Halaman 45

1.8K 119 5
                                    

Syafiq telah berdiri di ambang pintu ruang tamu ndalem. Hanya ada abahnya, duduk di kursi terpanjang, menatapnya dengan sayu. Syafiq melangkah pelan, menghempaskan tubuhnya di kursi seberang Abahnya.

Beberapa menit mereka hanya diam. Syafiq menunduk, entah kenapa rasanya dia tahu alasan abahnya memanggilnya. Sedikit marah, tapi juga malu. Tapi mungkin memang dia yang keliru.

"Syafiq...." suara abahnya terdengar letih.

Syafiq mendongak sedikit.

"... Sejak kau menikah, abah dan ummi tidak pernah menanyakan tentang pernikahanmu. Bagaimana ? Apakah semua... baik-baik saja? "

Semakin jelas saja. Syafiq merasa yakin.

"Iya, Bah.. semua baik-baik saja..."

Abah Husin menghela nafas.

"Mereka tidak disini. Abah sudah meminta Ummi untuk membawa istrimu pergi. Hanya kita, Le. Hanya ada dua orang lelaki disini..... " Abah Husin berusaha bijaksana. Sejenak,tadi beliau merasa kecewa karena Syafiq tidak melaksanakan kewajibannya sebagai suami. Tapi bukankah sebagai bapak, dia cukup mengenal putranya?

Syafiq menunduk lagi." Saya rasa tidak pantas, Bah bila masalah rumah tangga di umbar... akan lebih baik jika kami menyelesaikannya sendiri...."

"Kau yakin bisa menyelesaikannya... sendiri?! Jika kamu bisa segera menyelesaikan dengan baik, Abah tidak akan ikut campur... Abah hanya bertindak sebagai orang tua.. Dia memang istrimu, tapi bagaimana pun juga dia anak orang, Le...."

Syafiq diam.

Abah bertanya lagi," Sebenarnya bukan Nisa yang sengaja cerita, tapi Ummi mu yang ingin tahu karena sepertinya ada masalah. Langsung saja, apakah benar kata Nisa bahwa kau belum.... menafkahinya?" Beliau menelan ludah." Nafkah batin, nafkah ragawi..."

Seperti dilempar dari ketinggian, rasanya kepala Syafiq terasa sangat berat. Syafiq hanya mengangguk. Mau apa lagi? Itu kenyataannya dan itu memang salah.

Helaan nafas abahnya bertambah berat." Baiklah. Sebelum abah menilai kau salah, jelaskan kenapa kamu berbuat begitu. Ilmu agamamu lebih dari cukup untuk tahu tentang hukum-hukum dalam pernikahan.... "

Syafiq berusaha menenangkan jantungnya yang memukul kencang hingga telinganya pun mendengar. Jawaban apa ? Mestinya Abah sudah paham kan ?

"Karena... dari awal... dasar pernikahannya kurang tepat, Bah... " akhirnya kalimat itu yang keluar.

"Itu abah sudah tahu. Lalu kenapa dulu kamu mau menikahinya?"

"Demi Abah. Demi persahabatan Abah ...."

Abah Husin menggelengkan kepala." Pengorbanan yang keliru. Untuk apa dulu Abah memintamu untuk memilih Syafiq? Karena Abah sudah menolak mereka, tapi mereka ingin tahu keputusanmu. Dan keputusanmu adalah menikahi Nisa. Abah pikir kamu akan bisa menjalankan rumah tangga dengan bijak..... "
Abah meminum kopinya." Baiklah. Lalu kenapa tidak mencoba ? Apa Nisa tidak menarik? Apa dia tidak cukup membangkitkan syahwatmu? "

Syafiq merasa wajahnya memerah. Abahnya terus terang sekali. Ah, memang ini sifat beliau. Beliau tidak suka berbelit-belit dalam menyelesaikan masalah.

Setelah diam cukup lama Syafiq menjawab," Nisa menarik, Bah. Cantik, wanita yang lembut. Dia juga mampu membangkitkan syahwatku. Tapi.... "

Abah Husin menunggu.

".... Tapi saya takut dosa, Bah."

"Dosa? Bagaimana jadi dosa bila kau menggauli istrimu sendiri Syafiq? Itu ibadah... Pahala... "

MENGGAPAI DUA SYURGA (END) - Sebagian part telah di hapusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang