🌻 Chapter 20 : Tocsin

93 19 96
                                    

Tocsin : Tanda bahaya.

"Aku di hadapkan pada dua pilihan. Antara menjagamu dan melindungimu. Tunggu, bukannya kedua pilihan itu sama saja? Ya, karena itu aku akan memilih kedua pilihan itu."

🌻

"Lo mau ke mana, Yor?" tanya Kinta, teman satu asrama Yora.

"Mau ke minimarket bentar. Lo mau nitip sesuatu nggak, Ta?" tanya Yora seraya mencepol asal-asalan rambut pirangnya.

Perempuan itu lalu memakai jaket jeans putihnya guna menetralisir udara yang mulai dingin di kota Bandung ini. Apalagi sekarang udara di kota Bandung sudah mulai berangin, bisa-bisa dia kena hipotermia nanti jika keluar hanya mengenakan kaus berlengan pendek.

Kinta menggeleng. "Nggak, deh. Lo nggak mau gue temenin aja? Udah setengah sembilan, loh."

Kini giliran Yora yang menggeleng. "Nggak usah, Ta. Cuma sebentar kok gue perginya."

Kinta tersenyum. "Ya udah, lo hati-hati, ya!"

"Siap!"

Yora kemudian melangkah keluar dari kamar asramanya, baru saja dia keluar dan angin malam yang dingin itu sudah datang menyambutnya. Yora sedikit bergidik. "Kok anginnya dingin banget, sih?"

Dia mengeratkan jaket jeans putihnya pada tubuhnya. "Sialan!" umpatnya karena dia lupa membawa dompet. Yora kemudian kembali masuk ke kamarnya untuk mengambil dompet.

"Lah, lo kok balik lagi?" tanya Kinta mengalihkan pandangannya dari novel yang dibacanya ke arah Yora.

Yora nyengir. "Dompet gue ketinggalan, Ta."

Kinta berdecak, kemudian dia terkekeh. "Kebiasaan banget sih lo, Yor."

🌻

Sesampainya di minimarket, Yora langsung mencari-cari kebutuhan yang diperlukannya. Setelah dirasa belanjaannya cukup, dia melangkah menuju kasir untuk membayar belanjaannya.

Yora kemudian melangkah keluar sambil menenggak minuman soda yang dikemas dalam bentuk kaleng.

Kedua telinganya tiba-tiba Mendengar suara gaduh. Mendengar suara gaduh itu, Yora refleks menoleh ke arah kanan, ke arah sumber suara itu. Dia mengernyit, karena dia hanya menemukan kursi kosong milik penjual boba di minimarket itu. Jadi, tadi itu suara apa?

Yora menggidikkan kedua bahunya. Sepertinya, dia hanya salah dengar karena tadi ada suara orang yang memanggil namanya. Yora lalu melanjutkan langkahnya untuk kembali ke asramanya. Minuman sodanya habis, dia kemudian membuang kaleng yang tadi berisi soda itu ke tempat sampah terdekat.

"Aduh, si Eneng teh geulis pisan euy!"

Yora menoleh ke arah sumber suara itu berasal, ada tiga lelaki seumurannya dan penampilan mereka sangat urakan. Yang satu bertindik di telinga, yang kedua berambut merah, dan yang ketiga berambut hijau. Berandalan.

Yora menelan ludahnya susah payah. Perasaan gue nggak enak nih.

"Rek ka mana, Neng? Mau Akang temenin, nteu?" ucap lelaki berambut merah sambil terkekeh.

Tanpa kata, Yora melangkah menjauhi berandalan itu. Namun, itu urung. Karena, lelaki berambut hijau mencegat jalan Yora. "Buru-buru banget, Teh. Main dulu atuh sama kita-kita," katanya sambil tersenyum lebar.

Lelaki dengan tindik di telinganya itu menganggukkan kepalanya. "Nya bener, main dulu yuk, Teh!"

"Males banget gue main sama lo pada! Nggak level gue!" Yora mencebik.

Sunflower (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang