Dari sini gue paham jika perasaan tak harus mendapatkan sebuah balasan.
.
.
.
Atasya Widya AyuBel pulang sekolah sudah berbunyi lima menit yang lalu, kini semua murid di SMA PELITA HARAPAN segera berhamburan menuju keluar gerbang sekolah.
Begitu juga Adel, gadis itu sedang duduk di halte, menunggu sebuah bis yang akan membawanya pulang, tapi kegiatan itu terhenti saat melihat mobil yang berhenti di depannya.
Itu mobil Rafa.
Rafa turun dari mobil, memaksa Adel untuk ikut dengannya, awalnya Adel menolak dengan keras paksaan dari Rafa, tapi karena lelaki itu kekeuh ingin membawa Adel agar ikut bersamanya, terpaksa Rafa harus menggendong Adel seperti karung beras.
"Lo apa-apaan sih raf, malu-maluin tau" ujar Adel sebal.
"Dih, masih punya malu lo?"
Adel memilih untuk diam, berdebat dengan Rafa pasti tidak akan ada ujungnya.
"Loh raf, lo mau bawa gue kemana?"
Ini bukan jalan rumah Adel, maka dari itu Adel bertanya kepada Rafa, alih-alih dijawab, Rafa malah menyueki Adel begitu saja.
"Rafa kita mau kemana sih?"
"Diem atau gue lempar lo keluar dari mobil" ujar Rafa sarkas.
Adel kicep, masih ingat kan jika Rafa tak pernah main-main dengan ucapannya?
Aku bukan bonekamu
Bisa kau rayu-rayu, dengan se---Ponsel Adel berbunyi, menandakan ada telfon masuk, dan ya, jangan lupa untuk mengingatkan Adel mengganti nada dering ponselnya. MEMALUKAN.
"Halo nak? Adel?" Tanya seseorang di seberang sana. Itu papinya Adel.
"Eh? Iya? Kenapa pi?"
"Hari ini papi gak ada dirumah, kuncinya gak papi bawa, ada bi ranah soalnya, nanti kamu langsung masuk aja ya, papi ada urusan, gak bisa di tinggal"
"Iya pi, engh... anu, mami ikut?"
"Mami ikut kok, ini ada Jessica juga, sabar ya sayang, nanti kalo papi gak sibuk, kita jalan-jalan, oke?"
Adel menghela napasnya pelan. "Iya, papi hati-hati disana"
Setelah itu panggilan terputus, menyisakan sebuah riwayat yang tertera di ponsel Adel.
"Papi lo?" Tanya Rafa.
"Hm"
Mobil Rafa berhenti di pekarangan Rumah yang bisa terbilang cukup mewah, Lelaki itu menyuruh Adel untuk turun dari mobil, begitu juga Rafa.
Adel terkejut kala mengetahui tangannya di genggam hangat oleh Rafa, kenapa disaat seperti ini Adel benar-benar nyaman dengan Rafa?
Mungkin ini yang dimaksud oleh Tasya tadi, ia harus menanyakan hatinya untuk melupakan Rafa, tapi sayang seribu sayang. Hati Adel sama sekali tidak bisa berjalan dengan seimbang bersama keinginannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ME-US&END
Teen FictionHanya ingin menemukan tempat berlabuh yang tepat, hanya itu, Adel yakin hanya itu. Namun kenapa takdir seolah-olah menjauhkan Adel dari semua yang ia harapkan? Tidak cukupkah jika selama ini dia begitu dipermainkan oleh alur ceritanya sendiri? Kehar...