▪ 13 ▪

3.3K 345 8
                                    

Vote dulu ya, sebelum membaca....
Sorry for typo 😉😉

-----------------------------------------------

Happy reading

*
*

Rafa menampilkan senyum menantangnya. Dia maju, membogem salah satu orang itu. Walau menurutnya pukulannya cukup keras, tapi tentu tak bisa menumbangkan orang itu dengan mudah. Dirinya berdecak keras, otaknya terus berpikir bagaimana cara mengalahkan mereka berlima.

Namun, tanpa ia sadari, sebuah tinjuan hampir mengenainya. Untung Rafa memiliki reflek yang cukup cepat. Rafa membalas serangan orang itu dengan menendang tubuhnya kuat. Belum cukup sampai disitu, dua orang lainnya berusaha menyerang dirinya. Dengan gesit Rafa berusaha menghindari serangan mereka. Lalu, berbalik menyerang. Dan dia berhasil menumbangkan mereka berdua. Tiga orang sudah tumbang.

Bugh

Dan, sebuah serangan pun mengenai Rafa. Membuat tubuhnya oleng kebelakang. Ia merasakan sudut bibirnya perih. Rafa mengerang, lalu mulai menyerang orang itu. Sayang, ia malah mendapat pukulan di perutnya. Rafa membungkuk, ngilu sekali rasanya. Belum sempat ia bangkit. Tubuhnya terlebih dahulu ditendang oleh salah satu dari mereka. Rafa tersungkur begitu saja di aspal.

Orang-orang itu mengampiri Kenzie. Rafa tak tinggal diam, dia bangkit dengan bersusah payah. Menendang orang yang mencengkeram lengan Kenzie. Kenzie sendiri sudah ketakutan setengah mati, dirinya bingung. Ingin membantu Rafa, tapi apalah daya dirinya yang sama sekali tak jago berkelahi.

Kenzie memekik ketika salah satu orang itu menarik Rafa dan memukul wajahnya. Ia terus berpikir, bagaimana caranya keluar dari situasi ini. Kenzie tau, ia mengambil ponsel dari saku celananya. Menghubungi salah satu kakaknya. Ari, dialah yang ia hubungi. Kenzie berharap dengan cemas, begitu panggilan itu diangkat. Senyumnya mengembang. Baru saja ia hendak membuka suara. Ponselnya direbut, lalu dibanting begitu saja dijalanan. Ponsel itu pecah dan kemungkinan mati.

Kenzie mendapati Rafa yang sudah terbaring tak berdaya di aspal. Orang-orang itu mulai mendekatinya. Kenzie mundur secara perlahan. Ingin dirinya lari dari sini. Tapi, tak mungkin ia meninggalkan Rafa yang sudah menolongnya itu sendiri. Salah satu dari mereka kembali menarik paksa tangannya.

"Lepaskan tangan kotormu itu, sialan!!" teriak Rafa. Rupanya ia masih berusaha bertahan. Walau wajah tampannya telah dihiasi banyak lebam-lebam. Seluruh tubuhnya pun terasa sakit. Salah satu dari orang itu berdecak. Lalu, memerintah yang lainnya untuk segera menghabisi Rafa. Ya, menghabisi, karena Tuan mereka juga memerintah untuk menyingkirkan hama penganggu rencana mereka.

Di sisi lain, pria yang masih berada di mobil sudah mulai bosan menunggu. Kenapa anak buahnya lama sekali. Hanya mengurus dua bocah sekolah saja mereka tak becus. Mata pria itu memandang ke arah anak buahnya yang tengah memukuli Rafa. Ia mendengus keras karena mendapati anak buahnya yang sedikit disulitkan oleh Rafa. Namun, kedua matanya membulat begitu dapat melihat jelas siapa yang tengah dipukuli.

"Ck, sial." Pria itu bergegas keluar darj mobil. Berjalan menghampiri anak buahnya.

"Berhenti!!" teriaknya. Namun, terlambat. Rafa kembali mendapat pukulan dan membuatnya terhempas. Kepalanya terbentur trotoar cukup keras. Darah segar keluar dari kepalanya. Setelah itu, kesadarannya menghilang.

"Bodoh, kita akan terkena masalah setelah ini." Pria itu mengacak rambutnya frustasi.

"Cepat bawa dia ke dalam mobil. Biar anak itu aku yang urus," perintahnya tegas.

"T-tapi, kenapa?" tanya salah satu dari mereka.

"Kalian ini benar-benar bodoh. Dia Tuan muda Rafa, anaknya Tuan Nando. Aku yakin kita akan mendapat hukuman setelah Tuan tau anaknya terluka." Mereka semua yang ada di sana cukup terkejut. Lalu, dengan segera menggotong Rafa memasuki mobil.

Kenzie (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang