Suasana dikantin kampus sangat ramai. Jam peralihan kelas memang sering digunakan banyak mahasiswa untuk mengisi perut. Karena kadang tidak semua dosen mengizinkan siswa untuk izin saat jam perkuliahan berlangsung.
Disatu meja agak kesudut, seorang gadis nampak tenang dan santai membuka kotak bekalnya. Beberapa mahasiswa ada yang melirik. Beberapa terlihat cuek. Kotak bekal yang bukan merk bergaransi seumur hidup itu malah sudah terlihat memudar di beberapa motifnya. sebuah tumbler lagi-lagi merk biasa, yang mungkin dijual seharga 10rb paling mahal dipasar, diletakkannya disamping.
"Nasi goreng lagi?" tanya seorang cowok didepan. Kacamata tebal yang melorot didorongnya keatas, sambil tangannya menyuap siomay pesanannya.
"Yup. Biasalah.." cewek itu tersenyum acuh. Dengan lahap disendoknya makanan. Perutnya memang tidak bisa diajak kompromi lagi. Tadi pagi ia hanya sarapan teh manis. Sementara sekarang sudah jam 11. Dan ia memborong sarapan sekaligus makan siang dengan sekotak nasi goreng hasil masakan ibunya.
"Lu lanjut semester depan Za?"
Zakira mengaduk nasi gorengnya, mencoba mengumpulkan lebih banyak telur orak-arik yang sangat minim. Semakin hari telur yang ada di nasi gorengnya semakin sedikit. Gak pa-pa, karbohidrat bikin dia kuat dan semangat. Bisiknya di dalam hati.
"Gue masih blur. Gue gak tega minta uang sama bokap."
"Tabungan lu?" Iyus, nama cowok itu kembali bertanya.
"Ya gak cukup lah Yus. Emang berapa banyak sih gue bisa nyisihin jajan sehari. Itu juga bisanya kalau gue nebeng lu ke kampus." Zakira tertawa hambar. Gila, hidupnya berat banget.
"Gue bantu deh. Kebetulan gue ada beberapa tabungan."
"Gak usaah, lu juga butuh."Zakira dengan cepat menolak. Ia juga tahu kalau Iyus, sahabatnya itu, keadaan ekonominya juga tidak lebih baik.
"Tapi lu usahain lanjut ya, gue gak ada temen kalau lu gak ada."
"Makanya lu berbaur dong. Jangan jadi cupu kayak gini." Zakira sedikit tergelak.
"Cuma lu yang ngertiin gue Za. I am weird to them."
Zakira mengangkat bahu. Dikeluarkannya HP dan segera layarnya bergulir. Membuka inbox. Sebuah penawaran kembali dibacanya.
"Kok cuma dapat 2 batang sih ini wifi-nya?" Zakira mengangkat HP tinggi-tinggi. "Loadingnya lama banget lagi.."
"Gue hotspot deh, kebetulan paket gue unlimited kalau siang."
"Itu baru temen.." Zakira tersenyum lebar.
"Lu lagi baca apa sih?" Iyus penasaran dengan raut serius Zakira.
"Ada deh..."
"Lu mulai rahasia-rahasia an ya.."
"Kepo nih.." Zakira mengemasi kotak bekal dan tumbler kemudian memasukkannya ke dalam tas.
"Udahan yuk. Gue ada kelas nih."
~~~
"Apa tidak ada jalan lain Pak?" Zakira tertunduk lemas.
"Maafkan Bapak Nak. Hanya itu satu-satunya jalan yang rasanya bisa Bapak tempuh untuk kelangsungan hidup kita. Bapak janji, begitu ekonomi kita membaik, Bapak akan mengirimkan uang untuk biaya kuliahmu."
"Tapi nanti Zakira sama siapa disini Buk." Pandangannya sekarang beralih ke wanita paroh baya, yang sedari tadi sibuk melap air mata dengan leher baju.
"Bapak dan Ibuk percaya kamu bisa sendiri dan mandiri disini Za. Kamu harus selesaikan kuliahmu. Jadi panutan yang baik untuk adikmu. Masih ada waktu 2 bulan lagi sebelum masa pembayaran uang kuliah kan? Doakan Bapak dan Ibuk dapat rejeki berlebih didesa."
KAMU SEDANG MEMBACA
TOUGH WOMAN
ChickLitSaat uang yang kamu punya adalah satu-satunya amunisi untuk bertahan hidup, Apa yang akan kamu pilih? Membayar uang kuliah, setelah itu bingung menutupi biaya hidup sehari-hari? Atau join kelas marketing, dan menghabiskan uangmu untuk pendaftaran d...