"Ayah…" gadis kecil itu merintih di tengah derasnya hujan. Saat itu dia sangat memerlukan ayahnya.
"Maaf nak tapi ayah harus tinggalkan kamu," jawab ayahnya tersenyum.
Pergi meninggalkan anak itu sendirian. Sedangkan sang gadis masih merintih mencoba berdiri. Dan percuma . Luka di tubuhnya tidak mendukung untuk berdiri. Bagaikan ada yang menahannya. Sebuah rantai yang sangat kuat. Ayahnya bahkan tidak peduli akan luka itu bahkan sangat senang akan luka yang dia buat. Tersenyum dan pergi. Bersama ibunya. Ibu kandungnya . Gadis itu tertatih-tatih mendekati ayah ibunya. Namun…
"INI TIDAK ADIL!!! AKU SAYANG AYAH!!! KENAPA AYAH TIDAK MEMBIARKAN AKU IKUT DENGANNYA!!!" Gadis itu terus mengamuk di tengah hujan. Terus memegangi perutnya. Perutnya terdapat luka tusukan . Darah masih mengalir deras mengikuti aliran hujan yang membasahinya.
Tiba-tiba ia pingsan. Sayup-sayup ia mendengar namanya berkali-kali dipanggil. Yang dia lihat semuanya buram. Hanya sesosok wanita. Parasnya sangat cantik. Dirinya basah oleh hujan.
"Jangan takut aku disini," suaranya lembut. Bagai seruling surga di mainkan . Bukan. Itu bukanlah ibunya. Ibunya sangat kejam bahkan membuat dia hampir mati terbunuh. Yang dia rasakan saat itu hanya kelembutan yang mengalir di sekujur tubuhnya. ~Alevia Xillesya~