2nd Event: Jack (Bagian 1)

129 38 4
                                    

2nd Event: Jack

"Bagaimana kita mengklaim bahwa orang lain dapat menjaga rahasia kita, jika kita tidak dapat menyimpannya sendiri?"

F. de la RochefoucauldMaximes et Rêflexions morales

06 Agustus 2025

Hari ini pemandangan berbeda terlihat di Kelas F. Ruangannya masih sama, tidak ada perubahan sedikit pun. Bahkan juga tak ada sesuatu yang baru. Tetap kelas yang di cap sebagai anak-anak gagal tidak berbakat bagi sekolah.

Hal yang tidak biasa itu adalah banyaknya murid Kelas D yang mendatangi tempat ini, mereka mengajak penghuni Kelas F agar mau bergabung dengan kelompok musik mereka untuk menghadapi event yang akan segera datang kurang dari seminggu lagi.

Setelah kemarin mendapat pengumuman yang tidak menyenangkan, murid Kelas F hari ini mendapatkan anugerah karena tidak perlu lagi melakukan pencarian kelompok yang hampir mustahil mereka dapat. Berita tentang Kelas F adalah kelas orang-orang gagal menyebar dengan cepat.

Andai saja pihak sekolah tidak memberikan aturan kalau dalam satu kelompok hanya boleh ada dua orang dari kelas yang sama, pasti akan tercipta kombinasi kelompok terbaik dan juga kelompok terburuk. Untuk menghindarinya, staf memberlakukan sistem agar kelompok lebih merata dan kami bisa berteman dengan kelas lain.

"Kamu mau satu kelompok sama aku, kan?"

"Aku mau, sih. Tapi, aku udah ngajak temenku di Kelas A."

"Eh, siapa?"

Aku mendengarkan pembicaraan dua orang gadis Kelas F yang dekat dengan tempat dudukku. Hampir semua pembicaraan membahas tentang kelompok, mereka terus berbincang bahkan terlihat sudah mulai cukup akrab dengan Kelas D. Hampir semua orang di kelas sudah membentuk kelompok masing-masing.

"Hei, nama lo kalau enggak salah Fathur, 'kan?" pertanyaan yang datang dari orang tidak terduga membuatku sedikit terkejut.

David berdiri di sampingku dengan ekspresi ragu-ragu, yang mana hal ini tidak pernah aku duga sebelumnya. Melihat sifat laki-laki itu saat pertama kali bertemu, aku bertaruh kalau dia adalah orang pemarah yang suka menyimpan dendam dan akan membahasnya di kemudian hari.

Namun, sepertinya asumsiku salah, dia tidak seburuk apa yang dipikirankan. Mungkin David hanyalah orang bodoh yang akan melupakan kejadian kemarin dan hidup untuk hari ini. Benar-benar berandalan yang sederhana.

"Kenapa?"

Satu kata tadi keluar dari mulutku sebagai respon keingintahuan tentang apa yang diinginkan oleh David. Aku tidak mau menduga-duga, karena tebakanku lebih sering meleset daripada benar. Apa tingkat keberuntunganku sangat rendah, ya?

"Lo belum ada kelompok, 'kan? Mau sekelompok sama gue? Enggak, maksud gue, lo harus satu kelompok sama gue pokoknya. Kasih ID lo sini."

Dengan wajah angkuh David menjulurkan tangannya, dia menantiku untuk memberikan ID yang nanti digunakan oleh seseorang yang menjadi ketua akan mendaftarkan ke pihak sekolah sebagai kelompok yang lengkap.

Tunggu sebentar, itu bukan cara yang baik untuk meminta seseorang bergabung dengan kelompokmu!

"Lo tau, 'kan? Gue ini enggak mau kena DO. Dan gue tau, lo katanya lumayan pandai nyanyi," ungkap David yang kemudian menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Hah, siapa yang bilang?"

Tentu saja aku penasaran, perihal siapa yang mengatakan kalau aku bisa menyanyi. Maksudku, aku baru masuk ke sekolah ini senin kemarin. Orang yang baru aku kenal juga hanya ada Felly dan seorang gadis bernama Nopi Ariani.

Popularitas adalah Segalanya (Vokal)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang