͒ ͒ ͒"Ezard!"
"Buka pintunya!"
"Kau ketiduran di dalam?!"
"Apa kau mendengarkanku?"
Aku mencoba mengumpulkan segenap kesadaranku sebelum akhirnya memandang ke arah jendela dan menemukan Naima dengan wajah khawatir, tangannya mengetuk-ngetuk kaca mobil dan mulutnya meneriaki namaku.
Aku mengucek mataku sebentar, lalu menurunkan kaca mobil. Hujan sudah reda. Naima sudah pulang dan di depan pintu utama sana, ada Azura yang terlihat melambaikan tangannya padaku.
"Kau ketiduran?"
"Seperti yang kau lihat."
"Kau marah?"
"Untuk?"
"Karena lama menunggu."
"Marah tidak akan mengubah keadaan, Nai."
"Masuklah, akan kubuatkan bubur ayam. Kau pasti belum makan dari tadi siang." Naima melihat arlojinya kemudian mengarahkannya padaku. "Lihat, sudah setengah lima. Dan kau masih di sini seperti pengangguran."
Dia berbalik, melangkah pergi meninggalkanku. Karena kesempatan seperti ini sangat langka, maka aku dengan cepat keluar dari mobil dan mengekorinya.
Aku mengamati punggungnya dari belakang, mengangkat satu alis karena penampilannya yang tergolong sangat rapi hanya untuk sekedar berbelanja ke minimarket. Dress biru muda di atas lutut, lengan yang tidak panjang, rambut yang disangggul dan di bagian lain terlihat sangat ketat.
"Nai, kau yakin hanya ke supermarket saja?" Aku berlari ke depannya, menghentikan langkahnya dan mengamati penampilannya dari depan. Wajahku kecewa melihat dress dengan kerah V neck sialan itu. Yang jelas-jelas saja membuat dadanya cukup terbuka dan bagian yang tidak ingin kuperlihatkan pada semua orang, terekspos begitu saja.
"Apa ada yang salah?"
"Penampilanmu, Nai."
"Penampilanku lagi? Tidak heran, kau selalu sensitif untuk yang satu ini padahal aku bukan istrimu lagi."
"Kita bahkan belum bercerai. Pakaianmu terlalu terbuka, aku kurang suka."
"Kau yakin tidak suka?"
"Hanya untukku, tetapi tidak untuk dibagi."
"Tadi aku buru-buru dan tidak tahu kalau pakaian ini sangat menonjol."
"Bagaimana kalau kita bongkar semua isi lemarimu saja?"
"Maksudmu?"
"Untuk mengeluarkan pakaian yang cukup terbuka."
"Aku lelah, Ezard."
"Nai, kumohon."
"Tidak." Kedengarannya tidak bisa diganggu gugat. Dia melanjutkan langkah menuju teras 10 meter di depan kami.
Aku sungguh takut dia akan berlari ke pelukan pria lain dan meninggalkanku. Aku takut pria lain jatuh cinta padanya dan mengajaknya kabur sehingga aku tidak akan melihatnya lagi. Meski Naima sudah melahirkan satu anak, bentuk badannya masih sebagus sewaktu masih gadis. Wajahnya juga tidak berubah, bahkan kelihatan lebih bersinar dari sebelumnya.
Aku menghela napas pasrah. Lalu berbalik menyusulnya, berlari kecil dan melampauinya. Saat tiba di teras, Azura langsung merentangkan kedua tangannya. Aku tersenyum dan berlari ke pelukannya.
"Kau merindukan Ayah?"
"Hmm." Putriku yang manis, dia mengangguk dan memberikan hadiah kecil seperti ciuman singkat di sudut bibir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Season With You || Lee Jeno [✓]
Romance🔞"Cintai aku sekali lagi. Jika seumur hidup terlalu berat, maka cukup satu menit saja," ucap lelaki itu, penuh harap. || Copy Right 2020 || Start April 2020