5. Itu Adalah Momen Hidup yang Paling Berharga

4.7K 565 10
                                    

Sudah hampir satu bulan Azka dan Artha menikah. Sedikit banyak kebiasaan masing-masing diketahui oleh satu sama lain. Azka yang selalu lama di kamar mandi, Azka yang suka sekali di dalam ruang kerjanya atau Azka yang ternyata suka berkebun dan memelihara ikan hias. Sedikit banyak Artha sudah paham akan hal itu. Begitupun sebaliknya. Azka sudah tahu bahwa Artha punya kebiasaan menonton gosip di sore hari. Artha yang selalu memakai celana kolor ketika akan tidur atau Artha yang ternyata tidurnya ngorok. Sedikit banyak Azka sudah memahaminya. Dan untuk kebiasaan yang suka mendengkur, kemungkinan Azka pun juga begitu. Vice versa.

Namun satu hal yang menjadi kebiasaan Azka yang sangat disukai Artha, yaitu ketika Azka mencukur kumis dan brewok yang mulai tumbuh. Artha sebenarnya tidak terlalu memikirkan penampilan Azka, tapi Azka sendirilah yang lebih suka dengan tampilan bersih tanpa brewok. Padahal mungkin kalau ditanya, Artha tetap menyukai Azka dengan sedikit brewok. Terlihat seksi. Seperti saat ini, Artha tengah duduk di wastafel untuk mencukur brewok milik Azka. Azka Levin-nya akan segera hilang.

"Kamu ada cukuran yang murah gitu nggak?" Pelan-pelan Artha menyudahi kegiatannya. Turun dari wastafel dan segera mencuci tangannya.

Azka pun juga sudah mengeringkan dagunya, yang kini mulus, dengan handuk. "Ada, kayaknya. Kenapa?"

Artha tersenyum. "Aku pinjam. Eh, minta, deng."

Azka menaikkan satu alisnya menghadap sang istri. Mau cukur juga apa gimana? "Bukannya kemarin kamu udah treatment wajah?"

Artha mengangguk lalu ikut mencari alat cukur di kotak penyimpanan barang. "Iya, udah."

"Lah terus ngapain?"

"Ya, buat cukuran."

Azka memberikan satu shaver yang biasa digunakan. Satu dari beberapa shaver yang menurutnya paling enak dipakai.

"Duh, jangan yang begini. Yang biasa aja. Yang iklan di TV, yang kecil." Artha menaruh shaver tadi ke tempatnya dan kembali sibuk mencari, sedangkan Azka malah keluar dari kamar mandi dan beralih ke meja rias Artha.

"Ini?" Azka mengangkat sebuah alat cukur. Melihat itu Artha langsung mengangguk. "Mau cukur bulu ketiak?"

Artha yang mendapat alat cukur tadi, langsung kembali masuk ke kamar mandi. Namun sebelum menutup pintu kamar mandi, Artha menggeleng dengan sedikit menahan senyum. "Nggak. Bulu ketiak aku udah bersih kok."

Dan setelah itu pintu tertutup. Azka yang masih diam di tempat, perlu sepersekian detik untuk mencerna kegiatan yang Artha maksud. Oke, berarti girls time.

.
.
.
.
.

Weekend ini mereka akan menginap di rumah orangtua Azka. Kegiatan rutin yang selalu mereka lakukan. Entah hanya untuk sowan atau sampai menginap. Mereka akan selalu berkunjung ke rumah orangtua. Minggu ini menginap di rumah Ayah Tirta dan Bunda Ratih, karena ada acara tujuh bulanan Niar.

"Aku elus boleh, Mba?" Artha bertanya namun tangannya sudah berada di perut Niar.

Niar tertawa dan hanya mengangguk. Memperhatikan mata Artha yang berbinar, Niar yakin Artha sudah berkeinginan untuk menjadi Ibu.

"Semoga nular ya, Mba." Tangan yang tadi di perut Niar, sekarang sudah ke perutnya sendiri. Sambil mengusap-usap Artha berdoa dalam hati agar segera diberi kepercayaan untuk memiliki buah hati.

"Aamiin, Tha."

Sebuah senyuman menghiasi wajah Artha. Di sisi lain, Azka yang sedang duduk di halaman belakang dengan Wisnu, kakak ipar, serta keponakannya memperhatikan dalam diam, wanita yang tiga hari lagi genap satu bulan menyandang status sebagai istrinya.

Pillow Talk | Pindah StarrywritingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang