LIMAPULUH TIGA

176 17 3
                                    

Yooran membuka matanya dengan perlahan dan langsung menarik nafas panjang lalu menghelanya dengan kasar. Matanya tertuju lurus kearah langit-langit kamarnya yang tampak remang-remang. Ia melirik ke jam kecil yang berada di nakas di sampingnya. Masih pukul 5 pagi dan dia sudah membuka matanya hanya karena mimpi yang mengganggu tidur panjangnya.
Yooran mendudukkan tubuhnya diranjang, mengusak kasar rambut panjangnya yang memang sudah berantakan. Wajahnya tampak frustasi dan kembali menghela nafas panjang lagi.

“Kau bahkan ada dalam mimpiku setiap malam. Apa sebenarnya yang kau inginkan.” Bisiknya dengan nada kesal.
Yooran menyikap selimut tebal dari tubuhnya, turun dari ranjang empuk itu dan berjalan keluar kamar. Suasana rumah yang masih remang-remang membuatnya berjalan super hati-hati agar tidak menabrak sesuatu dan membangunkan seisi rumah besar itu.

Ia berjalan menuju dapur, sesekali menguap lebar dan mengelus-elus lengan piyama pink bermotif bunga-bunga kecil yang ia gunakan.

Yooran membuka kulkas dan mengeluarkan sebotol kecil air mineral dan menghabiskannya dalam sekali tegukan.

“Noona, tumben bangun pagi-pagi sekali. Pasti habis bermimpi buruk ya?” Giseok muncul dengan pakaian olahraga lengkap dihadapan Yooran. Pria itu benar-benar berubah menjadi pria tangguh dan gagah. Tubuhnya berubah menjadi sangat atletis dalam beberapa tahun ini. Anak yang dulu selalu ketakutan dan penurut berubah menjadi pria penuh semangat dan ambisius.

Yooran hanya memutar bola matanya malas mendengar ocehan Giseok, “Kau mau berolahraga? Sepagi ini?”

Giseok mengangguk. Ia membuka kulkas dan mengambil sebotol air lalu meminumnya sedikit. “Noona mau ikut? Aku akan membawa sepeda jika Noona ikut. Noona tidak kuat berlari, kan?”

Wanita itu mendengus kesal dan menatap sinis sang adik. “Jangan meremehkan kemampuanku. Aku sangat kuat berlari, kau hanya tidak tahu itu.”

Giseok tertawa renyah, “Berlari dari masalah hidup maksud Noona?” Ledeknya.

Yooran melempar botol air mineral kosong ke tubuh Giseok dengan wajah super kesal. Dengan langkah menghentak ia pergi dari dapur dan kembali ke kamarnya.

“Noona Saranghae…” Teriak Giseok.
Yooran tidak menghiraukan ungkapan kasih sayang dari Giseok dan langsung bergegas kekamarnya.

“Omong kosong!” Umpatnya.

Yooran tidak berangkat bekerja hari ini. Suasana hatinya benar-benar buruk, sangat buruk. Ia memutuskan untuk pergi ke sungai Han, berusaha menghilangkan aura negatif dari pikirannya. Mimpi semalam benar-benar membuatnya kehilangan selera untuk bekerja.

Yooran duduk disalah satu bangku di pinggir sungai lebar itu. Matanya tertuju lurus pada sungai lebar yang ada dihadapannya. Tampak gundukan salju berjejer disisi jalan yang ada dihadapannya. Tak banyak orang yang ada disana. Hanya beberapa orang yang tampak lalu lalang. Hari ini cuacanya cukup dingin, meski sudah tidak sedingin tempo hari. Musim semi tinggal menghitung minggu, hari yang biasanya penuh dengan salju mulai menghangat akhir-akhir ini.

Yooran mengeratkan mantel coklat tebal miliknya dan sesekali menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya. Keluar di cuaca yang dingin ini memang bukan pilihan yang bagus, namun ia tidak punya ide lain untuk menenangkan diri. Pikirannya kembali terhenyak menuju memori-memori masa lalu yang akhir-akhir ini semakin sering muncul di pikirannya. Café komik, taman bermain, bioskop, perpustakaan, dan… Sungai Han.

“Aera-ya… Kau menyukainya? Ini lebih baik daripada di rumah kan?”

Yooran langsung teralihkan kepada suara bariton yang terdengar sangat familiar ditelinganya. Tampak seorang pria tengah mendorong stroler bayi berjalan kearah Yooran.

My Spring Day |Kim Taehyung| [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang