atsumu

685 114 30
                                    

Siang hari yang terik di musim panas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siang hari yang terik di musim panas. Aku dan Atsumu sedang sibuk membereskan barang-barang. Kardus bertumpuk-tumpuk dengan label yang berbeda harus kami bongkar isinya. Betul, aku pindah rumah.

Mumpung Atsumu libur, dia menawarkan diri menjadi asisten. Ruang tamu sekarang masih berantakan, tetapi bagian lain sudah lumayan tertata.

Omong-omong, Atsumu datang dengan persiapan. Dia memakai kaus putih polos berbahan katun yang menyerap keringat. Lalu, ada hadiah juga untukku dari saudara kembarnya. Tentu saja itu nasi kepal (plus semangka yang sudah dipotong segitiga). Terima kasih, para Miya.

Kendati baling-baling kipas berputar di atas kepala, kami tetap kegerahan. Kalau kelamaan di luar pasti akan terserang sengatan panas. Saat seperti ini, paling enak mengonsumsi yang menyegarkan.

Stok es krim di minimarket kira-kira tersisa berapa, ya?

Daripada itu, aku belum menemukan krim pelindung matahari dan payung di antara boks ini.

Kutegakkan badan dan menyeka peluh yang membasahi kening. Atsumu tengah menaruh buku-buku di rak berdasarkan urutan tingginya. Kelihatannya ia juga kelelahan karena kami tak berhenti sejak pukul delapan pagi.

Aku memutuskan beranjak menuju dapur dan meletakkan semangka-semangka pemberian Osamu di piring. Selanjutnya, ketika hendak membawakannya, aku teringat jajanan lain di kulkas.

.

.

"Tsumu, mau istirahat sebentar?"

Nampan dalam pegangan terangkat, memamerkan camilan lezat yang kupersiapkan.

Dia menoleh dan seketika berseri-seri. Dengan terkekeh, aku menghampiri lelaki itu. Netra Atsumu berkilatan saking senangnya. Buku yang semula merupakan pusat atensi pun ditinggalkan.

"Ini, ambil salah satu." Aku memberi kode.

"Kau ingin yang rasa apa?" tanya Atsumu seraya menatapku, menunjuk dua kakigori alias es serut manis dengan topping bervariasi.

"Aku suka semuanya, kok. Terserah Tsumu."

Atsumu tersenyum miring. Es serut stroberi adalah pilihannya, sementara aku yang rasa tiramisu. Kami menduduki sofa agar santai saat makan.

Kaki yang pegal begitu diselonjorkan benar-benar nyaman. Aku bersandar dan menyendok es perlahan, menikmati sensasi dingin yang lumer di mulut.

Sembari mendengar bebunyian lonceng yang kupasang di teras, kami larut dalam suasana hening. Agustus ini, disamping penuh agenda dan janji temu, aku mesti sesekali rehat.

Bagaimana dengan pria di sebelahku?

Atsumu, seolah mampu menebakku, menengok dan menarik senyum lagi.

"Tambahan tangan memang berguna, kan?"

Cengiran yang walau kesannya usil sama menenangkannya dengan tiupan angin sepoi-sepoi.

Miya pirang berujar, "Pas SD, aku pernah dinasihati: pekerjaan lebih ringan jika dilakukan bersama."

Aku mengerjap. Sebab ia dan Osamu senantiasa berbarengan, aku yakin perkataan semacam itu ditujukan supaya mereka terus akur dan mengenal yang namanya bahu-membahu.

Kubalas kalimat tersebut dengan anggukan mengerti. Atsumu tumbuh dewasa secara mengagumkan.

"Terima kasih, ya," ucapku. "Maaf sudah menyibukkanmu di akhir pekan. Kau malah kehilangan jatah hari bebas."

"Tidak apa." Atsumu menggeleng, mencomot sebuah semangka. "Di sini denganmu juga menyenangkan."

Seandainya Atsumu tidak menolong, aku akan sangat kewalahan.

Seandainya Atsumu tidak menolong, aku akan sangat kewalahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝗹𝗼𝘃𝗶𝗻𝗴𝗹𝘆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang