"Nasgor pedes tiga porsi, sama batagor satu ya Buk,"
"Siap Neng, tunggu ya."
Sudah seperti biasanya, jam-jam istirahat pasti pergi ke kantin. Surganya sekolah.
"Nih Neng, total duapuluh sembilan ribu ya."
"Kembaliannya enggak usah Buk, bye!"
Langkah kecil mulai mendekat ke meja yang sedang diduduki tiga temannya. Lebih tepatnya sahabat. Lebih tepatnya lagi, sahabat adu mulut.
"Pesanan datang gaishh," Rere mempercepat langkahnya untuk segera sampai di tempat duduknya.
"Akhirnya cacingku bersorai senang." Sahut Kinar.
"Lo mah emang cacingan Nar. Makannya banyuak tapi badan kek lidi. Sentil dikit, potek." Oceh Rere dan diakhiri dengan tawa darinya dan dua temannya lagi.
"Tubuh idaman Nyet!" elak Kinar yang tak suka dengan ucapan Rere.
Sudah biasa, mulut Rere memang sedikit pedas. Walau hanya bergurau tapi kadang dia tidak menyaring ucapannya.
Jari telunjuk Rere menyentil bahu kiri Kinar, "eh eh potek." Tawa mereka pecah, Kinar pun tidak bisa mengelak jika dia juga menahan tawanya kesal.
"Kurang ajar lo gembrot."
"Ini mah bohay," balasnya dengan mengibaskan ramput panjngnya ke kanan dan ke kiri.
"Udah woy, dasar mulut-mulut gak bisa diem, gue makan makanan lo tar." Ucap Dina dengan membungkam mulut Rere yang sedang duduk di depannya.
Mereka mulai menyantap makanan yang ada di depannya. Belum dalam keadaan tenang. Mereka makan dengan mulut yang masih bergosip kakak kelas yang tampan ataupun yang lainnya. Memang mulut-mulut julid.
"Eh minumnya?" tanya Ayu setelah menyadari ada yang kurang di atas meja.
"Rere!"
Melihat tatapan temannya sudah seperti tatapan monster, Rere segera beranjak dari tempat duduknya untuk pergi memesan minum. Dan empat gelas es teh manis sudah ada di depan mata.
"Btw, Abi dkk mana nih kok ga nongol?" kilah Kinar yang sebenarnya mencari batang hidung Haikal.
"Haikal males ketemu sama lo kali?" balas Dina santai dan membuat Kinar berdecak kesal.
"Abi ke perpus buat persiapan olimpiade fisika, paling Haikal sama Reno ikut sama Abi," jawab Ayu dan temannya hanya ber-oh ria.
"Kenapa bukan lo? Kayaknya lo kemaren daftar?" tanya Dina yang mengetahui Ayu sempat mengikuti ujian seleksi untuk mengikuti olimpiade fisika yang satu bulan lagi akan dilaksanakan di Jerman.
"Abi pinter, Ayu goblok," lagi-lagi mulut Rere minta disumpal pakai tempat sampah kantin.
"Enak aja, gak lah. Emang sih yang lolos Abi, tapi gue udah seleksi yang kimia. Di Jerman juga, bedanya Abi di München gue di Hamburg. Finally gue lolos."
***
12.06
Waktu di mana matahari berada tepat di atas permukaan bumi. Saat-saat di mana mata siswa hanya ingin terpejam, telinga yang mendengarkan materi dari guru malah terasa seperti mendengarkan dongeng Si Kancil Mencuri Timun.
Terlebih jam ke enam adalah mata pelajaran sejarah indonesia, dengan guru Pak Joko. Guru paling berumur di sekolah dan guru yang memiliki suaranya selembut sutra. Lembut, sejuk, tenang, dan menidurkan.
Rere, sedang berusaha untuk tetap membuka mata dan memperhatikan Pak Joko. Kinar yang sedang menyanggah dagunya dengan tangan dan matanya sudah tertutup. Ayu, yang paling tidak bisa menyerap pelajaran yang harus banyak baca masih berusaha memahami materi dari guru itu. Dan Dina yang masih antusias mendengar cerita dari guru sejarah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayunda & Abian
Teen FictionKetika kehilangan mengubah semua keadaan, menciptakan jutaan kesedihan. Apakah kebahagiaan akan kembali lagi? Namun, Ayu tidak kehilangan segalanya, dia masih memiliki teman yang sudah dianggap seperti keluarganya. Tidak hanya itu, Ayu memiliki Abi...