. Panas sang Surya itu tidak menyentuh kulit-kulit kami karena dihalau awan-awan hitam yang beterbangan di angkasa sehingga suasana terasa adem dan ayem. Kalau menurut kalender musim, bulan Agustus merupakan bulan musim kemarau tetapi beberapa hari ini hujan masih datang menghiasi aktivitas penduduk Bumi Mina Tani ini. Cuaca seperti ini sangat mengasyikkan untuk acara bakaran dengan menikmati keindahan waduk buatan Kompeni berpuluh tahun yang lalu.
Aku dan teman-teman senang berkunjung ke sini. Selain tempatnya bagus, di Waduk Gunung Rowo ini masih alami. Biasanya kami menikmati waduk ini dengan mengadakan bakaran ikan. Seperti kali ini. Bahkan bakaran ikan hampir menjadi lagu wajib bagi kami, kala mendapatkan sedikit rejeki atau peruntungan dan atau saat ada kegembiraan. Bakaran kali ini sebagai rasa syukur kedua temanku Tando dan Komar yang telah meraih gelar sarjana. Mereka berdua tiga hari yang lalu diwisuda secara virtual oleh civitas akademika IAIN Surakarta dan IAIN Salatiga. Padahal jauh-jauh sebelumnya kami sudah menyusun suatu rencana membuat kejutan mereka berdua pada saat wisuda, e... malah mereka berdua diwisuda secara online, dengan alasan mematuhi protokol kesehatan untuk melawan virus Covid-19, ya rencana untuk surves akhirnya batal.
"Windi hantu pacarmu masih mendatangi Kamu, Kang?" tanya Ipung kepadaku ketika aku asyik membolak-balikkan ikan di atas bara api. Sementara Ipung berdiri bertolak pinggang menonton kami yang sedang membakar ikan
"Sembarang bilang pacar, kapan aku jadian?!"
"Lo.., yang ngantar gadis mabuk itu kan kita berdua, nyatanya hanya kamu kan, yang selalu didatangi!"
Aku diam. Memang yang mengantar Windi pulang kami berdua. Namun, Ipung tidak pernah didatangi Windi. Padahal pada saat kami melekan di makam Sang prabu Angling Darma, aku dan Ipung, sama-sama bermimpi bertemu Windi yang mukanya hancur sebelah. Namun, Ipung tidak pernah didatangi
"Semua itu tergantung amal masing-masing, Kang!" kata Ipung tiba-tiba seperti membaca pikiranku.
"Ah, dapurmu!
Ipung tersenyum nyengir.
"Nyatanya!?"
"Nih... lanjutin bakar ikannya, jangan hanya nonton dan jadi propokator , thok!"
Aku bangkit dari duduk menyerahkan ikan yang aku bakar kepada Ipung. Ipung tidak berani mengelak dikira aku sedang marah.
"E..... mau ke mana?" tanyanya.
"Cari angin!"
"Ah, nesu....! Gitu aja kok marah!"
Aku tidak menghiraukan kata-kata Ipung. Aku melangkah pergi meninggalkan Ipung dan teman-teman yang lagi asyik membakar ikan. Setelah mendengar kata-kata Windi, entah mengapa dadaku terasas sesak, pikiran dan perasaanku kacau tidak karuan. Tiba-tiba kakiku kayak ada yang menarik, bergerak menuju pinggir waduk. Kuturi langkah kakiku, mendekat ke bibir waduk yang airnya masih separuh itu.
Kutarik napas dalam-dalam dan kuhirup udara sebanyak-banyaknya merasakan Waduk Gunung Rowo yang bau kembang randu. Aku tahan dan aku lepaskan. Pikiranku mulai agak tenang. Kulihat sekeliling, menatap pohon-pohon randu yang besar-besar, berdiri sangat kokoh yang dibawahnya terdapat para pemuda dan pemudi yang lagi asyik berpacaran. Saat aku masuk di area waduk ini, mulai dari dekat jembatan dekat pintu mauk, ke barat lalu ke utara sampai tempat ini, setiap pohon randu, dibawahnya dihuni oleh insane berpasangan. Memang disini sangat cocok dan enak untuk berpacaran. Tempatnya teduh. ditambah panorama sekelilig waduk yang indah.
Pepohonan yang mendominasi di sini adalah pohon randu. Pohon-pohon randu tumbuh besar-besar dan menjulang. Pohon-pohon itu berbaris rapi mengitari waduk yang menjadi penghidupan masyarakat Kecamatan Tlogowungu, Wedarijaksa, Juwana, Pati dan sekitarnya. Saat ini pohon-pohon randu itu mulai berkembang. Makanya musim ini disebut musim bediding. Karena pada saat musim bunga randu mekar seperti ini, malam sangat dingin lebih-lebih waktu dini hari, dinginnya minta ampun, harus bangun mengambil sarung lagi untuk menambah selimut.

KAMU SEDANG MEMBACA
GADIS MALAM SATU SURO
Mystery / ThrillerHantu mukanya hancur sebelah yang selalu mendatangi Arkiyan hampir tiap malam itu nama dan perawakannya persis dengan nama seorang gadis mabuk yang pernah diantar Arkiyan pulang. Windi, nama gadis itu. Gadis cantik berperawakan montok ditemui Arkiy...