Taruhan Besar

1.7K 173 122
                                    

Perhatian! Chapter ini mengandung beberapa adegan kurang berkenan di hati sebagian pembaca. Harap bagi yang merasa ragu boleh skip chapter ini (๑'ω'๑)

(ga nyampe R-18 sih tapi... Ah sudahlah)

Keesokan pagi setelah semalaman aku jadi menunggui di rumah sakit, Soraru segera siuman. Keadaannya berangsur pulih, namun tetap membutuhkan perawatan. Akhirnya setelah sekitar empat hari dirawat, kini hari kelima dia sudah mulai berangkat sekolah.

"Kau yakin beneran baik-baik saja?" tanyaku cemas saat ia tiba di kelas dan duduk di bangkunya. Soraru mengangguk ceria. "Iya, aku baik-baik saja, kok. Terima kasih sudah mengkhawatirkan aku."

Sasuga Takajou Soraru. Padahal lima hari yang lalu dia sekarat, tapi pancaran kapok sama sekali tidak terdeteksi dalam senyum simpulnya.

Baru saja aku akan menyahut, terdengar derap kaki dari koridor depan kelas, kemudian disusul suara pintu terbuka sangat keras.

"LUZ-CHAN~~~ AKU DATANG MENJEMPUTMU~~~"

Seketika aku cengo, shock.

"...Dare?!"

Seriusan, aku ngga kenal siapa orang itu. Teman lama? Tidak, tidak, bukan. Aku sama sekali tidak ingat punya teman seperti itu. Apa kami pernah papasan? Apa aku pernah menolongnya atau dia pernah menolongku? Mungkinkah ada utang diantara kami?

Seingatku, TIDAK!

Terus, siapa orang yang dengan tidak tahu malunya menerobos masuk, memanggilku dengan nama depan sembarangan dan sok akrab apalagi bernada menjijikan begitu?

Orang sinting, bisa jadi.

Aku masih dilanda kebingungan saat orang itu dengan cepat meluncur ke arahku, mengangkat tubuhku, lalu membawaku lari keluar kelas.

"Chotto--apa yang kau lakukan?!"

"Yaayy!! Tsukamaeta!!"

Protesku tidak didengar. Dengan riang gembira, secepat kilat dia menyusuri lorong dengan aku dalam gendongannya. Berasa diculik, aku.

Sementara Soraru terbengong di kelas selagi seseorang masuk dengan tenang mendekatinya sembari menggaruk tengkuk.

"Ayya... Aku tidak menyangka dia bakal seantusias itu... Maaf, ya, Soraru-kun. Temanmu mau 'dipinjam' sebentar," katanya santai sambil menangkup tangan tanda permintaan maaf pada Soraru.

Sementara Soraru agak terkejut, "... Sakata-Senpai?"

-

-

-

Ah, menyebalkan...

Aku diculik dari kelas, dibawa ke paviliun milik OSIS di belakang sekolah. Setelah melalui perjalanan sulit dimana tubuhku 'disampirkan' pada bahu seorang pemuda, yah, benar-benar sangat berat. Tentu dengan posisi kepala menghadap belakang, aku tidak bisa menyimak dengan baik kemana pemuda ini membawaku pergi. Tahu-tahu aku sudah berada di paviliun OSIS.

Ya ampun, aku seharusnya sudah menduga hal semacam ini akan terjadi. Ketua OSIS tidak akan melepaskanku begitu saja, kan? Caranya mempermalukanku meriah juga, ya. Sungguh, aku yang harus menanggung malu karena jadi bahan tontonan para siswa sepanjang lorong. Terima kasih kepada Ketua OSIS Akademi Hyakkaou, Ichijou Mafuyu. Aku jadi terjebak situasi aneh nan memalukan bersama dengan orang yang tak kalah aneh dan memalukan.

Terlebih selama aku dalam kebingungan, sempat-sempatnya aku menganalisis dan mengidentifikasi pelaku penculikan paksaku ini. Dan kau tahu apa? Aku berhasil. Setelah mengorek dalam-dalam memori berupa informasi yang kukumpulkan dari hasil bahan gosipan siswa lain, bermodal pencocokan ciri fisik aku tahu siapa orang sinting ini.

Fake Me [Soraru Utaite Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang