Pendewasaan

4 1 0
                                    

Sebelum bertemu kamu, aku tak percaya hati pria bisa terluka. Aku bahkan tak sadar bahwa luka itu bisa begitu pedih.
Kamu mengubah segalanya.
Memang lelaki tak menangis tapi hatinya berdarah.

Mendengar percakapan mu tadi malam, sunggu aku sangat egois setelah kamu berbucara ini padaku:
"Kepergianmu membuatku tak hanya terluka. Tapi juga sedih dan kecewa.
Dan jika kamu bertanya, apakah aku lalu baik-baik saja?
Tentu saja aku akan menjawab iya bila yang kamu maksud apakah aku masih bisa meminum secangkir kopi kesukaanku di pagi hari.

Aku baik-baik saja karena masih bisa menghadapi orang-orang yang datang dan pergi dari kehidupanku, sebanyak kesedihan dan kebahagiaan yang silih berganti menghampiriku.

Aku baik-baik saja, karena masih bisa menyelesaikan banyak masalah yang kadang menekuk pinggang. Aku pun telah terbiasa menghadapi tagihan listrik yang terus naik, gaji yang pas-pasan, deadline yang selalu datang tiap saat, dan seterusnya.
Tapi kecewa itu tetap ada. Juga kesedihannya. Apakah aku lalu tak bisa bahagia?

Bayangkan begini. Pada setiap tetes hujan yang jatuh aku masih terkenang parasmu. Di ujung dedaunan yang menahan embun jatuh, aku membayangkan dirimu. Di setiap pasir pantai yang diempas ombak, aku melihat senyummu.

Jadi bisa kau bayangkan kehidupan macam apa yang harus kujalani setiap detik, menit, jam, dan hari...sepanjang usiaku hingga hari ini.

Apakah aku baik-baik saja dan masih bisa bahagia?"

Kata orang, terkadang kita harus jatuh sebelum terbang.

Aku kedua itu.

Apa yang tidak menyakitiku membuatku lebih kuat.

Aku mulai belajar menyembuhkan luka dan mengobati kepedihan. Life goes on.

Pada kesedihan dan kearifan waktu adalah teman yang baik. Ia membantuku melewati, bukan menghapus, kenangan.

Aku mulai berdamai dengan diriku sendiri. Belajar mengatakan apa yang seharusnya kuungkapkan. Karena aku tak ingin mengulangi kesalahan — tak sempat mengucapkan apa pun yang ingin kukatakan kepadamu saat itu.

Hai, aku masih sangat muda dan bodoh saat itu. Apakah kamu tidak ingat?

Begitulah caraku berteman dengan kenangan, dan rasa kehilangan.

Seperti kata seorang teman, kenangan tak mengajari kita terbang. Kenangan membantu kita percaya. Selanjutnya adalah masa depan.

______________________________________________

Yuk beri support pada tulisan ini, tinggalkan komentar atau vote agar penulis lebih semangat lagi.  Terimakasih 🙏🏻
______________________________________________

SENANDIKA [Monolog]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang