Halaman 46

1.6K 122 6
                                    

* Perhatian ! Cerita ini mengandung muatan dewasa. Harap pembaca menanggapi dengan bijak. *

Pukul 10 malam. Nur sudah mengecek jam di ponselnya berulang-ulang. Beberapa kali nomor yang dia hubungi tidak aktif. Hatinya cemas. Perasaannya tak enak. Apalagi bapaknya tidak dirumah, ke rumah saudara di luar kota. Nur berjalan bolak-balik di trotoar jalan. Jalanan masih ramai. Tapi ini sudah lewat jam malam. Jika dia pulang, Nur berjanji akan mengomelinya habis-habisan tidak peduli berapa truk martabak yang ia bawakan.

Setengah jam kemudian Nur melihatnya. Anna berjalan pelan dari timur sendirian. Ia mendekap tubuhnya seperti kedinginan. Hawa memang sedikit dingin....

Saat Anna sudah dekat, Nur bersiap menggempurnya.

"Darimana saja kau An? Aku hampir saja lapor polisi dengan berita orang hilang tau. Ditelpon pun gak bisa. Maen kemana? "

Anna menunduk, sedikit menggigil."A... aku... lupa... waktu... maaf... "

Amarah Nur menguap. Aneh. Anna bersikap aneh.

"Kau sakit?" Nur memegang bahu adiknya. Anna menghindarinya.

"Ti... tidak... Hanya... Capek... "

"Oke, cepat tidur kalo gitu. Aku sisakan makanan untukmu di meja."

Anna mengangguk dan melangkah masuk. Nur merasa tidak biasa. Apa yang terjadi dengan adiknya? Waktu sakit dia tidak begitu juga.... Apa mungkin putus cinta? Nur menepis pikirannya. Dia menatap punggung adiknya. Tunggu! Bajunya basah. Air menetes dari dalam jilbabnya. Berarti rambutnya basah. Hari ini cuaca terang. Mana mungkin kehujanan ? Apa dia baru berenang? Apa dia ke pantai? Malam-malam begini? Meracau, Nur ikut masuk dan menutup pintu.

Habis sudah. Anna menutup pelan pintu kamarnya. Apa yang harus ia lakukan ? Dan apa yang masih bisa ia lakukan?

Dadanya mencengkeram erat, berat dan sesak. Dengan kasar ia menarik jilbabnya, melemparnya sekuat tenaga, namun kain setengah basah itu jatuh teronggok tak jauh dari kakinya. Gigi gerahamnya gemeletuk. Anna menahan sesuatu yang sangat ia tak suka. Di tendangnya jilbab itu. Air matanya mulai turun. Sekuat hati ia tahan agar tidak mengerang. Ia takut Nur akan mendengar. Ia melucuti pakaiannya, melemparnya juga. Andai kamar mandinya ada di dalam kamar, ia akan berendam hingga kulitnya mengelupas. Merasa lelah karena menangis, ia meringkuk di tempat tidur dan tertidur. Hati kecilnya berharap saat ia bangun esok pagi, semua itu hanya mimpi.

Malam yang singkat. Kegelapan memudar. Sinar jingga mentari menembus celah-celah jendela kaca. Nur menyiapkan sarapan. Tumis pedas kacang panjang dengan sosis.

Nur melirik kamar Anna. Masih tertutup. Ia juga tak terdengar ambil wudhu subuh tadi. Mungkin ia haid dan ingin bangun siang, pikir Nur.

Setelah semua siap, Nur mengetuk pintu kamar adik tirinya.

"An, ayo bangun. Kita sarapan. Hari ini kau jaga toko lho... "

Tidak ada jawaban.

"An ?"

Tok tok tok!
Nur mengetuk semakin keras. Aneh sekali. Ia mendorong pintu itu. "An, aku masuk ya.... "
Nur memasuki kamar Anna. Gelap. Rupanya Anna mematikan lampunya. Dan berantakan. Baju-baju berserakan di lantai. Nur mendekati selimut yang menutupi Anna. Ia menyingkapnya sedikit. "An ...?"
Tangan Nur pengap. Dia menyentuh tubuh adiknya. Panas bukan main.

MENGGAPAI DUA SYURGA (END) - Sebagian part telah di hapusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang