Uneasy

5.8K 720 191
                                    

"Wonwoo pulang sama gue."

Dan dalam keadaan setengah sadar itu, Wonwoo mendengar suara sosok yang beberapa bulan belakangan ini selalu memenuhi pikiran dan hatinya serta ia merasakan kehangatan yang sangat dirindukannya. Ia mendongak.

"Mingyu?"



{}


Mingyu menatap tumpukan berkas-berkas kantor yang masih harus ia analisis lebih lanjut. Kepalanya sudah mau pecah sedangkan besok berkas-berkas tersebut sudah harus selesai ia analisis untuk dapat dituangkan ke dalam rapat evaluasi bulanan kantor.

Lelaki itu bersandar di kursinya dan menoleh untuk melihat jam yang tertera di meja. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah lima sore. Biasanya, Mingyu selalu akan dengan sangat semangat mengerjakan seluruh tugas-tugasnya dengan cepat agar ia bisa segera pulang untuk bertemu sang pujaan hatinya.

Siapa lagi kalau bukan tetangga pemilik sebelah kamar apartemennya?

Namun, siapa sangka semuanya akan berubah begitu cepat. Semenjak hari itu, Mingyu sama sekali belum kembali ke apartemennya. Ia masih menginap di apartemen Seungcheol hingga saat ini. Ia juga mengganti nomornya dengan tujuan agar lelaki berkacamata itu tidak bisa menghubunginya. Yah, jika lelaki itu masih mau menghubunginya sih.

Well, Mingyu hanya belum siap atau bahkan tidak siap bertegur sapa atau bertatap muka dengan lelaki itu. Rasa kecewa yang besar kepada lelaki itulah yang menghalangi Mingyu. Meskipun setiap harinya ia mengirimkan sarapan untuk lelaki berkacamata itu, tetapi untuk melakukan kontak langsung Mingyu tidak siap.

Katakan Mingyu pengecut.

Memang. Mingyu memanglah seorang pengecut jika berhubungan dengan hal-hal berbau cinta dan Wonwoo. Ya, ia baru menyadari hal itu selama kurang lebih dua minggu ini. Setiap harinya, ia selalu mengirimkan sarapan tepat pukul lima pagi lalu meminta tolong satpam untuk menggantungkan paper bag berisi makanan tersebut di handle pintu kamar apartemen Wonwoo.

Entahlah, Mingyu menghindari segala macam hal yang berbau tentang lelaki berkacamata itu. Tetapi ada satu hal yang menjadi pengecualian, yaitu kebahagiaan Wonwoo.

Loh? Kenapa?

Well, jika ditanya mengapa sejujurnya Mingyu pun tidak tau. Mingyu mulai tidak mengerti jalan pikirannya saat ini. Yang ia tau hanyalah ia yang harus menjadi salah satu sumber kebahagiaan Wonwoo walaupun ia tidak sama sekali berhubungan dengan lelaki berkacamata itu dan mencoba untuk kembali mengikhlaskan seseorang yang sukses menduduki hatinya itu untuk yang kedua kalinya.

Haahh...

Mingyu menghela napas pasrah melihat tumpukan-tumpukan dokumen di hadapannya itu. Pekerjaan yang biasanya mudah menjadi begitu sulit rasanya belakangan ini. Ia cenderung jadi lebih sering menunda-nunda pekerjaan hanya untuk memikirkan hal-hal random yang ujung-ujungnya selalu berakhir pada lelaki berkacamata itu alias Wonwoo.

"Ck! Kenapa selalu Wonwoo sih?"Mingyu mendecak sebal seraya menelungkupkan kepalanya di atas tumpukan-tumpukan dokumen yang ada di depannya itu.

"Kangen Wonwoo... Gue kenapa lemah banget sih, anjing? Wonwoo apakabar ya? Apa dia sehat? Apa dia selalu sarapan? Apa Wonwoo udah gendut? Fix kalo Wonwoo nggak gendut gue bakal marah banget. Tiap hari gue bikinin sarapan rasa makan siang sampe nggak gendut fix keterlaluan, antara nggak pernah makan sarapan buatan gue atau perut cinta gue itu kelainan. Haaah..." Mingyu lagi-lagi menghela napas pasrah.

"Won... kenapa gue nggak bisa benci sama lo ya? Eh ralat, kenapa gue nggak mau benci lo ya? Maafin gue udah kasar sama lo waktu itu. Huhuuuuu kangeeeeeeeeen!!! Nggak apa-apa deh jadi temen aja asal gue masih bisa deket sama lo huhuuuu Wonuuuu!! Tapi gak siaaap ketemu lo hueeeee Wonuu gue tuh kangeeeeen!!"

Denialism | Meanie [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang