Pergilah

120 1 0
                                    

Tuturmu yang menjajikan nyaman saat itu seolah menempah ingin akan harapan untuk membersamaimu.
Aku sadar bahwa pengharapan ini adalah sakit yang paling aku nikmati.
Dalam kata sayang aku berserah pada tuhan tentang kalimat semoga yang selalu kupanjatkan.
Hela rindu ini serasa mencekik dikala tanganmu yang tak bisa lagi untuk ku genggam.
Tatapan itu yang dulunya sama ketika engkau menatapku serasa menikam ketika kutatap dirimu menatap dirinya yang kau sebut itu kekasih.
ku sruput secangkir kopi ini disudut meja dimana pertama kali kita berbincang perihal juangku dan tunggumu.
Sakit itu kau taman dengan segudang pupuk rindu yang kau tabur.
Denganku kau merapal semoga denganya kau mengikat rasa.
Dalam kata terima aku berteman dengan keadaan dimana keadilan ini serasa tak berpihak padaku.

"Secangkir Rindu Dengan Pahit Yang Sempurna"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang