Waktu istirahatpun telah tiba. Segera aku ambil bekalku yang sudah disiapkan bi Ning.
"Yaelah, anak mama" kata laki-laki yang menjengkelkan itu. Siapa lagi kalau bukan Randy. Aku masih diam, menahan amarahku.
"Woy, bisu ya mbak? Haha" katanya, mengejekku. Aku bangkit dari tempat dudukku sambil membawa bekalku.
"Minggir".
"Hah kamu ngomong apa? Aku kaget, ternyata kamu gak bisu! Hey teman-teman, ternyata dia gak bisu! Haha" tawa Randy sambil menunjukku.
"Aku bilang minggir!" ujarku mengamuk, lalu mendorong Randy hingga terjatuh dari kursinya. Gedebuk.
"Anjrit lu tong!! Awas lu ye, gak akan gue biarin lu duduk di sini lagi!!" katanya dengan logat Betawi.
"Bodo!" kataku sambil berlalu.
"Woy lu malah cabut, bukannya bantuin gue lagi! Woy!!" sambil membawa bekalku, aku berlari menuju kantin. Tanpa aku sadari, Randy mengikutiku. Ia mulai mengejarku, karena ia tak mau kehilangan jejakku.
"Nah lu, kena lu ye nyet!! Sini lu!!"katanya sambil menjambak rambutku.
"Aduh, sakit bego! Lepasin gak??"ancamku.
"Gak mau! Lu harus minta maaf dulu sama gue!" katanya keras kepala.
"Bodo! Aku gamau minta maaf sama kamu! Seharusnya kamu yang minta maaf! Gara-gara kamu, hari pertamaku masuk sekolah jadi ancur! Tempat dudukku dipindah sama anak idiot kaya kamu! Udah lepasin!" kataku sambil memegang tangannya yang menjambakku.
"Ohh, sudah berani ya??" ancamnya. Ia memang melepaskan tangannya dari rambutku. Tapi tanpa aku sadari, kedua tangannya merebut bekalku dari kedua tanganku.
"Lepasin!! Aku belum makan siang!!" kataku sambil merebut bekalku.
Prang!! Bekalku jatuh, nasi dan sayur kangkung yang disiapkan bi Ning berserakan dimana-mana. Randy tampak sangat kaget, begitu pula aku. Kami berdua jadi pusat perhatian orang-orang yang sedang berjalan.
Mataku berkaca-kaca, tak tahu lagi harus berbuat apa. Makanan kesukaanku, telah dihancurkan oleh anak idiot ini. Aku ingin berteriak, menangis, berlarian. Tapi, aku tahan karena aku bukan anak kecil lagi dan aku bukanlah orang gila.
"Maumu apa sih?? Udah puas hancurin hari pertamaku di sekolah?? Udah puas buat aku dihukum?? Udah puas, bikin aku gak makan siang?? Udah puas kamu, hah???" ujarku sambil mendorong Randy.
Tanpa aku sadari, air mataku terjatuh. Aku tidak tahu apakah Randy melihatnya atau tidak. Aku tidak peduli. Aku benci Randy sebenci-bencinya. Aku berlari meninggalkannya. Anak-anak pun melihat kami berdua, seakan kami sedang bermain drama.
"Cam.. Cam.. Tunggu!!" katanya mengejarku lagi.
Aku membalikkan badan, lalu berkata "Kamu adalah orang yang paling jahat!! Seumur-umur aku gak pernah ya punya masalah sama kamu!! Tapi kenapa kamu tambah menambah masalah denganku?? Aku ingin sendiri!! Jangan ikutin aku!!" ujarku meninggalkannya.
"Randy, kamu keterlaluan banget gak sih!! Udah puas kamu liat Cam nangis??" ujar Candy ikut-ikut memarahi Randy, lalu ia mengejarku.
"Ran, mau lu apasih? Kalo kaya gini gue, sebagai sepupu lo gak bisa tinggal diem. Lu jangan gitu dong sama cewek. Pantes lu masih jomblo, orang lu sukanya kaya gini ke cewek. Jangan digituin lah! Cewek itu tulang rusuk dari kaum adam, bro. Jadi jangan disakiti. Lu juga pake marah-marahin dia lagi. Kan gak pantes aja gitu. Cam kan udah sabar ngadepin lo. Tapi lo-nya kaya gini. Jujur, gue kecewa sama lu, bro. Can, tunggu gue!!" kata Brian, meninggalkan Randy sendirian.
Tersisalah Randy dan anak-anak yang melihatku tadi.
"Dasar lu Ran, belagu!" kata teman-teman yang lain.
"Huuuuu" seru mereka semua.
Aku yakin, Randy akan kebal dengan semua ini. Tapi pada hari ini, mukanya pucat dan merasa bersalah padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fri(lov)endship
Short StoryAku terjebak diantara persahabatan dan cinta. Mana yang harus ku pilih? Dapatkah aku mempertahankan persahabatanku, sementara aku mencintai seseorang yang harusnya tidak aku cintai?
