[CHAPTER 6]

107 14 1
                                    

Mereka─Soonyoung dan Jihoon─menyelesaikan pekerjaan mereka selama hampir dua jam setengah. Minggu depan mereka merencanakan pertemuan kembali untuk melakukan penelitian sekaligus menyicil laporan. Setelah diskusi awal selesai, Jihoon segera membereskan barang-barangnya lalu berdiri dari kursi. Tapi baru saja hendak melangkah pergi, ia ditahan oleh Soonyoung. Jihoon menoleh, menatap kedua manik hitam milik Soonyoung yang menatapnya sendu.

"Ayo makan bersama kami." Kata Soonyoung. "Nanti biar aku antar pulang."

Jihoon tidak tega menolak. Apalagi dengan ditatap seperti itu. Tapi mau sampai kapan? Mau sampai kapan ia harus mengalah? Sampai kapan ia harus menyakiti dirinya sendiri?

Setelah berpikir, pada akhirnya Jihoon terpaksa harus menolaknya. Jihoon tidak akan kuat berada di antara Soonyoung dan Wonwoo. Ia harus mengasihani dirinya sendiri kali ini dengan tidak menyakiti dirinya sendiri.

"Maaf Soonyoung, aku tidak bisa." Kata Jihoon. "Sampai bertemu di sekolah."

Kemudian Jihoon pergi begitu saja, meninggalkan Soonyoung yang menatap kepergiannya dengan wajah yang tampak seperti pupus harapan.

Sementara Jihoon, ia berlari menuruni tangga menuju lantai satu hingga keluar gedung perpustakaan. Setelah berada di luar, Jihoon langsung menyembunyikan dirinya di salah satu pilar besar di dekat pintu masuk perpustakaan dan berjongkok disana lalu memendam wajahnya di antara kedua lututnya. Jihoon menarik nafas panjang, mencoba menahan untuk tidak menangis. Ia sedang di luar dan ia tidak mau orang-orang melihatnya menangis. Itu akan sangat memalukan.

Cukup lama Jihoon disana untuk menenangkan diri. Ketika ia merasa sudah cukup baik, Jihoon kembali mengangkat kepalanya lagi. Dan ia langsung berteriak kaget karena ketika ia mengangkat kepalanya, ia melihat sosok Mingyu sudah ikut berjongkok di hadapannya sambil memperhatikannya.

"Se- sejak kapan kau disana, Kim Mingyu?!" seru Jihoon.

"Entah, mungkin sepuluh menit?" balas Mingyu. "Hyung sendiri, apa yang hyung lakukan disini?"

Jihoon menggelengkan kepalanya, "Tidak ada." Jawab Jihoon seraya kembali berdiri.

Melihat Jihoon berdiri, Mingyu pun ikut berdiri.

"Mau pulang?" tawar Mingyu.

"Kau! Bukannya kau ada kencan? Apa yang kau lakukan disini? Dimana dia?"

Mingyu menghela nafas lalu raut wajahnya berubah muram.

"Dia ternyata sudah punya kekasih, hyung." Kata Mingyu. "Ah.. aku sedih sekali rasanya."

Jihoon menatap Mingyu yang tengah cemberut di hadapannya. Awalnya ia kira kisah percintaan adik kelasnya ini akan lebih baik dari miliknya, ternyata... mereka sama saja. Hanya dua orang yang terjebak dalam perasaan cinta sebelah tangan. Menyedihkan.

"Mau makan sesuatu? Hitung-hitung untuk menghilangkan rasa sedihmu itu." Tawar Jihoon.

"Memangnya yang sedih aku saja? Hyung kan juga." Kata Mingyu. "Astaga, kenapa kita jadi seperti dua orang menyedihkan begini?"

Jihoon terkekeh pelan mendengar ucapan Mingyu, tapi dalam hati ia membenarkan ucapan pemuda jangkung itu. Mereka berdua memang seperti dua orang yang menyedihkan.

"Ayo pergi cari makan! Aku ingin makan pedas." Kata Jihoon seraya berjalan mendahului Mingyu.

Melihat itu, Mingyu langsung berlari kecil mengejar Jihoon lalu berjalan di sebelah Jihoon.

"Makanan pedas boleh juga. Katanya makanan pedas bisa membuatmu melupakan rasa sedih." Kata Mingyu.

"Ya, semoga saja memang bisa." Balas Jihoon.

Bestfriend | Soonhoon [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang