“Yang kamu pinta itu soto dari Bali, Sayang! Bukan dipengkolan jalan! Jadi kamu harus sabar. Besok kita kesana, okay?”
“Nggak mau! Pokoknya harus sekarang!” Nada turun dari ranjang, kemudian menuju walk in closet untuk mengganti pakaian tidurnya.
Alden tertengun, kemudian menghela nafas. Dia meraih telponnya untuk menelpon teman yang menyewakan jet pribadi. Tidak mau tahu, dalam satu jam pokoknya dia sudah harus mendapatkan ijin terbang dari Bandar Udara Pondok Cabe. Dan walau temannya itu menyemburkan sumpah serapah karena mengganggu tidurnya dengan permintaan yang bukannya mustahil, hanya merepotkan saja, apa lagi permintaannya dari Bandara Pondok Cabe yang notabenenya bukan bandara komersil, tapi Alden tahu semua akan beres.
“Telpon siapa?” tanya Alden ketika mereka sudah di dalam mobil menuju Bandara.
“Echa. Minta dijemput nanti jam lima di Ngurah Rai.” Nada tersenyum, dari tadi bibirnya bersenandung senang karena keinginannya akan terpenuhi.
“Nggak usah, aku udah siapin jemputan di sana.”
“Aku pengen makan sama Echa.”
“Tapi di sana sekarang baru jam dua, Sayang, kasian dong Echa di ganggu tidurnya.”
“Nggak apa-apa, kok! Echa bilang kalau lagi mau apa-apa telpon dia aja. Halo, Echa…” Nada menjauhkan telpon dari telinganya, sepertinya diujung telpon sana Echa sedang mengamuk. Tapi bukannya kesal, Nada malah tertawa.
“Udah, udah! Ngomel mulu. Jam lima waktu sana jemput di Ngurah Rai, ya! Kita makan soto ceker…. Gila, ini Baby yang pengen, Cha! Tega kamu nggak ngabulin?” Nada menaruh telpon di telinga Alden ketika Echa melontarkan segala ocehan sebalnya.
“….nggak ada besok apa? Nyesel dulu waktu ngidam Gideon nggak pengen kerak telor jam dua malem terus gangguin kamu di Jakarta!”
“Sorry, Cha!” anehnya tidak ada rasa tidak enak di hatinya walau Echa mengomel sedemikian rupa. Tahu, jika Echa bisa melakukan apa aja buat Nada. Nada pun sama, walau sepertinya lebih banyak mereka yang merepotkan Echa.
“Alden, gila, ya! Emang masih ada penerbangan domestic jam segini?”
“Kamu lupa lagi ngomong sama siapa, Cha? Apa aja bisa ‘kan bebas dilakuin sama Pangeran.” Alden terkekeh, melirik ke samping, pada Nada yang juga sedang menatapnya sambil tertawa kecil.
“Cih! Pangeran apaan? Pangeran yang terlantar tuh, kayak judul sinetron TV lokal!”
“Ya, pokoknya nanti jemput jam lima kurang ya. Jam setengah lima deh kalian sudah sampai. Jangan terlambat kalau mau jemput Pangeran dan Putri.”
“Hoek!”
***
Untung Nada yang ngidam, kalau diriku udah ditempeleng misua hahahahahhaa....
Ini penggalan part yang ada di e-book ya sayangkohh... Luv!
KAMU SEDANG MEMBACA
A Prince For Rented #1st
RomanceNada Fajria Salsabila tidak pernah menyangka bahwa kaburnya dia ke Bali karena menghindari perjodohan dengan seorang Kakek, justru membawanya pada bonus seratus ribu dolar hasil menjual sebuah properti jutaan dolar. Namun ketika menelpon orangtuanya...