Cukup dengan lo pergi dan menjauh, itu udah buat gue bahagia, simple kan?
.
.
.
Rafael BramastaKedua gadis yang memakai seragam SMA dengan nama yang sama itu berjalan menuju depan gerbang rumah mereka.
"Kakak kenapa pergi ke tempat itu lagi? Kalo mami tau, kakak pasti di marahin" beritahu Jessica kepada Adel yang tetap melangkah menuju halte.
Adel terus mengabaikan perkataan Jessica dengan wajah datar khas nya.
"Kak" panggilan Jessica mampu membuat langkah Adel terhenti.
Tubuhnya berbalik, menatap wajah Jessica yang selalu terlihat manis. "Lo yang nyuruh dia datang?"
Jessica mengangguk, dia mengerti dengan pertanyaan yang di lontarkan Adel untuknya.
"Dan lo pikir gue seneng?" Adel berdecih sinis.
"Sama sekali nggak!! Gue gak suka sama sikap sok manis dan sok peduli dari lo itu" Adel menepis secara kasar tangan Jessica yang tadi sempat mencekal lengannya. "Dan gue, gak pernah berharap buat disukain sama Rafa, jadi lo jangan sok tau tentang perasaan gue"
Adel pergi, meninggalkan Jessica yang lama-kelamaan menurunkan air matanya. Mengapa Adel selalu berpikir seperti itu? Tidak bisa kah Adel bersikap selayaknya seorang kakak pada adiknya?
Jessica mendongakkan kepalanya, merasa jika ada seseorang yang tengah merengkuhnya sekarang.
"Kak rafa" panggil Jessica dengan suara yang bergetar.
"Lo kenapa hm? Di kasarin sama dia lagi?"
Jessica menggeleng, gadis itu menghapus sisa air matanya yang berada di pipi lalu menarik tangan Rafa menuju mobil Rafa yang ternyata sudah terparkir rapi di depan gerbang rumahnya.
"Nggak kok, yuk berangkat, nanti kita telat ke sekolah"
🎄🎄🎄
Seperti hari-hari biasanya, seorang gadis berjalan dengan angkuh di sepanjang koridor menunuju kelas XII Bahasa 3, mata tajamnya menatap orang-orang disekitar, aura dinginnya siap menusuk siapapun yang berani mengganggu ketenangannya.
Siapa lagi jika bukan Adelia Kartika Ocean.
Sampai ada seorang gadis yang tak sengaja menabrak bahu Adel, membuat gadis itu sedikit terhuyung ke belakang.
"Maaf kak" cicit gadis itu lirih. Ah ya, jangan lupa dengan ekspresi ketakutan dari gadis tersebut.
"Maaf kata lo? Cih, gak semudah itu, lo harus gue kasih hukuman" ujar Adel dengan nada yang meninggi.
Gadis yang tadi tak sengaja menabrak Adel merosotkan bahunya lemas. "Aku bener-bener gak sengaja kak"
Adel tersenyum miring ke arah gadis itu. "Mungkin dengan lo menjadi babu gue selama seminggu, udah cukup buat nebus kesalahan lo tadi"
"Kak Adel" teriakan itu mampu membuat Adel mengalihkan pandangannya.
Si drama queen udah datang.. batin Adel dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
ME-US&END
Teen FictionHanya ingin menemukan tempat berlabuh yang tepat, hanya itu, Adel yakin hanya itu. Namun kenapa takdir seolah-olah menjauhkan Adel dari semua yang ia harapkan? Tidak cukupkah jika selama ini dia begitu dipermainkan oleh alur ceritanya sendiri? Kehar...