.
Tak terasa sudah masuk weekend. Weekend seperti ini, biasanya Bang Chan lebih memilih keluar bersama Changbin.
Biasa, ke arcade atau sekedar memancing di kota sebelah.
Tapi, kali ini ia hanya berada di rumah.
Bersama Minho, di atas ranjang mereka sejak mentari menyapa. Mereka tidak melakukan apapun selain saling menatap satu sama lain.
"Kak Chan."
Minho memulai pembicaraan, dibalas dengan deheman dari sosok di hadapannya.
"Hyunjin itu, bener calonnya Kak Chan?"
Bang Chan menggangguk pelan. Maniknya tak lepas dari wajah manis Minho.
"Kenapa pergi? Bukannya kalian saling mencintai?"
"Entah, aku gak tau alasan dia pergi. Ya, awalnya kita mencintai. Tapi sekarang, aku gak yakin. Aku punya kamu di sini, perasaanku juga berubah sekarang."
Minho memejamkan mata perlahan, menggeleng kecil karena merasa heran pada Bang Chan. Secepat itukah perasaannya berubah?
"Kenapa?" tanyanya bersamaan dengan kelopaknya yang membuka.
Bang Chan mengernyit bingung, kemudian berujar, "karena Hyunjin udah ngerusak kepercayaan aku. Jadi, sekarang aku cuma mau fokus ke kamu. Ke kehidupan kita ke depannya."
Jemari Bang Chan dengan pelan menyusuri wajah Minho, mengusap pipi itu dengan sayang.
"Tapi nanti kalau Hyunjin tiba-tiba datang gimana? Aku gak yakin Kak Chan bertahan sama aku, karena ya ... Hyunjin cinta pertama Kak Chan."
"Aku tetap pilih kamu, Minho."
Jemari Minho menggenggam jemari Bang Chan di pipinya. Mengusap pelan punggung tangan yang lebih tua.
Minho tidak ingin memikirkan itu lebih jauh.
Urusan Hyunjin yang datang kembali dan Bang Chan yang akan berpaling, biarlah ia pikir belakangan.
"Kak."
Bang Chan melepas genggaman, tangannya turun menuju pinggang si manis. Kemudian menariknya masuk ke dalam dekapan.
"Jangan dipikirin ya, Minho."
Di dekapannya, Minho mengangguk. Ia bisa melakukan apa selain hanya mengangguk dan mencoba mengalihkan pikiran?
"Hari ini gak usah kemana-mana, ya? Sarapannya delivery."
"Terserah, Kak Chan. Hah? Kok delivery? Aku masih bisa masakin sarapan enak, ya."
"Sekali-kali, lagian aku mau peluk kamu seharian."
Bang Chan mengusakkan hidungnya pada hidung Minho dengan gemas. Memang niatnya hari ini adalah tetap di atas ranjang bersama suami manisnya ini.
Minho mencebikkan bibirnya.
"Aku masakin sarapan aja, kak. Makan siangnya delivery terserah Kak Chan aja."
Menggeleng, Bang Chan justru merapatkan dekapannya. Enggan melepaskan Minho barang sedetik.
"Kak Chan!"
"Gak mau, sayang."
Merotasikan mata malas, akhirnya Minho memilih diam. Sudah terlampau malas untuk sekedar keluar dari dekapan Bang Chan.
"Kak Chan gak mau buka tirainya gitu? Ini udah mau siang."
Dengan malas, Bang Chan mengambil remote khusus dan menekan salah satu tombol untuk membuka tirai.
Lantas kembali memeluk Minho.
"Sudah. Ah, aku mau tidur lagi. Kamu hangat, empuk, lucu, mirip guling."
Minho mendengus.
"Maksud Kak Chan aku gendutan gitu?"
"Enggak, sayang. Kamu gak gendutan pun tetep empuk buat aku."
Bang Chan mengubah posisi mereka menjadi terlentang dengan Minho berada di atasnya. Menyebabkan Minho memekik tertahan karena perlakuan suaminya yang tiba-tiba.
"Minho."
Bang Chan memanggil si manis dengan lembut, maniknya tidak lepas dari wajah Minho sedetik pun.
Terlalu indah.
Minho yang ditatap seperti itu mengerjapkan matanya, sedikit gugup.
"I-iya?"
Bang Chan tidak menjawab, yang ia lakukan setelahnya adalahnya menempelkan ranumnya pada ranum Minho.
Melumatnya pelan dan dibalas sama pelannya oleh yang lebih muda.
Mereka terbuai, terlihat dari kelopak mereka yang tertutup pelan.
"Minho, mulai sekarang aku bener-bener minta kamu fokus sama kita. Jangan pikirkan Hyunjin, ya?"
.
.Huhu, aku yakin ini gak ngefeel karena aku ngetik inipun juga kurang ngefeel. Tapi, gapapa. Gak salah kan nyoba nulis beginian? Hehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐬𝐮𝐝𝐝𝐞𝐧 𝐦𝐚𝐫𝐫𝐢𝐚𝐠𝐞•
Conto-', 𝙗𝙖𝙣𝙜 𝙘𝙝𝙖𝙣 𝙭 𝙡𝙚𝙚 𝙢𝙞𝙣𝙝𝙤 ꒱↷🖇 • Bang Chan yang ditinggalkan mempelainya saat pernikahan secara tiba-tiba menarik Minho menuju ke altar. "Aku minta kau untuk menjadi mempelaiku, Minho. Untuk sekarang, utamakan pemberkatan ini." • 📍...