Phantomhive POV
Mempersunting lelaki kecil dihadapanku?
Adalah sebuah bintang yang menyala terang di gelap malam ketika semua orang memilih menyerah di hari ini dan akan memulai kembali di hari esok. Tidak lebih juga tidak kurang, lelaki kecil ini adalah bintang tersebut. Aku dan segala mimpi indah yang selama ini hanya mimpi akan ku ubah menjadi kenyataan, berhenti menjadi sekedar angan. Rasanya sangat menyenangkan seperti ada beribuan kupu-kupu terbang di hatiku.
Namanya Envy Cleonard Alnando dan sebentar lagi akan ku sematkan nama Reigns di belakang namanya. Hong Jisoo yang akan bersanding dengan Kim Mingyu lalu merubah nama depannya menjadi Kim, Kim Jisoo. Tidak perlu ada pendeta, karena yang kumau Tuhan langsung mendengar kata janji yang kuucapkan secara lantang atas ketersediaan ku untuk mencintai dan mengasihi lelaki kecil ini semampuku sampai lebih dari selamanya.
Harap-harap yang ku gantung sejak hari itu, mimpi-mimpi yang ku ingin sejak saat itu, dan cinta-cinta yang ku rasakan sejak masa itu, aku dan lelaki kecil ini sudah berjanji untuk selalu mengusahakannya.
Dia terlihat manis dan tampan secara bersamaan berjalan menuju altar diantarkan ayahnya. Seketika melihatnya, aku kemudian menjadi pria yang paling bahagia juga beruntung karena bisa disandingkan dengannya hingga hari ini. Sangat bahagia karena dia lah orang yang berjalan menuju altar untuk menemuiku yang menantinya.
" Hong Jisoo, Envy Cleonard Alnando, apakah anda bersedia untuk menjadi suami saya, Kim Mingyu, Phantomhive Messa Van Lazark Reigns, yang mengabdikan diri untuk melayani saya serta merelakan saya untuk menghapuskan marga 'Hong' di dalam nama anda untuk digantikan 'Kim', dan menambahkan nama 'Reigns' di belakang nama anda, serta menemani saya dalam suka maupun duka, dalam sakit maupun sehat, dalam kaya maupun miskin, hingga hanya waktu yang bisa memisahkan kita?" Ucapku ketika kami berdua berdiri sejajar di altar dengan tatapan yang berbicara bahwa kami berdua bahagia.
"Ya, saya bersedia." Ia sematkan senyum manis yang membuat kedua matanya menyipit membentuk bulan sabit. "Kim Mingyu, Phantomhive Messa Van Lazark Reigns, apakah anda bersedia untuk menjadi suami saya, Hong Jisoo, Envy Cleonard Alnando, yang mengabdikan diri untuk menemani saya dalam suka maupun duka, dalam sakit maupun sehat, dalam kaya maupun miskin, hingga hanya waktu yang bisa memisahkan kita?" Lanjutnya.
"Ya, tentu saya bersedia. Dengan janji untuk lebih dari selamanya, saya akan selalu mencintaimu dan mengusahakan kita." Ucapku sembari tersenyum. Ku rangkul dirinya, lalu ku cium bibir manisnya dan ku rasakan kupu-kupu itu kembali terbang di dalam perutku. Setelah tautan itu terlepas aku jatuh cinta lagi pada pria manis dihadapanku ini.
Tuhan, aku hanya ingin pria ini dihidupku dia yang membuatku tak bisa bahkan untuk sekedar membayangkan hidup tanpa kehadirannya. Dan jika aku dilahirkan kembali, aku masih ingin dialah yang jadi alasan bahagiaku.
Dan kemudian terlewatlah hari-hari, bulan-bulan, lalu tahun bersama dengannya. Sebuah hubungan memang tidak harus selalu baik. Arus sungai pun tidak baik jika terlalu damai. Aku dan segala keegoisanku untuk memiliki dirinya sepenuhnya membuatku lupa bahwa ia memiliki hak atas dirinya sendiri.
Permasalahan dimulai dari aku yang mulai memberi batas yang tidak diperlukan hanya karena aku ketakutan untuk ditinggalkan. Mungkin rasanya menyebalkan dan menjengkelkan sehingga ia mampu mengatakan bahwa dirinya ingin pergi. Mungkin sedikit terlambat namun kemudian aku hancur berkeping-keping. Hal-hal indah itu dalam sekejap berubah jadi kenangan menyakitkan karena di kemudian hari kita tidak bisa membuat hal indah itu lagi bersama sama.
Maaf aku menangisimu yang memilih pergi padahal itu ulahku.
Kemudian bangun pagi selalu menjadi hal yang ingin ku hindari ketika terbangun hanya untuk menangisi mimpiku yang indah, karena disana aku dan kamu masih bersama. Setiap hari semenjak ia memutuskan untuk pergi aku tidak pernah bisa jadi baik baik saja. Ketika sampai di tempat yang seharusnya ku sebut 'rumah' tetap saja harusnya aku pulang, tapi aku tetap tidak bisa. Definisi rumah yang harusnya menjadi tempat pulang sudah tidak kudapatkan lagi maknanya.
"Apakah itu salah untuk berharap semua akan kembali seperti dahulu? Apakah salah jika aku, tidak pernah sedikitpun terpikir bahwa ada yang bisa menggantikan berharganya dia untukku?"Tanya ku entah pada siapa.
Envy yang awalnya merupakan definisi bahagia bagiku memilih menjadi pemberi luka yang begitu menganga dan memilih enggan untuk tertutup. Tetapi ia masih tetap Envy yang jadi satu-satunya sosok yang membuat aku bahagia mengingatnya dan mungkin selalu hanya Envy sampai kapanpun itu.
Aku pun terkekeh menertawakan diriku yang ditelan gelapnya malam ketika bintang itu memilih pergi. Karena di hari kemarin yang dingin masih ada Envy yang menjadi penghangat yang paling hangat. Lucunya, dia juga jadi satu-satunya bintang yang bersinar terang di gelapnya malam-malam ku. Dan bahkan jika itu luka pun aku akan tetap bahagia karena Envy adalah definisi bahagia itu sendiri.
Kemudian di suatu hari aku menemukannya kembali dan menemukan jalan untuk kembali memperbaiki semuanya. Aku mungkin sedang mempertaruhkan seluruh keberuntunganku dalam hidup hingga mampu menemukan ia kembali. Tapi aku tak menyesalinya, mungkin lebih tepatnya aku tidak memiliki waktu untuk menyesalinya, aku hanya ingin memperbaikinya.
"Ayo bersama lebih dari selamanya jangan lagi menyerah dengan mudah kalau itu tentang kita." Aku menyerah akan segalanya untuk sekarang karena yang aku mau untuk selamanya sudah berdiri dihadapanku. Aku akan mengusahakan dan memintanya kembali lagi agar ku temukan bintang bersinarku kembali. Selama ini tanpanya, terlalu gelap dan aku tak bisa melihat apapun.
"Tentu saja, ayo berjuang sebaik mungkin sampai kita mencapai bahagia milik kita" Senyum manis dan mata yang menyipit layaknya bulan sabit yang aku rindukan itu ada di hadapanku. Pria manis yang berdiri di sampingku di depan altar dan mengucapkan janji sehidup semati bersamaku ini berdiri lagi di sampingku. Kemudian kupu-kupu itu kembali terbang di dalam perutku. Ini Envy yang selalu ku sebut bahagiaku, yang pernah memilih pergi lalu kemudian kembali lagi dan aku bahagia bahkan hanya dengan keberadaannya.
Dan rasanya memang masih dan selalu indah jika kami bersama. Perpisahan itu mengajarkan kami tentang betapa berharganya kebersamaan juga betapa pentingnya mengusahakan sesuatu yang menjadi bahagia bagi dirimu. Kami tidak menyesal pernah berpisah karena sejauh apapun kami pergi, kami perlu rumah untuk tempat berpulang, berlindung dari kejamnya dunia. Aku masih mendeskripsikan Envy sebagaimana sejak awal ku sebut, Envy adalah definisi bahagia yang ku punya.
Kali ini kami sedang diujung, sedang diujung perpisahan tetapi masih saling merindukan. Envy ingin pergi meski ku meminta dan memohon untuk tidak lagi pergi karena semua akan kembali gelap ketika bintang bersinar itu memilih pergi. Meski sangat berat dan aku berani bersumpah bahwa aku tidak akan mampu, ini semua adalah keputusan Envy dan aku sedang berusaha semampuku untuk menghargai dan menerimanya. Hadiah yang ku minta untuk perayaan 2 tahun hanya bersamanya sedikit lebih lama sampai aku mampu sedikit ikhlas merelakannya untuk membawa cahaya itu pergi lagi dari hidupku.
Aku benar-benar tidak yakin diriku mampu tapi aku akan menghargai keputusan yang Envy buat. Ini memang tidak pernah tidak menyakitkan sampai rasanya ingin mati karena tidak sanggup. Tapi, mungkin memang begini harusnya dan sudah sepantasnya berakhir sampai saat ini.
singkatnya begini,
arah pulangmu ke kanan,
sedangkan pulangku ke kiri,
mungkin memang bisa bersama,
tapi perlu ada usaha disana,
entah aku atau kamu yang harus berbalik arah agar tetap sejalur,
tapi sialnya,
kita terlalu tinggi ego,
baik aku ataupun kamu tidak pernah mau berjuang lebih dulu
hal ini yang membuat kita tak pernah satu,
dan kesimpulannya,
aku dan kamu tidak akan pernah menjadi satu,
karena semesta pun sudah tidak setuju, jadi untuk apa berusaha terlalu keras?
mungkin kita memang hanya harus saling mencintai, bukan bersama?- reigns
Kamu yang ku sebut di cerita ini, sudah tahu betapa berharganya kamu dihidupku?
Aku tidak berhenti mencintaimu, aku akan selalu jadi rumah buatmu ketika lelah. Seperti yang kamu selalu lakukan untukku.Lebih dari selamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't.
Short StoryAda yang lelah menunggu, Ada yang terlalu sering diabaikan, Dan ada yang lupa untuk dihargai. Tapi sayang, yang dituju hanya akan sadar saat ia mulai beranjak pergi.