7. Rabu Laknat

25 6 4
                                    

Kini senyumanmu menjadi tujuanku sekarang.
.
.
.
Jessica Kandita Ocean.

Seperti hari-hari sebelumnya, Adel pergi ke sekolah dengan menaiki bis, awalnya sih semua berjalan biasa-biasa saja, tapi semua itu terlihat aneh saat Jessica berjalan di sampingnya, dengan arah tujuan yang sama pula, yaitu halte.

Adel celingak-celinguk, mencari keberadaan Rafa, namun hasilnya nihil, tidak ada mobil ataupun motor Rafa yang setiap pagi biasanya selalu stay di depan gerbang rumah mereka.

Tumben sekali.

"Ngapain lo ngikutin gue?" Tanya Adel ketus.

"Aku mau naik bis kak"

Adel mengangkat sebelah alisnya. "Naik bis? Emang pangeran berkuda lo mana?"

"Ica nyuruh kak Rafa buat nungguin di sekolahan aja kak, soalnya Ica mau bareng kak Adel ke halte, kita nanti berangkat bareng deh"

Adel memutar bola matanya jengah. Bisa tidak sih? Sehari saja Jessica tak mengusik ketenangan Adel.

"Mending lo pergi dari sini sekarang" usir Adel kepada Jessica.

"Kenapa kak? Ini kan tempat umum, kakak gak ada hak dong ngusir-ngusir Ica seenaknya"

Adel tersenyum remeh, oh, ternyata adiknya yang satu ini sudah berani melawannya. Huh, sangat disayangkan bahwa nasib Jessica kali ini tidak bisa lolos dari Adel.

Adel menarik tangan Jessica dengan kasar, gadis malang itu hanya meronta-ronta saat tangan kakaknya tak kunjung lepas, malah semakin mengerat.

Jessica terseret-seret saat Adel menariknya dengan tidak tanggung-tanggung, Adel menarik Jessica menuju ke dalam rumah, menaiki tangga menuju lantai dua, lalu dengan santainya Adel mendobrak pintu kamar jessica dan melempar Jessica ke dalam kamar.

Adel melihat adiknya yang saat ini menangis sesenggukan sambil memegangi tangannya yang memerah.

"S-sakit kak, hiks" tutur Jessica pelan.

Adel masih diam saja sambil menatap Jessica dengan tatapan nyalang. Ck, Adel sungguh membenci gadis di depannya ini.

Apa yang isitimewa dari adiknya, sehingga dapat membuat semua orang menyayanginya secara terang-terangan? Lemah iya, ngrepotin iya, manja iya. Lihat? Tidak ada yang isitimewa kan?

"Ica sebenernya punya salah apa sih ke kakak, kakak dulu gak gini ke ica. Ica kangen sama kak Adel yang dulu. Kak Adel dulu sayang banget sama Ica, bahkan main tangan pun, kakak gak pernah, tapi kenapa sekarang sering" Ujar jessica melirihkan kalimatnya terakhir.

Adel membuang mukanya, menatap keluar jendela dengan tatapan sendu. "Lo gak salah jess, sama sekali gak salah, tapi muka lo yang sok polos itu bikin gue enek tau nggak"

"Rasanya pengen banget gue habisin lo dari dulu, tapi ya gitu, Rafa selalu aja halangin gue" Adel menampilkan smirk nya.

"Kadang gue bingung sama Rafa, kok dia bisa suka sih sama lo? Pake pelet apa lo del? Dan btw lo nyewa dukun mana huh?"

"KAK ADEL" bentak Jessica, Adel yang di bentak pun hanya tertawa.

Adel maju satu langkah, lalu duduk di depan Jessica. "Lo ngerti nggak jess, kalo wajah lo yang sok imut nan lugu ini bisa aja mengundang masalah"

"Arrggh.. sakit kak, tolong lepasin" Adel menarik rambut Jessica. "Jangan cari masalah sama gue jess" ujarnya lalu pergi dari kamar Jessica.

Baru juga hendak menuruni tangga, suara Jessica yang berada di lantai dua saat ini malah menghentikan langkah Adel, gadis itu berhenti, namun tidak berbalik. "Ica bisa ngelakuin apapun buat kakak, asal kakak bisa kembali kayak dulu lagi"

ME-US&ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang