Part 15 [Kalo Mulut Suka Typo]

398 73 43
                                    

Matahari sudah akan tenggelam saat Sooyoung sampai di rumah. Namun, sore ini ia tidak seperti sore biasanya. Biasanya ia akan langsung merebahkan tubuhnya ke kapuk empuk miliknya, namun kali ini tidak. Ia langsung menyambar handuk yang tergantung rapi, di belakang pintu.

Sore ini, Sooyoung cepat membersihkan tubuhnya, dikarenakan ia ingin tidur lebih awal—melewatkan makan malamnya. Entah mengapa ia begitu malas untuk keluar dari zona nyamannya. Ia memandangi langit-langit kamarnnya dengan pandangan kosong. Pikirannya berkelana mengorek ingatan tentang kejadian kemarin malam.

"Taehyung lagi, dek?" tanya Yoora tanpa mengalihkan pandangannya dari novel barunya. Ia sudah mulai hafal, akhir-akhir ini yang mengganggu pikiran Sooyoung adalah lelaki itu. Yoora sampai dibuat jengah dengan itu.

Sooyoung mengangguk seraya menjatuhkan dirinya di ranjang milik kakaknya. Ia menghembuskan nafasnya dengan berat, sebelum berucap penuh kesal, "Tau nggak sih, kak. Dia itu nyebelin pake banget. Kalo sama gue, dia itu juteknya minta ampun. Tapi, kalo sama temennya itu nggak, kak." ia menjeda sebentar guna memutar torsonya ke arah sang kakak. Kemudian melanjutkan, "Apalagi kalo sama Tasha. Kaya punya kepribadian ganda gitu. Baiik banget."

Hal selanjutnya, benar-benar tidak pernah terpikirkan oleh Sooyoung sebelumnya. Ia tidak menyangka, bahwa mulut kecil kakaknya bisa berucap kelewat pedas seperti itu.

"Lo emang siapanya minta dibaik-baikin?" kalimat sederhana seperti ini, berhasil menohok tepat di ulu hatinya.

Bukan, bukan kalimat kakaknya yang membuat ia marah seperti ini—meskipun tidak menutup kebenaran bahwa sedikit banyak ia memang tersinggung. Tetapi, lebih ke rasa kecewa yang mendalam. Selama ini, ia selalu menceritakan apapun pada kakaknya. Begitupun sebaliknya. Namun, baru kali ini kakaknya berbicara amat pedas kelewat sakartis kepadanya.

Sooyoung menyudahi lamunannya, lantas mengambil ponselnya yang tergeletak di sampingnya. Jika sedang seperti ini, rasanya ia malas untuk melakukan apapun. Tepat setelah ia membaca pesan pada roomchatnya dengan Dinda, suara ketukan pintu pada kamarnya pun mengudara. Dari suaranya saja, ia sudah dapat menebak bahwa itu pasti ibunya.

"Soo, kamu kenapa nggak keluar? Kamu belum makan loh, dari pulang sekolah." Tanyanya halus, namun terkesan memaksa.

"Jangan pura-pura nggak denger, deh!" tambahnya.

Sedangkan Sooyoung, dibuat terkejut olehnya. Ia bingung harus menjawab apa. Satu-satunya cara yang terpikirkan adalah tidak menjawab dengan alibi sedang tidur. Namun, cara itu terbukti kurang efektif, kala sang ibu terus saja mengetuk pintu. Bak seorang anak kecil yang tidak akan berhenti menangis sebelum mendapatkan permennya.

Maka, yang dapat dilakukan Sooyoung adalah berlari mengambil handuknya yang berada di kamar mandi, lantas berperan seolah-olah dirinya habis mandi. Maka saat tangannya memutar knop pintu, tangan satunya memegangi handuk yang bertengger manis di pundaknya.

"Kenapa, ma?" tanyanya seolah-olah tidak mengetahui apapun.

"Kamu kemana aja, sih? Dipanggilin dari tadi nggak nyaut-nyaut?" wanita itu menatap garang ke arah anaknya.

Sooyoung memegang handuknya yang ada di pundak seraya berujar, " Ni, habis mandi."

Good Sooyoung, Good! Peran abal-abal yang dilakoninya sukses besar. Terbukti dengan ibunya yang menganggukkan kepalanya. Dalam hati, Sooyoung tertawa terbahak-bahak—merasa bangga dengan dirinya. Pun juga memanjatkan do'a supaya diampuni atas dosanya barusan. Nyatanya, ibunya lebih pandai ber-acting ketimbang dirinya.

"Yuk makan! Jangan dikamar terus deh, Soo!"

Sooyoung hanya menunjukkan deretan giginya sebelum berujar, "Sooyoung banyak tugas, ma. Nanti aja aku makannya. Mama duluan aja,"

Sang ibu hanya mengangguk seraya tersenyum tipis, sebelum beranjak pergi dari depan kamar anaknya. Namun, bukan pergi untuk makan seperti yang disarankan Sooyoung, tetapi pergi ke kamar anak pertamanya.

"Kak?" panggilnya pelan sebelum membuka pintu untuk masuk ke kamar anak pertamanya itu.

"Kenapa, ma?" tanyanya seraya mengalihkan atesnsinya dari ponsel ke ibunya yang tengah berjalan ke arahnya. Bersamaan dengan itu, ia kembali menegakkan tubuhnya.

"Kakak sama adek ada masalah?" tanyanya setelah mendudukkan diri disamping Yoora. Ya, meski bagaimanapun naluri seorang ibu adalah yang terbaik untuk saat-saat seperti ini. Mau sebanyak apapun alasan yang mereka lontarkan, ia tetap merasa janggal. Tanpa mereka sadari sang ibu sudah benar-benar hafal dengan sikap mereka apabila jika sedang dirundung masalah—akan berdiam diri di kamar masing-masing.

Tak kunjung ada jawaban dari anaknya, ia pun kembali berucap,"Apapun masalahnya, kakak selesaiin baik-baik sama adek. Jangan saling diem kaya gini. Mama sedih kalo liat anak-anak mama perang dingin kaya gini."

Yoora menatap kagum ke arah ibunya. Ia benar-benar tidak habis pikir bagaimana ibunya bisa menempatkan dirinya dengan begitu pas. Ibunya ini memang terkesan jutek. Namun, di saat-saat seperti ini, ia bisa melembut juga. Dan tentunya semua sifat yang dimilikinya tersebut, membuat Yoora dan Sooyoung merasa nyaman.

"Sebenarnya disini aku ma yang salah. Kemarin nggak sengaja nyinggung perasaannya."

"Yaudah, kakak minta maaf sama adek." katanya sembari beranjak keluar dari kamar bernuansa biru muda tersebut. Namun, sebelum benar-benar hilang dibalik pintu, ia menoleh lantas berseru, "Kalo nggak baikan juga, mama potong uang jajan kalian!" kan benar apa kata Yoora bahwa ibunya punya sifat yang berbeda-beda. Yang tadinya lembut, hanya dalam hitungan detik sudah berubah lagi. Namun, hal itu justru menghibur Yoora.

...

Malam yang dingin di hari ini membawa kedamaian. Terbukti dengan adanya sosok Yoora yang tengah duduk berhadapan dengan adiknya. Mereka bukan sedang bertengkar. Namun mereka sedang beradu argumen. Bukan masalah besar yang dapat menyebabkan perang dingin seperti sebelumnya. Tetapi hanya masalah beradu pendapat untuk mendengarkan kata hati bukan ego.

"Lo harus dengerin kata hati lo!" teriak Yoora kelewat keras. Ia sangat gemas dengan perilaku adiknya dalam menyembunyikan perasaannya. Bahkan, rasa gemas Yoora pada adiknya mengalahkan rasa gemasnya kepada kucing di rumah temannya.

"Apaan sih, kak?" tanya Sooyoung masih dengan posisinya—memberengut sebal.

"Udah malem, nih. Keluar lo dari kamar gue!" sambungnya seraya menarik tangan Yoora supaya bangkit dari ranjangnya.

"Lo harus jujur sama diri lo sendiri!" kata Yoora sebelum menghela nafas pelan. Beberapa detik kemudian, mata Yoora membulat mendelik menatap Sooyoung.

Sedangkan Sooyoung yang tengah berdiri seraya melipat kedua tangan di depan dada pun hanya menatap malas ke arah kakaknya seperti bertanya, 'Apa?'

"Atau jangan-jangan, lo udah tau kata hati lo. Tapi lo nggak mau jujur sama gue!" terka kakaknya.

"Apaan sih, kak? Suka ngaco deh, lo!" tanya Sooyoung seraya kembali menarik tangan kakaknya. Yoora pun yang sudah jengah akhirnya menghempaskan tangan adiknya lantas berdiri dan berjalan guna keluar dari kamar adik satu-satunya tersebut. Namun, sebelum benar-benar tenggelam dibalik pintu, ia sempat bersuara dengan samar.

"Ya gitu deh, kalo mulut suka typo."

'Emang lagi ngetik?'

Sepeninggalan kakaknya, Sooyoung menutup pintu kamarnya kemudian berbalik menerawang ke arah balkon kamarnya seraya bergumam dalam hati, " Yes, I love Taehyung."

—TBC—

Hayolooo!! Makin ribet urusannya. Sooyoung suka sama Taehyung tapi Taehyungnya mmm sama Tasha😂😂

Btw, kemarin udah ada yang berhasil nebak, loh. Bikin jantungan aja😭😭 tapi emang ini klasik banget sih😁 mohon dimaklumi, ya. Karna aku juga masih newbie dalam dunia tulis menulis🙏

Semoga suka ya, gaiss❤ maaf kalo jelek🙏 soalnya akhir" ini aku perhatiin vote nya menurun. Tapi jumlah readers nya sama kok😢

Jangan lupa voment yah😘 btw, jaga kesehatan ya, gaiss😘
Thank you🌻

28 Juli 2020~

Certainly ☆☞ VjoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang