2.6

5.2K 1.6K 172
                                    

"F-felix GAK ADA!!" seru Changbin begitu menyadari jika bule itu tidak ada di antara mereka.

"APA?!" Yeonjun juga ikutan panik. Perahunya hangus, terus si Felix juga pake ikutan ilang segala.

"Eh dia kemana?!" nada bicara Changbin begitu cemas dengan pandangan yang mengedar kemana-mana.

Wajar saja mereka baru menyadarinya. Mereka terlalu stress dan cemas karena masalah pembunuhan di penginapan mereka. Otak mereka tidak bisa berpikir dengan benar, apalagi sempat-sempatnya menghitung jumlah orang pun tidak terpikirkan sama sekali.

"Astaga.. Mau mati aja gue rasanya." keluh Beomgyu sambil mengusap wajahnya kasar.

Beomgyu duduk asal-asalan di atas pasir dengan wajah putus asanya. "Udahlah nyerah aja. Mau gimana pun, kita semua emang bakalan berakhir di tempat ini." ujarnya pasrah.

"Lo gausah lemah gitu dong!! Kalo kita saling kerja sama, kita semua pasti bisa pergi dari sini." kesal Yeonjun.

"Ya terus mau gimana lagi, bangsat?! Kak Chan hilang, perahu dibakar, terus sekarang? Kak Felix juga hilang. Gue capek. Terserah kalian mau ngapain, gue gak akan ikutan lagi. Bodo amat lah gue mati di sini."

"Pengecut." nyinyir Jeongin. "Yaudah kalo mau mati di sini, silahkan. Itu artinya, lo menyerah sebelum perang dimulai. Lo bakal mati sebagai pengecut karena gak mau bantuin kita nyari pelaku yang bunuh temen-temen lo."

Jeongin membenarkan tasnya yang melorot. "Ayo, kita cari kak Felix."

Mereka mengangguk, lalu berjalan kembali memasuki pulau dengan pohon-pohon yang lebat tanpa mengikutsertakan Beomgyu yang masih duduk termenung.

Yeonjun menghentikan langkahnya, menoleh kebelakang memandang Beomgyu yang membelakangi posisinya. Yeonjun menghela nafas, dan kembali melangkah menyusul yang lain.

Beomgyu menatap kosong ke depan. Dia merindukan semuanya, terutama teman-teman dekatnya. Ia sudah ber-ekspektasi jika liburannya akan menyenangkan, namun ternyata berubah menjadi mengerikan dengan nyawa teman-temannya yang melayang dengan sebab yang tidak jelas.

Beomgyu mengeluarkan ponselnya, membuka aplikasi perekam suara dan mulai berbicara.

"Hai, ini gue Choi Beomgyu. Gue salah satu murid kelas CI dari Hanlim. Kalo kalian lagi dengerin suara ini, itu tandanya gue udah mati. Sekitar seminggu yang lalu, gue sama temen-temen sekelas gue liburan ke sebuah pulau dan menginap di sebuah pondok penginapan punya temen gue, Kang Taehyun. Awalnya, gak terjadi apa-apa. Tapi di hari ketiga, temen gue yang orang bule, Huening Kai dibunuh dengan kejam di kamarnya. Perutnya dirobek dan banyak banget tusukan di sana. Setelah kematian Huening Kai, pembunuhan keji lain mulai terus bermunculan. Kita gak bisa tenang sama sekali, terutama ketika si pemilik penginapan—Kang Taehyun juga dibunuh dengan kejam." Beomgyu menjeda sejenak.

"Kita kehilangan kepercayaan satu sama lain. Dan harapan kita pupus begitu teringat kalo kapal yang jemput kita bakal dateng 5 hari lagi, dan hari di mana gue ngerekam ini adalah hari ketiga. Kita gak bisa nunggu selama itu, karena kita yakin si pembunuh bakal ngebunuh kita semua. Dan lo tau? Pelakunya itu salah satu di antara kita. Sampe sekarang, gue gak tau siapa orangnya. Lalu, akhirnya kita memutuskan untuk membuat perahu dari kayu. Seharian kita bikin 3 perahu, dan satu perahunya di hari kedua. Dan di hari ketiga ini, parahnya lagi—perahu yang kita bikin susah payah ini dibakar gak tau sama siapa. Hilang sudah harapan kita buat pergi dari pulau ini. Dan total korban yang tewas ada 4 orang, dan yang hilang ada 2 orang. Salah satunya hilang di laut, namanya Bangchan."

"Jadi, buat lo yang dengerin suara ini gue harap kalian bisa bantu laporin ke kantor polisi terdekat walaupun udah terlambat. Kita semua mungkin udah mati di sini, tapi kita berharap mayat kita dikuburkan secara layak. Lo yang dengerin suara ini adalah satu-satunya harapan kita. Terserah lo mau percaya atau nggak, tapi lo bisa mastiin ke sekolah Hanlim kalo udah masuk sekolah lagi. Pergi ke kelas CI 3 dan cari anak muridnya. Kalo kita ada, berarti cerita ini bohong. Kita kejebak di sini, dan sama sekali gak ada sinyal. Makasih udah dengerin kisah gue, dan di sini gue mewakili perasaan temen-temen gue. Gue Choi Beomgyu, pamit. Selamat tinggal."

Beomgyu menekan tombol berhenti, dan menyimpan rekaman itu. Ia mengubah lockscreen ponselnya dengan tulisan 'Buka rekaman tanggal 2 Juli 2020'. Setelah itu, Beomgyu memasukkan ponselnya ke dalam plastik dan melapisinya lagi dengan plastik bubble wrap. Ia mendouble semua plastik itu dan mengikatnya kuat-kuat agar air tidak bisa masuk merusak ponselnya.

Beomgyu berjalan ke tepi pantai, dan melempar jauh-jauh ponselnya yang sudah dilapisi plastik. Plastik itu terlihat mengambang, mengikuti arus air dan arah angin. Beomgyu tersenyum kecil, ia berharap semoga seseorang menemukan ponselnya lalu menolong mereka semua.

Ia mengeluarkan satu ponsel lagi di dalam tasnya. Ponsel milik Taehyun. Beomgyu pun menggendong tasnya, meninggalkan kopernya di sana dan hanya membawa beberapa barang penting di dalam tasnya.

Beomgyu melangkah masuk menyusuri jalanan yang dipadati pohon-pohon, lalu berhenti sejenak untuk menyalakan rekaman video di handphone Taehyun.

"Halo, gue Choi Beomgyu. Gue gak akan jelasin lagi kronologi liburan berdarah kita di pulau ini. Karena semuanya udah gue jelasin di HP gue yang gue lempar ke laut. Jadi sekarang gue lagi nyari temen gue, Lee Felix yang hilang gak tau kemana. Feeling gue gak enak sekarang, karena gue ngerasa si pembunuh bakal beraksi lebih parah lagi saat ini. Gue sendirian, misah dari rombongan yang juga lagi nyari si Felix. Oke, gue bakal jalan nyari temen gue juga. Mungkin video ini durasinya bakal lama ya, tapi gapapa deh biar lo yang liat jadi percaya."

Beomgyu mengganti menjadi kamera belakang, dan kembali berjalan. Bunyi daun-daun kering yang diinjaknya sangat terdengar di tengah hutan yang sepi ini. Ia juga sudah lumayan jauh dari pinggir pantai.

Untuk berjaga-jaga, Beomgyu juga membawa sebilah pisau yang dia ambil dari dapur. Jadi sekarang, tangan kirinya merekam video dan tangan kanannya menggenggam pisau. Namun karena merasa ribet, jadi Beomgyu menaruh ponselnya di kantung baju di dada sebelah kirinya dengan posisi kamera belakang yang masih terlihat.

Beomgyu terus melangkah sambil mengacungkan pisaunya, berusaha menetralkan rasa takutnya sekarang. Sampai akhirnya, ia melihat seseorang tergeletak tak jauh dari tempatnya sekarang.

Beomgyu langsung berlari, namun refleks ia jatuh terduduk begitu melihat siapa yang tergeletak dengan pisau yang menancap di jantungnya itu, juga bibirnya yang robek hingga ke bagian telinga.

Beomgyu merasa lemas, sampai tanpa ia sadari jika pisau miliknya yang ia gunakan untuk senjata, lepas dari genggaman tangannya.


















































"J-jeongin?"

[2] Alarm | TXT ft. SKZ『√』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang