28 - Satan Laughs At Our Affliction

80 33 3
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

DENGAN CARA apa dirimu mati, biasanya itu hadiah Tuhan yang tak terduga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

DENGAN CARA apa dirimu mati, biasanya itu hadiah Tuhan yang tak terduga. Tanpa peringatan serta aba-aba, sedetik kemudian nyawamu sudah melayang. Langkah manusia selalu dekat dengan kematian, tanpa mereka sadari. Itulah sebabnya, beberapa paham agama menyuruh untuk menikmati hidup─terutama pada hari yang kau pijaki sekarang. Belum tentu esok, lusa, dan seterusnya kau masih bisa mencium aroma kehidupan. Jangan menaruh atensi serta harap terlalu tinggi pada masa depan, tetapi hiduplah seolah hari ini adalah hari terakhirmu.

Bukankah untuk para manusia yang hidup seperti itu, menjadi lebih banyak bersyukur pada kehidupan? Mereka adalah makhluk kesayangan Tuhan, yang hidup dengan lebih banyak kedamaian. Dan hadiah kematiannya selalu diberikan tanpa rasa sakit.

Tetapi telinga orang-orang lebih familiar dengan panorama kenangan semasa hidup yang diputar bak film lawas. Atau tempat-tempat penyejuk hati seperti langit dan taman. Benar-benar tanpa rasa sakit, melainkan ketenangan.

Jadi, seandainya aroma semacam itu tidak dirasakan indera mana pun, maka Sehun jelas belum mati. Sebab di sana, tatkala ia terbangun mendadak dalam keadaan kesakitan, ada sebuah suara yang menyapa, "Sudah bangun, eh? Aku menunggumu."

Untuk seperkian sekon, Sehun meragukan pendengarannya sendiri. Suara samar apa itu ... barusan? Beruntung inderanya yang lain masih bisa diajak komproni. Dingin, sebab badannya berbaring di atas lantai bebatuan. Gelap, meski tak gulita. Sepi, tapi tak begitu hening sebab masih terasa jejak kehidupan. Serta rasa sakit, perih. Sekujur tubuhnya mati rasa.

"Hei, Minseok. Siapa yang belum bangun?"

"Hanya Baekhyun seorang."

Minseok?

Sehun mengerjap, lantas berusaha untuk bangkit. Mengabaikan segala sengatan sakit yang ada tatkala bergerak, ia tak langsung menemukan presensi siapa pun kendati suaranya baru saja menyapu keheningan. Sehun harus memaksakan diri untuk membiasakan matanya di kegelapan. Lalu seolah berhasil mendapatkan cahaya, muncul dua siluet yang berdiri tak jauh di depannya. Proporsi tubuh itu ... keduanya pria dan Sehun sadar betul siapa mereka.

Namun untuk apa yang ia hadapi sekarang, pertama kalinya sepanjang berurusan perihal iblis, Sehun bergetar ketakutan. Dadanya seolah menghimpit, menjadikannya sulit memasok udara. Pupil matanya terus melebar tak karuan beserta bibir yang perlahan menganga. Kedua sosok di hadapannya memang berwujud manusia, tetapi Sehun dapat merasakan jiwa kegelapan yang lebih besar dibanding manusia itu sendiri; yang haus akan keserakahan, kesombongan, kekejian, kemurkaan, beserta hasrat untuk memupuk kefasikan.

Resolve the DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang