Bercakap

9 1 0
                                    

Aku pernah membaca kalimat ini entah di mana...

Kemampuan untuk berbicara beberapa bahasa adalah aset, tetapi kemampuan untuk menutup mulut Anda sangat berharga.

Aku setuju. Manusia pada umumnya memang cenderung berisik, mengumbar kata-kata setiap saat. Padahal manusia dikarunia satu mulut dan dua telinga: kodrat untuk lebih banyak mendengar dari pada berbicara.

Entah mengapa, bahasa lebih kerap dimaknai sekadar kata-kata yang terucap. Bukan yang tak terkatakan. Padahal ada begitu banyak bahasa tanpa kata.

Barangkali sekaranglah waktunya. Di tengah suara bising dan berisik yang berkelindan menjadi sengkarut, kita sebaiknya berhenti sejenak dan melihat alam yang tenang.

Ini masa kita becerminlah dan melihat lebih dalam ke balik bayang-bayang yang kian redup. Barangkali kini waktunya kita merumuskan kembali apa yang mesti kita susun dalam ujaran kehidupan.

Sebab hidup, bukan cuma kata-kata yang berisik. Diam, kekosongan, juga keheningan, adalah penduduk lain dari kehidupan.

Aku merasakannya sekarang saat ingatan mendadak melayang ke masa-masa yang pernah kita lalui. Dalam diam.

Dulu kita memang kerap berjumpa. Tapi pernahkah kau hitung berapa kali sebenarnya kita berbicara?

Aku lebih suka duduk memperhatikanmu menulis. Menikmati seluruh tubuhmu yang bergerak bagaikan penari saman.

Dalam diam aku merasakan kita berbicara...dalam bahasa yang hanya kita mengerti.

Sayang waktu terbang begitu lekas. Kita tak pernah lagi duduk berdua dalam diam. Jarak membelah kita. Sekian lama...

Apa kabarmu sekarang?

______________________________________________

Yuk beri support pada tulisan ini, tinggalkan komentar atau vote agar penulis lebih semangat lagi.  Terimakasih 🙏🏻
______________________________________________

SENANDIKA [Monolog]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang