kemarin indah, candala. bagaimana aku duduk di kursi sebelahmu dan berbagi cerita tentang aku dan kamu.
kutanya kenapa kamu berniaga, di jawabnya karena gemar saja. mungkin iya, kamu sukar berniaga, candala nampak mahir.
aku meminta agar selalu menemanimu di saat berjualan di jam istirahat dan alhamdulillah, kamu menyetujuinya.
banyak yang kuketahui saat kemarin candala bercerita, katanya sih,
"aku itu suka musik, nanti aku nyanyi di depanmu deh. aku juga suka jalan-jalan, kemana aja yang penting seru. aku juga suka menulis, menumpahkan semua emosi yang lagi aku rasa di kertas putih sana."
hari ini, misi dimana aku harus mendengar suara si puan. harus mendengar, semalam aku sampai tidak bisa tidur.
membayang jika candala menyanyi dengan suaranya membuat hati lagi-lagi tak karuan.
langkahku berhenti tepat di pintu kelas 11.3, kemarin aku sudah menanyakan kelasnya.
netraku menangkap sosok mungil yang sedang merapihkan meja guru disana.
rupanya, candala hari ini piket kelas. kubulatkan untuk menunggunya di kursi koridor kelas.
"lala, itu yang didepan kelas. siapa?"
"oh, azka. temanku."
"temanmu? masa sih."
"salamin ya lala, habis tampan."
"lala, kalau dapat nomor ponselnya boleh bagi dong?"
jangan kira aku risih, aku terhibur disini. apalagi, mendengar candala yang menjawab pertanyaan dengan polos.
teman candala yang tadi menggosipiku keluar satu persatu, menyisakan candala di dalam kelas sedang merapihkan mejanya.
berniat menemani, kuhampiri si puan dan dapat sapaan darisana.
lengkungan bulan sabit di wajah candala dan di wajahku terus terbentuk, sama-sama bahagia.
"maaf, azka. tadi jadwal piketku."
"iya, tahu."
setelah menggendong tasnya, dia menatapku mendongak. gemas, candala.
"apa?" tanyaku.
"eh? engga. ayo pulang."
lengannya kutahan, entah alasannya apa.
candala keheranan disana, dan beberapa kali melirik pergelangannya yang dicekal olehku.
"azka?"
"ah, itu candala. anu, kamu." gugupku, segera melepas lengannya karena si mungil di depanku malah tertawa geli.
aku bersandar pada meja yang ada dibelakangku, "kamu kenapa ketawa?"
"habis, kamu lucu." ujar candala seraya bersender dimeja belakangnya juga.
posisinya sekarang berhadapan. candala, kamu juga merasakan hal seperti ini tidak? seperti ada yang menggelitik di tubuh.
"candala. aku mau denger kamu nyanyi." jujurku sedikit membuatnya tersentak, namun tiga detik setelahnya ia tersenyum hangat.
"sekali ya? habis itu kita pulang, emang kamu engga capek?"
tidak jika selalu bersamamu, candala.
aku mengangguk paham. "siap, lala."
mataku terpaku saat ia menyiapkan dirinya untuk bernyanyi, ia berdeham, ia juga nampak berfikir ingin menyanyikan lagu apa.
istilahnya aku tidak sedang me-request, sengaja membiarkan candala yang memilih.
siang itu, mendengar best part nya daniel caesar dinyanyikan oleh candala membuatku ingin memperlambat detik jarum jam.
wajahmu memang cantik, candala. ternyata suaramu juga tak kalah cantik, ya?
langit sore yang terpancar ke ruang kelas menjadi saksi, tuan puan yang sedang diberkati.
menikmati kasih yang dirasai. oh candala, azka jatuh hati.
tanganku dengan otomatis bertepuk setelah candala mengakhiri lagunya, pun ia yang tak berhenti sumringah.
"azka, kamu suka?"
"suka, banget."
setelahnya keduanya nampak bergeming, hanya sesekali curi pandang.
"candala."
"em?"
"jaga suara indahmu itu ya?"
"..."
"karena itu, bakal jadi suara favorit aku nantinya."
☆★☆★☆★
KAMU SEDANG MEMBACA
candala
Fanfiction☆★ . 𝐂andala, hawa yang semangat dalam menjalani hiruk pikuk dunia nyata. 〔 lowercased // canceriast, agustus 2020 〕