Check-Out

35 6 0
                                    

"Kita breakfast di bandara aja," ujar Aya sambil mengeringkan rambut.

"Gak masalah ... anak-anak pasti lebih suka begitu," ujarku menerima tawaran Aya.

Setelah itu kusempatkan memeriksa seluruh barang pribadi yang masih tersisa di kamar mandi.

Kamar mandi itu tampak terang, tak ada lagi sosok mahluk astral yang tadi telah kuusir.

Lima belas menit kemudian Aro memastikan pesanan taxi ke receptionist.

Semua koper sudah siap disusun berderet dekat pintu keluar oleh Aro dan Zio.

"Semua sudah siap?" ujarku tak menuntut jawaban.

"Jangan ada yang tertinggal!" tambahku lagi mengingatkan Aya dan anak-anak.

Zio berjalan mendekatiku di samping pintu keluar, dan menahan daun pintu dengan salah satu koper. Lalu satu persatu koper kami keluarkan ke koridor.

Aya dan Aro masih berada di kamar, ketika aku dan Zio mendengar suara perlengkapan makan di lempar ke permukaan lantai keramik. 

Tapi satu-satunya ruangan yang berlantai keramik di dekat lokasi kami berdiri adalah kamar mandi anak-anak.

"Suara piring dan sendok siapa itu?" tanya Zio sambil memeriksa ke arah koridor.

"Dari kamar di balik lift sebelah sana," ujarku santai.

"Bohong lagi!" ujar Zio.

"Gak usah cerita apa-apa ke Bunda," pesanku ke Zio.

"Tergantung menu sarapan paginya apa dan ceritakan siapa mereka," balas Zio setengah menuntut.

"Ada wanita putih yang mengaku penunggu unit 13 ini, dan teman prianya dari gedung yang di seberang. Biasalah hantu-hantu generik yang suka mencari perhatian manusia. Mereka bukan siapa-siapa, hanya godaan di waktu luang," jelasku tak begitu serius kepada Zio.

"Pranggg ... tranggkkk" terdengar lagi suara perangkat makan seakan dibanting ke lantai.

Aku dan Zio tertawa bersama, menyadari kedua mahluk itu menyadap pembicaraan kami.

Dua jam kemudian kami berempat sudah berada di dalam kabin pesawat, bertolak ke Sydney.

Semoga tak ada gangguan mahluk generik di kota itu! 

WHITE LADYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang