Chapter 8 : The Nightshade in His Heart

21 6 2
                                    

Alta's Point of View

Semua terjadi begitu saja, mengalir dari hulu ke hilir. Mengikuti arus yang bahkan aku tak tahu menuju kemana arahnya. Tapi aku tak bisa menyebutnya sebagai kebetulan. Pertemuan pertamaku dengan Viona, terjadi ketika kami berdua menjadi wakil sekolah kami masing-masing dalam suatu olimpiade. Pertemuan kedua kami terjadi setelah kepindahanku dari rumah utama. Saat itu aku dan Mom bertengkar. Aku begitu marah pada Mom dan memutuskan untuk tinggal sendirian di Alvaron City. Ketika aku berbelanja di hari itu, aku bertemu lagi dengannya, si ceroboh yang manis.

Semua menjadi lebih ceria karena kehadirannya di sisiku. Aku tidak lagi perlu tertawa sendiri untuk menghilangkan sepi, atau memutar radio keras-keras supaya rumah yang kutempati terdengar lebih ramai. Ini semua berkat dia.

Hingga semua berubah. Sejak dia yang begitu kupercaya menyimpan sebuah rahasia dariku. Aku menemukan formulir pendaftaran SMA internasional yang terkenal ada padanya. Letaknya di kota sebelah. Tentu saja aku kaget dan memintanya untuk menjelaskan alasannya. Aku mencoba mengetuk pintu kejujurannya, tapi ia menolak. Ia mendorongku menjauh dan mengatakan bahwa ini bukan urusanku dan sudah menjadi pilihannya. Saat itu aku menyadari satu hal, bahkan orang terdekat sekalipun bisa menjauh dariku. 

+x+

Seperti biasa aku menghela napas di depan pintu sebelum masuk kamar. Sudah menjadi kebiasaan, aku akan merasa tidak nyaman jika tak melakukannya. Sejak kapan? Mungkin sejak Viona menyembunyikan rahasia pertamanya dariku. Kepindahannya ke Baguelle.

Cklek!

"Maaf menunggu, ini cola yang kau pesan Zal," kupastikan senyuman terlukis lebar di wajahku, "ah, dan kau pasti Atvarr. Salam kenal, aku Faza Alta Afrazan, tim Alvaron."

Kuletakkan dua kaleng cola di atas meja, menyisakan satu dalam genggaman, lalu membukanya.  Aku merasakannya, si Atvarr ini memandangiku dalam-dalam dengan tatapan tajamnya yang menurutku mengerikan. Apa ia tak menyukaiku? Haha.

"Hei kau, candy boy. Come out the room, we need to talk."

Sontak aku menoleh, siapa yang dipanggilnya candy boy? Zalestakah?

"Kau, candy boy. Alvaron boy." Atvarr menujukku dengan dagunya. 

"Umm okay,"

Kuputuskan untuk mengikutinya ke depan kamar. Aku tak tahu apa yang ia pikirkan. Apa ia tahu sesuatu tentangku dan Viona? Akankah ia mengancamku untuk tak lagi mendekati Viona? Apa ia kekasih Viona?

"Mestinya kau membaca nama team member yang juga berada disini karena kau ketua tim."

Ah. Sepertinya ia tahu sesuatu.

"Mengapa kau memanggilku candy bo--"

"Aku akan katakan," benar saja, ia memotong ucapanku, "mind yourself. Jangan usik ketenangan member timku."

Sudah kuduga.

"Ah. Apa ini tentang Viona? Ia sendiri yang memutuskan pergi dari Alvaron. Mengapa aku harus repot?"

Ya. Seharusnya memang aku tak memikirkan kepergiannya. Itu tak diperlukan. Memikirkan dan memedulikan keberadaannya adalah hal paling tidak rasional yang pernah kulakukan dalam hidupku. 

"Terserah. Aku tak ingin ketenangan timku terganggu dan itu semua karena kau." Atvarr berjalan menjauh. meninggalkanku yang masih terhanyut dalam arus pikiranku.

Aku tahu Viona juga akan berada disini dan aku bisa menanyakannya langsung padanya, tapi aku tak bisa menahan untuk bertanya pada laki-laki di depanku ini.

The Evening PrimroseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang